Sabtu, 31 Januari 2015

(FF) Legend Of The Condor Heroes After Story : Chapter 9

Author : Liana Hwie
Starring :
William Yang Xuwen as Guo Jing (Kwee Cheng) 2017
Li Yi Tong as Huang Rong (Oey Yong) 2017
All Cast from Legend Of The Condor Heroes 2017 






“Chapter 9 – Please Dont Leave Me”

“IBU WANG, SESUATU TERJADI PADA ISTRIKU!” teriak Guo Jing ketakutan saat mereka sudah sampai di pintu rumah. 

Ibu Wang segera keluar mendengar panggilan Guo Jing padanya dan dia melihat Huang Rong sudah berkeringat, air ketuban dan darah mengalir di kakinya, wajahnya juga sangat pucat.

“Guo Tha Ye (Tuan Besar Guo), segera bawa Guo Fu Ren (Nyonya Guo) ke dalam kamar. Lalu siapkan air hangat, pakaian ganti, gunting dan obat-obatan yang biasanya kusiapkan untuknya,” Ibu Wang segera memberi instruksi pada Guo Jing dan Khe Zhen Erl yang dengan cepat segera tiba  di sana ketika mendengar teriakan Guo Jing. Ibu Wang juga meminta pelayan wanita yang bisu untuk segera mengikutinya ke dalam kamar.

“Tapi...tapi...Rong'er terlihat sangat kesakitan. Apa itu normal?” Guo Jing bertanya dengan gemetar. Suaranya terdengar putus asa, cemas, dan ketakutan, tetap tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

“Tentu saja itu normal. Dan jangan berdiri saja di sini. Bawa istrimu ke kamar!” bentak Ibu Wang tak sabar, lalu segera membuka pintu kamar mereka lebar-lebar agar Guo Jing bisa membawa Rong'er dengan mudah.

Guo Jing meletakkan istrinya dengan lembut ke atas tempat tidur mereka dan membisikkan dengan lembut kalimat, “Rong'er, kau akan baik-baik saja. Kau pasti akan baik-baik saja,” bisiknya sambil tetap menggenggam tangan Rong'er yang berkeringat. 


Entah dia mengucapkan kalimat itu untuk menenangkan dirinya sendiri atau menenangkan istrinya. Rong'er hanya tersenyum lemah tanpa mengatakan apa-apa. Huang Rong merasakan tangan Guo Jing gemetar hebat, dalam hati dia merasa terharu karena dia tahu Guo Jing benar-benar mencintainya dan takut kehilangannya.

Dengan mata terpejam, keringat bercucuran, Huang Rong hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum lemah, tangannya menggenggam Guo Jing dengan erat. 

Rasa sakitnya datang semakin kuat. Guo Jing berdiri di sisi ranjang di samping istrinya, tetap menggenggam tangannya erat, wajahnya ikut menjadi pucat karena ketakutan, dia merasa mimpi buruknya menjadi kenyataan. 

Guo Jing tak tahu seperti apa rasa sakit yang dirasakan istrinya tapi melihat Rong'er kesakitan adalah hal yang tidak ingin dia lihat seumur hidupnya dan ini membuatnya hampir gila, dia berharap dia bisa membagi setengah dari rasa sakit istrinya untuk dirinya sendiri.

“Jing Gege, jangan khawatir! Rasa sakitnya sudah menghilang sekarang,” Huang Rong menenangkan suaminya.

“Benarkah? Apa rasa sakitnya akan menghilang hingga anak kita lahir?” tanya Guo Jing penuh harap. Huang Rong menggeleng pelan.

“Rasa sakitnya hanya menghilang sementara, tapi nanti akan terasa lebih sakit lagi saat bayi kita akan lahir ke dunia. Semakin lama akan semakin sakit,” jawab Huang Rong lemah.

“Kau... kau akan merasa semakin sakit? Apa tidak ada yang bisa dilakukan oleh Ibu Wang untuk menghilangkan rasa sakitmu?” Guo Jing berteriak panik dan frustasi.

“Bagaimana dengan pil embun 9 bunga?” tawarnya, benar-benar tak ingin melihat istrinya kesakitan.

Huang Rong menggeleng lemah seraya berkata pelan, “Jing Gege, aku akan melahirkan. Bukan terluka karena kungfu atau tenaga dalam,” jawabnya lemah.

“Guo Tha Ye (Tuan Besar Guo), kau harus meninggalkan kamar ini sekarang!” Ibu Wang yang baru saja datang menyuruhnya keluar. 

Guo Jing menatapnya sambil memohon dan menggelengkan kepalanya keras-keras, tidak bersedia meninggalkan istrinya.

“Pria tidak diijinkan di dalam kamar selama proses melahirkan. Dia akan baik-baik saja. Semua wanita pasti akan mengalami hal ini. Kau tak usah cemas!” Ujar Ibu Wang, mengusir Guo Jing perlahan.

Huang Rong menggenggam tangannya dan mengangguk pelan, “Jing Gege, jadilah anak baik. Turutilah perintah Ibu Wang!” ujar Huang Rong lemah.

“Tidak! Rong'er, aku ingin bersamamu!” Guo Jing menggelengkan kepalanya dengan keras kepala, menolak untuk pergi.

“Aku akan baik-baik saja. Aku dan bayi kita akan menemuimu lagi nanti. Pergilah minum dengan guru. Sampai jumpa nanti!” pinta Rong'er dengan tersenyum lemah.

“Rong'er...” Guo Jing ingin memprotes tapi istrinya sudah melepaskan genggaman tangannya, sebagai tanda dia ingin Guo Jing keluar. 

Tak punya pilihan, Guo Jing melangkah keluar kamar dengan lemah, seraya memandang istrinya dengan gelisah.

Khe Zhen Erl yang mendengar Guo Jing keluar dari kamar segera menghampirinya dan bertanya “Bagaimana dengan Rong'er? Apa bayinya sudah lahir?” Guo Jing tak menjawab, tapi hanya duduk di salah satu kursi dengan gemetar. 

Khe Zhen Erl menghampirinya dan memegang pundaknya, dan betapa terkejutnya dia saat menyadari tubuh Guo Jing bergetar hebat.

Menyadari betapa cemasnya Guo Jing, Khe Zhen Erl tak bertanya lagi dan hanya duduk di samping Guo Jing. Tak lama kemudian, terdengar teriakan nyaring dari dalam kamar. Guo Jing segera melompat dari kursinya dan berlari ke arah pintu kamarnya.

“Rong'er...Rong'er, apa kau baik-baik saja? Jawab aku! Rong'er...” Guo Jing berseru memohon, nada suaranya terdengar panik dan takut. 

Dia sebisa mungkin berusaha menahan dirinya untuk menghancurkan pintu itu dengan "18 Jurus Penakluk Naga" miliknya. Khe Zhen Erl berusaha menjauhkan Guo Jing dari pintu.

“Guo Tha Ye (Tuan Besar Guo), aku sedang melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan istri dan bayimu, kumohon jangan buat aku semakin gugup. Akan ada lebih banyak teriakan lagi setelah ini. Tapi jangan khawatir aku akan berusaha menyelamatkan istri dan bayimu sebaik mungkin,” ujar Ibu Wang dari dalam kamar.

Guo Jing kembali duduk di kursinya. Tangannya mencengkeram erat pegangan kursi dengan tegang, wajahnya pucat karena terlalu ketakutan. Tanpa sadar dia menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah setiap kali dia mendengar Rong'er menjerit kesakitan. 

Keringat dingin turun dengan deras di keningnya, tapi setidaknya dia merasa sedikit lega, selama Rong'er masih menjerit, itu menandakan dia masih hidup di dalam sana. Tapi jika Rong'er tak bersuara, jantungnya berdebar semakin kencang, dia takut dia takkan mendengar suara Rong'er lagi selamanya.

Dia berusaha membuang jauh-jauh bayangan mengerikan itu. Dia menahan dirinya sebisa mungkin agar tidak menghancurkan pintu itu dan berlari ke sisi Rong'er, tapi dia takut hal itu akan membuat Ibu Wang semakin gugup dan panik dan hidup istrinya akan berada dalam bahaya. Jadi dia sebisa mungkin menahan dirinya.

“Tha Shi Fu (Guru ke-1), apa semua jeritan kesakitan ini adalah hal yang wajar dalam setiap proses melahirkan?” Guo Jing bertanya dengan cemas pada Khe Zhen Erl.

“Iya, ini sangat normal. Aku pernah mendengar tetanggaku di Jiang Nan melahirkan dan teriakannya bahkan terdengar dari rumahku yang berjarak 6 rumah dari rumahnya,” Khe Zhen Erl berusaha menenangkan muridnya yang panik. 

Faktanya, dia tidak pernah melihat wanita melahirkan sebelumnya dan dia sengaja berbohong hanya untuk menenangkan Guo Jing. Guo Jing menganggukkan kepalanya tapi kecemasannya pada Rong'er tidak menghilang sama sekali.

Matahari telah tenggelam di peraduannya, bintang-bintang mulai muncul di angkasa. Tak terasa Rong'er telah 10 jam berjuang untuk melahirkan bayi pertamanya, yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Dan selama 10 jam pula, Guo Jing dilanda kepanikan dan ketakutan. 

Dia tidak makan, minum atau mengucapkan sepatah katapun, hanya mondar mandir dengan cemas di depan pintu kamarnya seraya menggigit bibirnya sendiri setiap kali dia mendengar Rong'er menjerit kesakitan. 

Tapi sepertinya dia bahkan tak merasakan sakit walau darah keluar dari luka di bibirnya. Khe Zhen Erl tak mampu melakukan apa pun untuk menenangkan muridnya, dia hanya menemaninya dalam diam, tak ingin membuat Guo Jing lebih stress lagi.

Beberapa menit kemudian, sebuah jeritan kesakitan disertai dengan kalimat, “Jing Gege, aku ingin Jing Gege. Mana Jing Gege?” terdengar dari dalam kamar. 

Suara Rong'er terdengar sangat putus asa, dia mengalami kesakitan yang luar biasa dan sudah mulai kehabisan tenaga. Rong'er sudah berpikir untuk menyerah tapi sebelum dia menyerah, dia ingin melihat suaminya untuk yang terakhir kalinya.

Guo Jing yang mendengar suara istrinya memanggilnya, spontan berlari ke pintu kamar dan menjawab panggilannya, “Rong'er, aku di sini...Rong'er, aku takkan pernah meninggalkanmu sendiri!” seru Guo Jing dengan keras, air mata meluncur dari matanya mendengar betapa menderitanya Rong'er di dalam sana.

“Ibu Wang, aku mohon padamu. Biarkan aku masuk! Aku ingin bersama Rong'er-ku. Aku ingin bersama istriku...” Guo Jing terus memohon dengan putus asa.

“Aku tak peduli walau pria tidak diijinkan selama persalinan. Rong'er istriku dan bayi itu anakku! Aku lebih berhak dari siapa pun. Aku ingin bersama Rong'er. Kumohon. Ijinkan aku masuk! Aku mohon padamu! Rong'er, kumohon jangan tinggalkan aku!” Guo Jing terus memohon sambil menangis, suaranya terdengar sangat menderita, tertekan, depresi, putus asa, cemas dan ketakutan. Semuanya campur aduk dalam dirinya.

“Rong'er...Kumohon, aku tak mau kehilanganmu. Bukankah kita sudah berjanji akan selamanya bersama? Bukankah kau berjanji kau takkan pernah meninggalkan aku?" Seru Guo Jing putus asa seraya terus menggedor-gedor pintu kamarnya, berharap bisa berlari ke sisi istrinya untuk memberinya semangat.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads