Selasa, 27 Januari 2015

(FF) Legend Of The Condor Heroes After Story : Chapter 4

Author : Liana Hwie

Starring :
William Yang Xuwen as Guo Jing (Kwee Cheng) 2017
Li Yi Tong as Huang Rong (Oey Yong) 2017
Michael Miu as Huang Yao Shi 2017





 
“Chapter 4 – Father and Daughter Moment”

Musim gugur yang syahdu telah dimulai, musim semi telah berlalu. Daun-daun yang berguguran di tanah menambah sendu suasana di Pulau Bunga Persik saat itu. Angin musim gugur di bulan kesembilan bertiup semakin dingin. 

Sudah 6 bulan berlalu sejak hari pernikahan Guo Jing dan Huang Rong. Kedua pasangan muda itu melalui hari-hari bahagia mereka dengan bermain di hutan Persik atau menghabiskan waktu dengan berenang di laut, mencari kerang atau sekedar menangkap ikan untuk selanjutnya dimasak oleh Huang Rong untuk dinikmati seluruh keluarga. 

Semuanya begitu indah. Mereka berlima : Huang Rong dan Guo Jing, Huang Yao Shi, Sha Gu dan guru ke-1 Guo Jing, Khe Zhen Erl menikmati hari-hari yang tenang di Pulau Persik.

Terlalu lama bersama, sikap Huang Yao Shi dan guru ke-1 Guo Jing pun semakin mirip. Mereka selalu menghabiskan waktu dengan menyendiri di makam orang-orang yang mereka cintai dan “berbicara” pada mereka. 

Khe Zhen Erl selalu menghabiskan waktunya duduk termenung di depan makam ke 5 saudaranya sambil “berbicara” dengan mereka, sementara Huang Yao Shi pun tak jauh beda, beberapa bulan belakangan ini dia selalu menyendiri di makam istrinya, Feng Heng.

Hari itu dia juga melakukan kegiatan yang sama seperti setiap harinya. Termenung, berpikir dan berbicara pada makam istrinya.

“A Heng, sudah 6 bulan berlalu sejak putri kita, Rong'er menikah dengan Jing'er. Melihat mereka sangat bahagia, aku jadi teringat padamu. Tapi putri kita sangat nakal. Aku sering sekali menangkap basah mereka bermesraan di balik karang atau di dalam hutan saat mereka pikir tak ada yang memperhatikan mereka. Haahhh..Aku tahu mereka masih sangat muda dan mereka baru saja menikah, tapi tidak bisakah mereka melakukan semua keintiman itu di kamar saja?” Huang Yao Shi menggelengkan kepalanya pasrah melihat tingkah putri dan menantunya.


Dia tahu jika pasangan pengantin baru, apalagi jika mereka adalah pasangan muda seperti putri dan menantunya, tentu gairah muda mereka sedang tinggi-tingginya. Ke mana-mana mereka selalu bersama, bergandengan tangan, berdua dan bermesraan setiap ada kesempatan. Dia tahu Jing'er pria yang baik tapi putrinya sangat nakal.

Dia teringat saat sebulan yang lalu, dia melihat Huang Rong dan Guo Jing sedang berciuman mesra di tengah hutan. Saat mereka tertangkap basah olehnya, wajah mereka menjadi semerah saga. Dia langsung memarahi mereka berdua dengan keras. 


Guo Jing mengerti dan segera meminta maaf tapi Rong'er justru marah padanya, berlari dan menangis seraya berkata, “Jing Gege adalah suamiku. Tak bolehkah aku mencium suamiku sendiri?” Walau setelah itu, dia meminta maaf pada ayahnya. Huang Yao Shi tahu bahwa Jing'er lah yang menyuruhnya meminta maaf.

Huang Yao Shi menarik napas pasrah. Sikap putrinya akhir-akhir ini sangat aneh. Sudah sebulan ini dia selalu muntah di pagi hari, selera makannya berkurang, dia selalu mual, suasana hatinya juga selalu berubah, dan dia selalu tampak lelah. 

Tapi walau begitu, Rong'er tampak lebih bercahaya. Dia semakin cantik dan berseri-seri. Guo Jing yang bodoh tentu tak menyadari hal ini, tapi Huang Yao Shi yang memahami putrinya seperti dirinya sendiri mulai mengerti.

“Ah Heng, kini Rong'er sudah memiliki keluarganya sendiri. Mungkin sekarang saatnya aku pergi dari sini. Aku merasa kehadiranku sudah tidak berguna lagi. Anak-anak itu, walau mereka tak pernah mengulangi hal itu lagi, tapi aku tahu bahwa kehadiranku di sini membuat mereka tidak nyaman. Kurasa sebaiknya aku pergi dan menyerahkan pulau ini pada Rong'er.” Lanjut Huang Yao Shi lagi.

“Walau aku masih tidak tega meninggalkan Rong'er tapi aku sangat percaya pada menantu kita. Jing'er pasti akan menjaga Rong'er dengan baik.” Tambahnya lagi, lalu kemudian tersenyum geli saat teringat beberapa hari yang lalu dia melihat putrinya menyuruh Jing'er mengambil kerang di bawah laut padahal hari sudah mulai malam. Guo Jing yang sangat mencintai istrinya tentu tak mungkin membantah.

“Kadang aku kasihan melihat Rong'er selalu mempermainkan suaminya, tapi Jing'er terlalu mencintainya untuk menolak keinginannya. Jing'er tak mungkin tega berkata Tidak. Anakmu itu, sangat nakal sekali. Setelah menikah justru malah mengerjai Jing'er terus menerus.” Lanjut Huang Yao Shi lagi.


“Ayah, kau melaporkanku pada Ibu lagi?” seru suara seorang gadis dari arah pintu masuk makam rahasia itu. 

Huang Yao Shi menoleh untuk melihat putrinya berdiri di depan pintu masuk makam sambil tersenyum nakal. Dia masih tetap cantik, hanya saja entah sejak kapan Rong'er sudah tampak lebih dewasa, ekspresi kekanakan di wajahnya sudah mulai menghilang, walau sikapnya yang suka main-main kadang masih ada. Sejak menikah, Rong'er mengubah gaya berpakaiannya menjadi lebih anggun dan dewasa. Dia bukan lagi gadis kecil yang cantik tapi wanita dewasa yang mempesona.

“Benar. Ayah memberitahu ibumu betapa kau suka sekali mempermainkan suamimu. Untunglah kau punya suami yang baik dan sangat mencintaimu. Terlalu mencintaimu sehingga tidak mampu menolak keinginanmu.” Jawab Huang Yao Shi pada putrinya.


“Ayah, aku tak pernah memaksa Jing Gege mengambil kerang itu. Aku hanya mengatakan aku ingin kerang yang ada di dasar laut dan dia langsung melompat ke dalam air dan mengambilnya untukku. Aku tak pernah memaksanya.” Rong'er membela dirinya sambil tertawa.

“Kenapa kau tidak mengambilnya sendiri? Kau jauh lebih jago berenang dibandingkan dengannya.” Tanya Huang Yao Shi pada putrinya. Huang Rong terdiam.

“Lalu kenapa kau memintanya mengambil sarang burung di atas pohon yang tinggi? Kau tahu itu berbahaya. Dasar gadis nakal.” Huang Yao Shi memarahi putrinya lagi yang hanya terdiam sambil cemberut.

Aku ingin memelihara burung kecil sebagai teman mainku. Aku tak memaksa Jing Gege, dia yang langsung mengambilnya dengan senang hati untukku.” Kembali, Rong'er membela diri.

 

“Kau tahu Jing'er sangat mencintaimu, dia tidak mungkin menolak permintaanmu.” Jawab Huang Yao Shi pasrah.

“Jangan bermain-main lagi. Kau tahu kau tak boleh terlalu lelah. 3 bulan kehamilan pertama sangat rawan.” Ujar ayahnya menasehati. 

Huang Rong terlonjak kaget mendengar ucapan ayahnya.
“Ayah, kau tahu?” tanyanya tak percaya. 

“Aku bukan hanya ayahmu tapi juga ahli dalam pengobatan. Ayah bisa melihat tanda-tandanya. Kau memiliki tanda-tanda kehamilan yang sama seperti Ibumu dulu.” Jawab ayahnya singkat.

Wajah Huang Rong memerah malu karena ayahnya mengetahui rahasianya.

“Kapan kau akan memberitahu suamimu? Anak bodoh itu pasti akan sangat bahagia mengetahuinya.” Ujar Huang Yao Shi dengan penuh perhatian.

“Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya pada Jing Gege. Usia kami masih terlalu muda untuk memiliki anak. Usiaku baru 18 tahun dan Jing Gege baru 20 tahun. Aku takut dia takkan suka mendengarnya.” Huang Rong terdengar ragu.

“Bukankah terlambat untuk mengatakan itu? Jika kalian takut punya anak, harusnya kalian tidak pernah melakukannya. Tapi sejauh yang ayah lihat, kalian bahkan bermesraan di siang hari bolong setiap kali kalian memiliki kesempatan. Justru ayah akan sangat heran bila kau tidak hamil melihat terlalu seringnya kalian berhubungan.” Ujar Huang Yao Shi semakin membuat malu putrinya. 


“Ayah...Kami tak pernah melakukannya di siang hari bolong. Lagipula, aku tak pernah bilang kami takut.” Protes Huang Rong dengan malu.

“Lalu apa yang ayah lihat waktu itu?” tantang Huang Yao Shi terlihat risih.
“Aku dan Jing Gege hanya berciuman, tidak lebih.” Jawab Huang Rong lirih, wajahnya semakin merah karena malu.

“Jangan khawatir. Setelah ayah pergi, kalian akan punya banyak waktu untuk bermesraan tanpa perlu merasa canggung pada ayah.” Huang Yao Shi mencoba lebih pengertian.

“Ayah, aku tak ingin kau pergi. Bukankah kami tak pernah melakukannya lagi di luar rumah? Sekarang kami hanya bergandengan tangan dan berpelukan. Tak lebih.” bujuk Huang Rong, mendadak merasa tak nyaman. Dia menghampiri ayahnya dan memeluk lengannya manja.

Ayah sudah berjanji akan memberikan pulau ini padamu saat kau menikah nanti. Dan sekarang kau sudah menikah. Jadi sekarang saatnya bagi ayah untuk pergi. Ayah akan membawa Sha Gu bersama ayah.” Huang Yao Shi menjelaskan pada putrinya dengan sabar.

“Bagaimana dengan anakku nanti? Tidakkah ayah ingin melihat cucu ayah?” Huang Rong tetap membujuk.

“Ayah akan datang berkunjung jika saatnya tiba.” Huang Yao Shi sudah memutuskan untuk pergi dan takkan ada yang bisa mengubahnya. 

Huang Rong menarik napas pasrah, “Tapi ayah harus sering pulang untuk menengok kami.” Bujuknya lagi. Huang Yao Shi memeluk putrinya dengan sayang.

“Kau harus jadi istri yang baik. Hentikan sikapmu yang manja dan suka main-main. Seorang istri tidak bersikap seperti itu, apalagi kau akan segera menjadi seorang Ibu. Segera beritahu Jing'er tentang kehamilanmu, ayah yakin dia akan menyambut bahagia anak itu.” Ujar ayahnya sayang seraya membelai punggung putrinya lembut. Rong'er mengangguk pelan sambil menangis.

“Ayah, aku ingin Ayah mainkan satu lagu untukku.” Pinta Rong'er manja. 
Huang Yao Shi mengangguk pelan lalu melepaskan pelukannya dari putrinya dan mulai mengambil serulingnya dan memainkan sebuah lagu yang indah untuknya.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads