Hightlight for today episode :
Finally, we got to see the legendary Necktie Scene. Who knew
tying up neckties would be so romantic? ^^ ! I don’t know how many times I
repeated the scene. This is the moment when Tae Hee finally starting to fall in
love with her, the moment when his heart opening up bit by bit. Love Ja Eun’s
hair and so cute she was excited to get all dolled up but everyone left her
behind only to be rescued by her knight in shining car, hurt and clueless about
neckties. Tae Hee’s personality is amazing; he could go from complete tough
dude to a gentleman in a second.
Did anyone besides me notice how many times Tae Hee
tried not to look at her in this scene? He kept staring off in any other
direction as long as it wasn’t at her and she tried to focus on that tie. All I
could think was – he can look away as much as he wants, but there is no
avoiding attraction. So happy to know that this couple start liking each other
at the same time.
Tae Hee seketika merasa bersalah karena kesalahannya malam itu kembali diungkit. Dalam sekejap, kemarahannya seketika lenyap, Tae Hee tak jadi marah tapi malah merasa bersalah.
“Kau tidak ingat apa pun tentang apa yang terjadi di dalam tenda malam itu, kan?” tanya Ja Eun penasaran.
Tae Hee menggelengkan kepalanya, “Tidak. Aku tidak ingat apa pun. Apa mungkin tanpa sengaja aku melakukan kesalahan padamu?” tanya Tae Hee dengan was-was dan wajah diselimuti rasa bersalah, takut bila dia melakukan sesuatu yang melecehkan gadis itu tanpa dia menyadarinya.
(Kalau aku jadi Baek Ja Eun, aku akan bohong dan mengatakan ‘You stole my first kiss’. Gimana tuh reaksinya Tae Hee kalau seandainya dijawab gitu? Hahaha ^_^ Pasti langsung salting brutal, canggung, malu dan bingung gimana nebus kesalahannya, bisa-bisa dia kepikiran sampe gak bisa tidur hahaha ^_^ Lucu kale ya kalau skenarionya kayak gitu? Tae Hee kan polos banget kalau berhubungan dengan wanita)
“Tidak,” jawab Ja Eun, namun kemudian dia menambahkan, “Kau tidak melakukan hal yang salah selain menerobos masuk ke dalam tenda seorang gadis dalam keadaan mabuk dengan sepatu yang tergantung di lehermu kemudian tertidur di sana semalaman, dan bersikeras mengatakan kalau sepatu itu bukan milikmu. Hanya dua hal itu,” lanjut Ja Eun dengan wajah polosnya.
Tae Hee tampak canggung dan merasa bersalah saat mendengar Ja Eun mengungkap ‘kesalahan’-nya lalu melemparkan tatapannya ke segala arah dengan salah tingkah. Dia berdehem singkat untuk mengusir rasa gugupnya sebelum berkata lirih, “Tidurlah yang nyenyak,” kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, sementara Ja Eun tersenyum gembira seraya meminum kopinya.
Keesokan siangnya, saat semua keluarga Hwang menghadiri pernikahan Tae Bum, hanya Tae Hee yang masih tampak bekerja. Siang itu dia dan Seo Dong Min kebetulan sedang dalam misi mengintai seorang bandar narkoba kelas kakap bernama Jung Il Do.
Jung Il Do ini selalu saja lolos dari kejaran polisi
beberapa kali, seolah ada seseorang di belakangnya yang selalu memberikan info kapan
polisi akan menangkapnya jadi dia selalu kabur tepat pada waktunya sebelum
polisi sempat menangkapnya.
Dong Min mengomel dengan kesal saat pengintaian mereka sejak
pagi tak ada hasil, “Apa mungkin kali ini dia kembali merasakan kehadiran kita?”
tanya Seo Dong Min tampak kesal. Bandar narkoba yang satu ini sangat licin bagai
belut.
“Jung Il Do, cepatlah keluar! Aku harus segera menangkapmu agar aku bisa menghadiri pernikahan kakak keduaku,” ujar Tae Hee seraya mengamati sekitarnya dengan waspada.
Akhirnya orang yang mereka tunggu-tunggu pun menunjukkan dirinya, namun seperti bisa diduga, Jung Il Do dapat mencium kehadiran polisi di sekitarnya dan segera mengambil langkah seribu agar tidak tertangkap.
Tae Hee dan Dong Min otomatis keluar dari dalam mobil untuk mengejar orang itu. Terjadilah aksi kejar mengejar antara para polisi dengan pria itu. Dong Min dan Tae Hee memutuskan untuk berpencar agar bisa menangkapnya dari segala arah.
Namun Tae Hee-lah yang lebih dulu menemukan jejak Jung Il Do dan mengejarnya, saat di tengah pengejaran, Jung Il Do sengaja menjatuhkan rak-rak berisi botol-botol bir yang masih penuh ke arah Tae Hee hingga salah satu pecahannya mengenai wajah Tae Hee yang tampan.
Namun walau begitu, Tae Hee tetap bangun kembali dan berlari mengejarnya. Jung Il Do akhirnya berlari ke sebuah apartment dan naik hingga ke atap. Di sana, Jung Il Do menggunakan sebuah kayu untuk menyeberang ke gedung sebelah. Setelah dia berhasil menyeberang, Jung Il Do lalu menjatuhkan kayu tersebut ke bawah agar Tae Hee tidak bisa melompat dan mengejarnya.
Tapi dia salah, Inspektur Hwang Tae Hee kita bukan polisi yang mudah menyerah, apalagi untuk kasus menangkap penjahat kelas kakap. Tae Hee pun nekat melompat ke gedung Seberang walau tanpa kayu penghubung di tengah-tengahnya. Dan dia berhasil melakukannya dengan sangat luar biasa dan tanpa terluka (the Power Of Main Lead kayaknya hahaha ^_^)
Dan setelah berhasil mengejar bajingan itu, Tae Hee pun merebut salinan buku besar dari tangan Jung Il Do, yang merupakan bukti penting dari transaksi narkoba yang selama ini mereka lakukan, siapa saja yang terlibat dalam jaringan ini dan siapa saja yang sudah Jung Il Do suap hingga sulit sekali menangkapnya hingga detik ini.
Setelah Jung Il Do ditangkap dan dibawa oleh mobil patroli polisi, Dong Min dan Tae Hee duduk di dalam mobil Tae Hee untuk membahas sebentar masalah ini.
Lalu Dong Min bertanya lagi tentang sebuah buku di tangan Tae Hee, “Hyung, apa itu?” tanyanya penasaran.
“Ini adalah Salinan buku besar yang mencatat semua transaksi jual beli narkoba sejak tahun 2008 silam. Di sini terdapat nama-nama pengedar, ke mana mereka biasa menjualnya dan semua jaringan yang terlibat di dalamnya, termasuk nama pejabat pemerintah dan juga kepolisian yang mereka suap agar kejahatan mereka tidak terlacak dan berhasil ditutupi dengan baik,” jawab Tae Hee setelah mengamati isi buku besar tersebut.
“Wah, Jung Il Do benar-benar melakukan kejahatan besar,” ungkap Dong Min dengan tidak percaya.
“Kau tahu? Nama Pimpinan Department kita, Lee Khi Chul, juga tertulis di sini,” tambah Tae Hee lagi yang membuat Dong Min melotot tak percaya.
Kemudian Dong Min berkata bahwa Tae Hee seharusnya pergi ke Rumah Sakit untuk mengobati lukanya, tapi Tae Hee menolak karena dia bisa terlambat menghadiri pernikahan kakak keduanya bila ke Rumah Sakit lebih dulu.
"Tapi Hyung, wajahmu terluka. Apa kau yakin kita tidak perlu ke Rumah Sakit?" tanya Dong Min sekali lagi, yang tentu saja ditolak oleh Tae Hee karena dia sudah terlambat ke pernikahan kakaknya.
Di pertanian, Ja Eun sepertinya baru saja kembali dari pemandian
umum bila dilihat dari bagaimana dia menenteng keranjang berisi peralatan mandi
dan juga berdandan dengan cantik. Gadis muda itu berjalan dengan riang dengan
melompat-lompat kecil dan tersenyum gembira.
Setelah dia menyimpan keranjang berisi peralatan mandinya, Ja Eun kemudian masuk ke dalam rumah hanya untuk menemukan rumah itu kosong dan tak ada seorang pun di sana.
Beberapa saat kemudian, Tae Hee tampak sudah kembali ke rumah dan segera berlari turun dari mobilnya. Namun langkahnya spontan terhenti saat melihat Ja Eun yang duduk seorang diri di luar rumah seraya menundukkan kepalanya dengan ekspresi sedih tergambar di wajahnya.
Merasa kasihan, Tae Hee pun berhenti di samping Ja Eun dan bertanya padanya, “Kenapa kau duduk sendirian di sana?” tanya Tae Hee ingin tahu.
“Tidak ada seorangpun di rumah. Mereka semua sudah pergi,” sahut Ja Eun masih memasang tampang sedih dan kecewa.
“Kau tidak ikut pergi bersama mereka?” tanya Tae Hee dengan menatap iba pada seorang gadis cantik yang duduk seorang diri di tengah halaman.
Ja Eun mengangguk dengan sedih sebelum menjawab, “Ya. Aku pergi ke pemandian umum untuk menggosok punggungku, aku bahkan berdandan cantik, memakai pakaian bagus dan juga mengatur rambutku agar bergelombang, tapi saat aku kembali, mereka semua telah pergi,” ucap Ja Eun, dengan sedih.
“Setelah kupikir lagi, memang sepertinya tidak ada yang mengundangku ke sana. Aku hanya berpikir kalau aku harus pergi. Benar. Aku bukan anggota keluarga ini, juga bukan tetangga di sekitar sini, aku hanya seorang gadis yang tidur di halaman, tapi aku berpikir, setidaknya Ahjumma akan memikirkan aku dan mengundangku untuk datang. Kupikir kami sudah lebih dekat. Tapi sepertinya hanya aku yang salah paham,” lanjut Ja Eun dengan bibir cemberut dan tatapan mata yang terlihat sedih.
Pidato panjang Ja Eun mengenai “betapa kasihannya aku” sukses menyentuh hati Tae Hee dan membuatnya merasa bersalah dan tidak tega melihatnya.
Saat Ja Eun mulai berdiri dan akan kembali ke tendanya, Tae Hee berkata lembut, “Kau bisa pergi sekarang,” ujar Tae Hee dengan perhatian.
“Bagaimana bisa aku pergi jika aku tidak tahu di mana gedungnya?” ujar Ja Eun, masih mengerucutkan bibirnya cemberut.
“Pergilah bersamaku. Tunggu aku di mobil. Aku akan segera keluar setelah mengganti baju,” ajak Tae Hee seraya menuding ke arah mobil peraknya diparkirkan.
Setelah Tae Hee masuk ke dalam rumah, Ja Eun spontan tersenyum lebar. (Bravo! Great Job, Ja Eun-ah. Drama Playing victim-mu berhasil menyentuh hati Tae Hee. Kalau playing victim modelan gini mah diijinkan xixixi ^_^)
Ja Eun tampak menunggu Tae Hee di depan mobilnya dan tak lama kemudian, Tae Hee pun tampak berjalan keluar dari dalam rumah. (Btw, Joo Won ganteng banget kalau pake jas xixixi ^_^)
Ja Eun menoleh saat mendengar ada langkah kaki di belakangnya dan seketika menyadari luka di pipi Tae Hee.
“Ahjussi, apa kau terluka?” tanya Ja Eun menunjuk ke pipi Tae Hee.
“Bukan apa-apa. Hanya luka kecil. Ayo masuk,” jawab Tae Hee seraya mengajak Ja Eun masuk ke mobil. Tae Hee tampak memegang dasi di salah satu tangannya.
“Kenapa kau masih belum memakai dasimu?” tanya Ja Eun penasaran seraya menunjuk dasi di tangan Tae Hee.
“Aku tidak tahu bagaimana cara memakai dasi. Aku akan meminta Ibu memasangkannya untukku setelah sampai di sana. Ayo masuk,” ajak Tae Hee sekali lagi.
“Apa kau mau kubantu memasangkannya? Aku terbiasa memasangkan dasi untuk ayahku sebelumnya. Aku akan memasangkan dasi untukmu. Berikan padaku,” ujar Ja Eun menawarkan diri dengan senyuman.
Tae Hee hanya terdiam seraya menatap Ja Eun dengan ekspresi antara ragu, canggung dan gugup.
“Cepat,” ujar Ja Eun dengan nada mendesak seraya mengulurkan tangannya.
Akhirnya setelah berpikir sesaaat, Tae Hee pun menyetujui bantuan Ja Eun, “Baiklah,” ujarnya lirih seraya mengulurkan dasinya. Ja Eun mengambil dasi Tae Hee dan mereka mulai berjalan mendekat.
Tae Hee segera menaikkan leher kemejanya agar Ja Eun bisa memasangkan dasi untuknya. Suasana mendadak menjadi canggung di antara mereka berdua.
Baik Tae Hee maupun Ja Eun mencoba untuk saling menatap ke arah yang lain, asalkan tidak menatap orang yang ada di hadapan mereka saat ini. Namun sayang, sepertinya itu tidak berhasil, karena pada akhirnya Tae Hee mencuri-curi pandang untuk menatap Ja Eun dengan gugup.
Pernikahan Tae Bum dan Su Young tidak berjalan dengan baik seperti pernikahan pada umumnya karena Tae Bum dan Su Young harus kabur di tengah acara pernikahan sebelum acara tersebut selesai dikarenakan mereka harus mencari video yang hilang.
Saat Tae Hee dan Ja Eun tiba di gedung tempat pernikahan
tersebut diadakan, mereka justru melihat sepasang pengantin kabur dari sana dan
berlari mobil.
“Ahjussi, bukankah itu Paman kedua dan pengantinnya?” tanya
Ja Eun pada Tae Hee.
“Ya, sepertinya itu mereka,” sahut Tae Hee lirih. Dan sepasang sejoli itu hanya bisa saling menatap dengan bingung sepasang pengantin yang melarikan diri di hari pernikahan mereka.
Blogger Opinion :
Akhirnya pak Polisi kita yang ganteng dan cute walaupun kadang menyebalkan kalau lagi mode galak, jatuh cinta. See? Kau takkan pernah bisa menolak pesona Baek Ja Eun, Tae Hee-yaa… Setelah ini kalian akan selalu bertemu setiap saat, di berbagai tempat, walaupun tak sengaja, membuktikan kalau yang namanya Jodoh, di mana saja pasti akan bertemu xixixi ^_^ Aku menunggu saat-saat kamu akan menyadari perasaanmu, Tae Hee. Dan siapkan mentalmu untuk mengejar Ja Eun. Fighting, Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim!
Bersambung…
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia.
---------000000---------
Aawww! The beginning of the cute awkward stages of a budding
romance. I find it interesting that they didn’t move away from each other after
she was done with the tie and that stolen smile, how gorgeous is Tae Hee? I
want Ja Eun and Tae Hee story more than ever. I really want to see these kind
of scenes between them. They really have great chemistry together!
---------------00000000------------
Episode 18 :
Episode 18 dimulai dengan adegan Ja Eun yang berkata bahwa dia akan memberikan les menggambar gratis untuk Ha Na. Ja Eun berkata kalau dia tidak meminta bayaran namun dia meminta ijin agar bisa menggunakan kamar mandi 3 kali seminggu dan dia berjanji tidak akan mengatakannya pada Ahjumma. Ja Eun juga berkata kalau selama ini dia selalu mandi di sauna setelah pulang kuliah, dan sebelum berangkat kuliah pun, Ja Eun mampir dulu ke sauna untuk membersihkan diri di sana. Poor Ja Eun T__T
Mi Sook menyetujui permintaan Ja Eun dan mengatakan kalau Ja Eun bahkan bisa menggunakan kamar mandinya kapan pun dia memerlukannya, tidak perlu ijin lagi, pakai saja.
Ja Eun tampak terkejut mendengarnya karena dulu Mi Sook berkata
kalau dia tidak bisa mengijinkan Ja Eun karena tidak ingin menentang Park Bok
Ja, lalu kenapa sekarang tiba-tiba Mi Sook mengijinkannya? Mi Sook berkata
sekarang tidak ada gunanya mengambil hati mereka, mulai sekarang dia akan bersikap
wajar saja, tidak perlu terlalu menjilat mereka.
Itu karena sebenarnya di EP 16, saat Mi Sook mengungkapkan perasaannya pada Tae Shik kalau dia menyukainya, Tae Shik menolaknya, Dan di EP 17, Nenek juga merendahkan Mi Sook dengan berkata bahwa walaupun Tae Shik adalah perjaka tua, namun type-nya bukanlah wanita seperti Mi Sook, janda dengan satu orang anak. Mi Sook pun bukan wanita dengan Pendidikan tinggi dan hanya pemilik restoran bebek. Akhirnya sejak itu Mi Sook memilih bersikap netral dan merasa tidak perlu menjilat Keluarga Hwang.
Namun tentu saja, Mi Sook tak mau mengatakan alasannya karena Mi Sook hanya menjawab, “Aku akan bersikap netral mulai sekarang,” jawabnya sebelum mengalihkan pembicaraan.
“Kenapa rumah itu sepi? Ke mana semua orang?” tanya Mi Sook ingin tahu, dan Ja Eun memberitahunya kalau semua orang sedang pergi ke pertemuan keluarga karena Hwang Tae Bum akan menikah.
Setelah dari rumah Mi Sook, Ja Eun pergi ke kandang bebek untuk melihat keadaan 2 anak bebek yang sebelumnya tertindih (di EP 14) dan Ja Eun melihat 2 anak bebek itu tampak sangat lemas. Karena cemas, Ja Eun membawa 2 ekor anak bebek itu ke dalam rumah dengan memasukkannya ke dalam kardus.
Saat di dalam rumah, Ja Eun tidak menemukan siapa pun, kemudian mendengar suara Park Bok Ja sedang mangomel sendiri di dalam kamar mandi seraya mencuci baju. Ja Eun pun menuju ke kamar mandi untuk mencari Park Bok Ja.
Park Bok Ja mengomel, “Kenapa harus membayar begitu mahal hanya untuk hidangan yang begitu sedikit? Satu kali makan bahkan setara dengan biaya hidup sebulan,” omelnya cukup keras. Park Bok Ja sedang membicarakan tentang pertemuan keluarga antara keluarga Hwang dengan keluarga Cha Su Young untuk membahas pernikahan Tae Bum.
Hidangan mewah yang sangat sedikit porsinya namun harganya sangat mahal, ditambah lagi sang suami bersikeras ingin membayar tagihannya karena gengsi semata. Untunglah Park Bok Ja menggagalkan niat sang suami dengan mencubit pahanya keras agar Hwang Chang Sik melepaskan nota tagihan itu dan menyerahkannya pada calon besan mereka. Namun bukannya berterima kasih pada Park Bok Ja, sang suami dan ibu mertua justru menyalahkannya karena membuat mereka menjadi malu. Itu sebabnya Park Bok Ja mengomel saat ini.
(Gak tahu aja si emak, makanan mewah kan emang dikit tapi mahal. Park Bok Ja kayaknya kaum mendang-mending deh, makanya gak rela membayar mahal untuk makanan dengan porsi sedikit hahaha ^_^
“Apa ini salahku karena telah menyelamatkan keuangan keluarga? Kenapa tidak ada yang berdiri di pihakku?” omel Park Bok Ja dengan ekspresi kesal. Melampiaskan kekesalannya dengan memukul-mukul baju kotor di depannya.
Tak lama kemudian Ja Eun yang mendengar semuanya masuk ke dalam kamar mandi dan berkata mantap, “Aku akan berdiri di pihakmu,” ujarnya sambil berjongkok seraya membawa kardus berisi 2 ekor bebek. Park Bok Ja tampak terkejut namun ekspresinya terlihat tersentuh dengan ucapan Ja Eun.
“Siapa yang membuatmu kesal, Ahjumma?” lanjut Ja Eun dengan perhatian.
“Apa yang kau lakukan di sini? Apa sekarang kau sudah seenaknya keluar masuk rumahku?” tegur Park Bok Ja, berpura-pura ketus untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya. Dia tidak ingin tampak lemah di depan gadis itu.
“Tidak. Aku datang membawa mereka. Sepertinya mereka sakit,” jawab Ja Eun seraya menunjukkan kardus yang dibawanya yang berisi 2 ekor anak bebek.
“Mereka sepertinya tertindih oleh bebek dewasa. Bawa mereka ke loteng dan beri mereka makan, lalu kemudian kembalilah ke tendamu,” ujar Park Bok Ja. Ja Eun mengangguk dan menurut, namun setelah Ja Eun berlalu, wanita itu tampak tersenyum hangat karena akhirnya ada seseorang yang berada di pihaknya.
Malam harinya, Tae Hee yang sedang dalam perjalanan pulang, tak sengaja melihat ayah dan ketiga saudaranya minum bersama dan tertawa lepas di kedai makanan tempat mereka biasa bertemu. Dia tampak tersenyum gembira karena melihat mereka dan ingin bergabung, namun tiba-tiba saja senyumnya menghilang dan Tae Hee hanya menatap sedih keempat pria itu.
Entah kenapa, Tae
Hee tiba-tiba merasa bahwa tempatnya bukan di sana, bukan di antara mereka karena
dia hanyalah anak angkat, seorang anak yang tidak seharusnya ada di tengah
mereka. Poor Tae Hee T_T Always feeling lonely.
Akhirnya Tae Hee memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Saat di tengah jalan, Tae Hee tiba-tiba melihat kedai kopi di pinggir jalan dan teringat jika dia berhutang maaf pada Ja Eun karena telah membentaknya malam itu padahal gadis itu tidak melakukan kesalahan apa pun padanya.
Tae Hee pun akhirnya memutuskan untuk membeli kopi favorite Ja Eun sebagai permintaan maafnya karena telah bersikap kasar malam itu.
Di dalam tenda, Ja Eun yang sedang asyik menggambar, mendadak teringat saat Tae Hee yang mabuk tiba-tiba terjatuh pingsan di
atas tubuhnya. Ja Eun yang sebelumnya menggambar sambil tengkurap, segera beranjak
duduk dan menepuk-nepuk pipinya sendiri, seolah berusaha mengingatkan dirinya
sendiri agar segera sadar.
Saat itulah suara lembut Tae Hee terdengar dari luar, “Apa kau ada di dalam?” tanya Tae Hee dengan lembut dan tampak ragu saat akan memanggilnya. (Ini yang namanya ‘Pucuk dicinta ulam tiba’. Baru dipikirin, eh uda nongol manusianya xixixi ^_^
Mendengar suara Tae Hee memanggilnya dari luar tenda, Ja Eun segera beranjak keluar dan berdiri di depan Tae Hee, namun menolak untuk memandangnya.
“Apa mungkin aku membangunkanmu?” tanya Tae Hee dengan canggung dan suara yang terdengar lirih, seolah takut jika membangunkan gadis itu.
“Tidak,” jawab Ja Eun singkat, masih tanpa menoleh pada Tae Hee.
Tae Hee segera mengulurkan segelas kopi di tangannya ke arah Ja Eun dan berkata lembut, “Aku minta maaf untuk malam itu. Ini sebagai tanda permintaan maafku,” ujarnya seraya menatap Ja Eun dengan raut wajah bersalah. Nah, kan? Ujung-ujungnya minta maaf, nih babang polisi.
Ja Eun akhirnya menoleh dan berbalik menghadap Tae Hee, “Jadi apa kau tahu kalau tahu bersalah?” tanya Ja Eun memastikan sekali lagi.
“Aku tahu. Itu sebabnya aku membelikanmu kopi,” jawab Tae Hee lembut, mengakui kesalahannya. Dia sekali lagi menyodorkan kopinya ke arah Ja Eun. (Aku juga suka kopi, Tae Hee-ya. Beli’in dong Starbuck Java Chip Frapucino *wink*)
Ja Eun tersenyum gembira mendengarnya, “Baiklah. Karena kau sudah meminta maaf, maka aku akan memaafkanmu,” ujar Ja Eun seraya meraih kopi itu dan meminumnya dengan tersenyum gembira.
Tae Hee baru saja akan melangkah masuk ke dalam rumah saat Ja Eun bertanya dengan berani sekali lagi, “Tapi foto siapa itu sebenarnya? Kenapa kau sangat marah?” tanya Ja Eun dengan wajah polosnya.
“Kenapa kau sangat penasaran tentang itu? Apa kau tertarik padaku? Atau kau memang suka ikut campur urusan orang lain? Bila kau melihatku marah karena foto itu, kau seharusnya tidak perlu menanyakannya lagi, bukan? Atau kau ini sebenarnya bodoh?” sahut Tae Hee dengan dingin seraya menatap Ja Eun dengan tajam dan menyentil harga dirinya.
“Baiklah. Aku tahu. Aku hanya berpikir kalau kita sudah menjadi lebih dekat mengingat bagaimana kau menerobos masuk ke dalam tendaku dan tidur di sana semalaman,” jawab Ja Eun dengan santainya, skakmat. Pelan tapi dalam.
(Don't mess with Baek Ja Eun! Kamu salah cari lawan, Tae Hee-yaa! Baek Ja Eun kan pinter memutarbalikkan omongan orang dan bikin lawannya kena mental. Kena mental lagi kan kamunya? Ckckck... Dia mah bukan cewek menye-menye yang bisa kamu injek. Lihat, kan? Kamu nyinggung harga dirinya sedikit, langsung deh kena skak! Ja Eun tak pernah memakai nada tinggi namun kalimatnya selalu mengena sampai ke relung hati, dikit sih tapi nyelekit.)
---------------00000000------------
Episode 18 :
Episode 18 dimulai dengan adegan Ja Eun yang berkata bahwa dia akan memberikan les menggambar gratis untuk Ha Na. Ja Eun berkata kalau dia tidak meminta bayaran namun dia meminta ijin agar bisa menggunakan kamar mandi 3 kali seminggu dan dia berjanji tidak akan mengatakannya pada Ahjumma. Ja Eun juga berkata kalau selama ini dia selalu mandi di sauna setelah pulang kuliah, dan sebelum berangkat kuliah pun, Ja Eun mampir dulu ke sauna untuk membersihkan diri di sana. Poor Ja Eun T__T
Mi Sook menyetujui permintaan Ja Eun dan mengatakan kalau Ja Eun bahkan bisa menggunakan kamar mandinya kapan pun dia memerlukannya, tidak perlu ijin lagi, pakai saja.
Itu karena sebenarnya di EP 16, saat Mi Sook mengungkapkan perasaannya pada Tae Shik kalau dia menyukainya, Tae Shik menolaknya, Dan di EP 17, Nenek juga merendahkan Mi Sook dengan berkata bahwa walaupun Tae Shik adalah perjaka tua, namun type-nya bukanlah wanita seperti Mi Sook, janda dengan satu orang anak. Mi Sook pun bukan wanita dengan Pendidikan tinggi dan hanya pemilik restoran bebek. Akhirnya sejak itu Mi Sook memilih bersikap netral dan merasa tidak perlu menjilat Keluarga Hwang.
Namun tentu saja, Mi Sook tak mau mengatakan alasannya karena Mi Sook hanya menjawab, “Aku akan bersikap netral mulai sekarang,” jawabnya sebelum mengalihkan pembicaraan.
“Kenapa rumah itu sepi? Ke mana semua orang?” tanya Mi Sook ingin tahu, dan Ja Eun memberitahunya kalau semua orang sedang pergi ke pertemuan keluarga karena Hwang Tae Bum akan menikah.
Setelah dari rumah Mi Sook, Ja Eun pergi ke kandang bebek untuk melihat keadaan 2 anak bebek yang sebelumnya tertindih (di EP 14) dan Ja Eun melihat 2 anak bebek itu tampak sangat lemas. Karena cemas, Ja Eun membawa 2 ekor anak bebek itu ke dalam rumah dengan memasukkannya ke dalam kardus.
Saat di dalam rumah, Ja Eun tidak menemukan siapa pun, kemudian mendengar suara Park Bok Ja sedang mangomel sendiri di dalam kamar mandi seraya mencuci baju. Ja Eun pun menuju ke kamar mandi untuk mencari Park Bok Ja.
Park Bok Ja mengomel, “Kenapa harus membayar begitu mahal hanya untuk hidangan yang begitu sedikit? Satu kali makan bahkan setara dengan biaya hidup sebulan,” omelnya cukup keras. Park Bok Ja sedang membicarakan tentang pertemuan keluarga antara keluarga Hwang dengan keluarga Cha Su Young untuk membahas pernikahan Tae Bum.
Hidangan mewah yang sangat sedikit porsinya namun harganya sangat mahal, ditambah lagi sang suami bersikeras ingin membayar tagihannya karena gengsi semata. Untunglah Park Bok Ja menggagalkan niat sang suami dengan mencubit pahanya keras agar Hwang Chang Sik melepaskan nota tagihan itu dan menyerahkannya pada calon besan mereka. Namun bukannya berterima kasih pada Park Bok Ja, sang suami dan ibu mertua justru menyalahkannya karena membuat mereka menjadi malu. Itu sebabnya Park Bok Ja mengomel saat ini.
(Gak tahu aja si emak, makanan mewah kan emang dikit tapi mahal. Park Bok Ja kayaknya kaum mendang-mending deh, makanya gak rela membayar mahal untuk makanan dengan porsi sedikit hahaha ^_^
“Apa ini salahku karena telah menyelamatkan keuangan keluarga? Kenapa tidak ada yang berdiri di pihakku?” omel Park Bok Ja dengan ekspresi kesal. Melampiaskan kekesalannya dengan memukul-mukul baju kotor di depannya.
Tak lama kemudian Ja Eun yang mendengar semuanya masuk ke dalam kamar mandi dan berkata mantap, “Aku akan berdiri di pihakmu,” ujarnya sambil berjongkok seraya membawa kardus berisi 2 ekor bebek. Park Bok Ja tampak terkejut namun ekspresinya terlihat tersentuh dengan ucapan Ja Eun.
“Siapa yang membuatmu kesal, Ahjumma?” lanjut Ja Eun dengan perhatian.
“Apa yang kau lakukan di sini? Apa sekarang kau sudah seenaknya keluar masuk rumahku?” tegur Park Bok Ja, berpura-pura ketus untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya. Dia tidak ingin tampak lemah di depan gadis itu.
“Tidak. Aku datang membawa mereka. Sepertinya mereka sakit,” jawab Ja Eun seraya menunjukkan kardus yang dibawanya yang berisi 2 ekor anak bebek.
“Mereka sepertinya tertindih oleh bebek dewasa. Bawa mereka ke loteng dan beri mereka makan, lalu kemudian kembalilah ke tendamu,” ujar Park Bok Ja. Ja Eun mengangguk dan menurut, namun setelah Ja Eun berlalu, wanita itu tampak tersenyum hangat karena akhirnya ada seseorang yang berada di pihaknya.
Malam harinya, Tae Hee yang sedang dalam perjalanan pulang, tak sengaja melihat ayah dan ketiga saudaranya minum bersama dan tertawa lepas di kedai makanan tempat mereka biasa bertemu. Dia tampak tersenyum gembira karena melihat mereka dan ingin bergabung, namun tiba-tiba saja senyumnya menghilang dan Tae Hee hanya menatap sedih keempat pria itu.
Akhirnya Tae Hee memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Saat di tengah jalan, Tae Hee tiba-tiba melihat kedai kopi di pinggir jalan dan teringat jika dia berhutang maaf pada Ja Eun karena telah membentaknya malam itu padahal gadis itu tidak melakukan kesalahan apa pun padanya.
Tae Hee pun akhirnya memutuskan untuk membeli kopi favorite Ja Eun sebagai permintaan maafnya karena telah bersikap kasar malam itu.
Saat itulah suara lembut Tae Hee terdengar dari luar, “Apa kau ada di dalam?” tanya Tae Hee dengan lembut dan tampak ragu saat akan memanggilnya. (Ini yang namanya ‘Pucuk dicinta ulam tiba’. Baru dipikirin, eh uda nongol manusianya xixixi ^_^
Mendengar suara Tae Hee memanggilnya dari luar tenda, Ja Eun segera beranjak keluar dan berdiri di depan Tae Hee, namun menolak untuk memandangnya.
“Apa mungkin aku membangunkanmu?” tanya Tae Hee dengan canggung dan suara yang terdengar lirih, seolah takut jika membangunkan gadis itu.
“Tidak,” jawab Ja Eun singkat, masih tanpa menoleh pada Tae Hee.
Tae Hee segera mengulurkan segelas kopi di tangannya ke arah Ja Eun dan berkata lembut, “Aku minta maaf untuk malam itu. Ini sebagai tanda permintaan maafku,” ujarnya seraya menatap Ja Eun dengan raut wajah bersalah. Nah, kan? Ujung-ujungnya minta maaf, nih babang polisi.
Ja Eun akhirnya menoleh dan berbalik menghadap Tae Hee, “Jadi apa kau tahu kalau tahu bersalah?” tanya Ja Eun memastikan sekali lagi.
“Aku tahu. Itu sebabnya aku membelikanmu kopi,” jawab Tae Hee lembut, mengakui kesalahannya. Dia sekali lagi menyodorkan kopinya ke arah Ja Eun. (Aku juga suka kopi, Tae Hee-ya. Beli’in dong Starbuck Java Chip Frapucino *wink*)
Ja Eun tersenyum gembira mendengarnya, “Baiklah. Karena kau sudah meminta maaf, maka aku akan memaafkanmu,” ujar Ja Eun seraya meraih kopi itu dan meminumnya dengan tersenyum gembira.
Tae Hee baru saja akan melangkah masuk ke dalam rumah saat Ja Eun bertanya dengan berani sekali lagi, “Tapi foto siapa itu sebenarnya? Kenapa kau sangat marah?” tanya Ja Eun dengan wajah polosnya.
“Kenapa kau sangat penasaran tentang itu? Apa kau tertarik padaku? Atau kau memang suka ikut campur urusan orang lain? Bila kau melihatku marah karena foto itu, kau seharusnya tidak perlu menanyakannya lagi, bukan? Atau kau ini sebenarnya bodoh?” sahut Tae Hee dengan dingin seraya menatap Ja Eun dengan tajam dan menyentil harga dirinya.
“Baiklah. Aku tahu. Aku hanya berpikir kalau kita sudah menjadi lebih dekat mengingat bagaimana kau menerobos masuk ke dalam tendaku dan tidur di sana semalaman,” jawab Ja Eun dengan santainya, skakmat. Pelan tapi dalam.
(Don't mess with Baek Ja Eun! Kamu salah cari lawan, Tae Hee-yaa! Baek Ja Eun kan pinter memutarbalikkan omongan orang dan bikin lawannya kena mental. Kena mental lagi kan kamunya? Ckckck... Dia mah bukan cewek menye-menye yang bisa kamu injek. Lihat, kan? Kamu nyinggung harga dirinya sedikit, langsung deh kena skak! Ja Eun tak pernah memakai nada tinggi namun kalimatnya selalu mengena sampai ke relung hati, dikit sih tapi nyelekit.)
Tae Hee seketika merasa bersalah karena kesalahannya malam itu kembali diungkit. Dalam sekejap, kemarahannya seketika lenyap, Tae Hee tak jadi marah tapi malah merasa bersalah.
“Kau tidak ingat apa pun tentang apa yang terjadi di dalam tenda malam itu, kan?” tanya Ja Eun penasaran.
Tae Hee menggelengkan kepalanya, “Tidak. Aku tidak ingat apa pun. Apa mungkin tanpa sengaja aku melakukan kesalahan padamu?” tanya Tae Hee dengan was-was dan wajah diselimuti rasa bersalah, takut bila dia melakukan sesuatu yang melecehkan gadis itu tanpa dia menyadarinya.
(Kalau aku jadi Baek Ja Eun, aku akan bohong dan mengatakan ‘You stole my first kiss’. Gimana tuh reaksinya Tae Hee kalau seandainya dijawab gitu? Hahaha ^_^ Pasti langsung salting brutal, canggung, malu dan bingung gimana nebus kesalahannya, bisa-bisa dia kepikiran sampe gak bisa tidur hahaha ^_^ Lucu kale ya kalau skenarionya kayak gitu? Tae Hee kan polos banget kalau berhubungan dengan wanita)
“Tidak,” jawab Ja Eun, namun kemudian dia menambahkan, “Kau tidak melakukan hal yang salah selain menerobos masuk ke dalam tenda seorang gadis dalam keadaan mabuk dengan sepatu yang tergantung di lehermu kemudian tertidur di sana semalaman, dan bersikeras mengatakan kalau sepatu itu bukan milikmu. Hanya dua hal itu,” lanjut Ja Eun dengan wajah polosnya.
Tae Hee tampak canggung dan merasa bersalah saat mendengar Ja Eun mengungkap ‘kesalahan’-nya lalu melemparkan tatapannya ke segala arah dengan salah tingkah. Dia berdehem singkat untuk mengusir rasa gugupnya sebelum berkata lirih, “Tidurlah yang nyenyak,” kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, sementara Ja Eun tersenyum gembira seraya meminum kopinya.
Keesokan siangnya, saat semua keluarga Hwang menghadiri pernikahan Tae Bum, hanya Tae Hee yang masih tampak bekerja. Siang itu dia dan Seo Dong Min kebetulan sedang dalam misi mengintai seorang bandar narkoba kelas kakap bernama Jung Il Do.
“Jung Il Do, cepatlah keluar! Aku harus segera menangkapmu agar aku bisa menghadiri pernikahan kakak keduaku,” ujar Tae Hee seraya mengamati sekitarnya dengan waspada.
Akhirnya orang yang mereka tunggu-tunggu pun menunjukkan dirinya, namun seperti bisa diduga, Jung Il Do dapat mencium kehadiran polisi di sekitarnya dan segera mengambil langkah seribu agar tidak tertangkap.
Tae Hee dan Dong Min otomatis keluar dari dalam mobil untuk mengejar orang itu. Terjadilah aksi kejar mengejar antara para polisi dengan pria itu. Dong Min dan Tae Hee memutuskan untuk berpencar agar bisa menangkapnya dari segala arah.
Namun Tae Hee-lah yang lebih dulu menemukan jejak Jung Il Do dan mengejarnya, saat di tengah pengejaran, Jung Il Do sengaja menjatuhkan rak-rak berisi botol-botol bir yang masih penuh ke arah Tae Hee hingga salah satu pecahannya mengenai wajah Tae Hee yang tampan.
Namun walau begitu, Tae Hee tetap bangun kembali dan berlari mengejarnya. Jung Il Do akhirnya berlari ke sebuah apartment dan naik hingga ke atap. Di sana, Jung Il Do menggunakan sebuah kayu untuk menyeberang ke gedung sebelah. Setelah dia berhasil menyeberang, Jung Il Do lalu menjatuhkan kayu tersebut ke bawah agar Tae Hee tidak bisa melompat dan mengejarnya.
Tapi dia salah, Inspektur Hwang Tae Hee kita bukan polisi yang mudah menyerah, apalagi untuk kasus menangkap penjahat kelas kakap. Tae Hee pun nekat melompat ke gedung Seberang walau tanpa kayu penghubung di tengah-tengahnya. Dan dia berhasil melakukannya dengan sangat luar biasa dan tanpa terluka (the Power Of Main Lead kayaknya hahaha ^_^)
Dan setelah berhasil mengejar bajingan itu, Tae Hee pun merebut salinan buku besar dari tangan Jung Il Do, yang merupakan bukti penting dari transaksi narkoba yang selama ini mereka lakukan, siapa saja yang terlibat dalam jaringan ini dan siapa saja yang sudah Jung Il Do suap hingga sulit sekali menangkapnya hingga detik ini.
Setelah Jung Il Do ditangkap dan dibawa oleh mobil patroli polisi, Dong Min dan Tae Hee duduk di dalam mobil Tae Hee untuk membahas sebentar masalah ini.
Lalu Dong Min bertanya lagi tentang sebuah buku di tangan Tae Hee, “Hyung, apa itu?” tanyanya penasaran.
“Ini adalah Salinan buku besar yang mencatat semua transaksi jual beli narkoba sejak tahun 2008 silam. Di sini terdapat nama-nama pengedar, ke mana mereka biasa menjualnya dan semua jaringan yang terlibat di dalamnya, termasuk nama pejabat pemerintah dan juga kepolisian yang mereka suap agar kejahatan mereka tidak terlacak dan berhasil ditutupi dengan baik,” jawab Tae Hee setelah mengamati isi buku besar tersebut.
“Wah, Jung Il Do benar-benar melakukan kejahatan besar,” ungkap Dong Min dengan tidak percaya.
“Kau tahu? Nama Pimpinan Department kita, Lee Khi Chul, juga tertulis di sini,” tambah Tae Hee lagi yang membuat Dong Min melotot tak percaya.
"Tapi Hyung, wajahmu terluka. Apa kau yakin kita tidak perlu ke Rumah Sakit?" tanya Dong Min sekali lagi, yang tentu saja ditolak oleh Tae Hee karena dia sudah terlambat ke pernikahan kakaknya.
Setelah dia menyimpan keranjang berisi peralatan mandinya, Ja Eun kemudian masuk ke dalam rumah hanya untuk menemukan rumah itu kosong dan tak ada seorang pun di sana.
Beberapa saat kemudian, Tae Hee tampak sudah kembali ke rumah dan segera berlari turun dari mobilnya. Namun langkahnya spontan terhenti saat melihat Ja Eun yang duduk seorang diri di luar rumah seraya menundukkan kepalanya dengan ekspresi sedih tergambar di wajahnya.
Merasa kasihan, Tae Hee pun berhenti di samping Ja Eun dan bertanya padanya, “Kenapa kau duduk sendirian di sana?” tanya Tae Hee ingin tahu.
“Tidak ada seorangpun di rumah. Mereka semua sudah pergi,” sahut Ja Eun masih memasang tampang sedih dan kecewa.
“Kau tidak ikut pergi bersama mereka?” tanya Tae Hee dengan menatap iba pada seorang gadis cantik yang duduk seorang diri di tengah halaman.
Ja Eun mengangguk dengan sedih sebelum menjawab, “Ya. Aku pergi ke pemandian umum untuk menggosok punggungku, aku bahkan berdandan cantik, memakai pakaian bagus dan juga mengatur rambutku agar bergelombang, tapi saat aku kembali, mereka semua telah pergi,” ucap Ja Eun, dengan sedih.
“Setelah kupikir lagi, memang sepertinya tidak ada yang mengundangku ke sana. Aku hanya berpikir kalau aku harus pergi. Benar. Aku bukan anggota keluarga ini, juga bukan tetangga di sekitar sini, aku hanya seorang gadis yang tidur di halaman, tapi aku berpikir, setidaknya Ahjumma akan memikirkan aku dan mengundangku untuk datang. Kupikir kami sudah lebih dekat. Tapi sepertinya hanya aku yang salah paham,” lanjut Ja Eun dengan bibir cemberut dan tatapan mata yang terlihat sedih.
Pidato panjang Ja Eun mengenai “betapa kasihannya aku” sukses menyentuh hati Tae Hee dan membuatnya merasa bersalah dan tidak tega melihatnya.
Saat Ja Eun mulai berdiri dan akan kembali ke tendanya, Tae Hee berkata lembut, “Kau bisa pergi sekarang,” ujar Tae Hee dengan perhatian.
“Bagaimana bisa aku pergi jika aku tidak tahu di mana gedungnya?” ujar Ja Eun, masih mengerucutkan bibirnya cemberut.
“Pergilah bersamaku. Tunggu aku di mobil. Aku akan segera keluar setelah mengganti baju,” ajak Tae Hee seraya menuding ke arah mobil peraknya diparkirkan.
Setelah Tae Hee masuk ke dalam rumah, Ja Eun spontan tersenyum lebar. (Bravo! Great Job, Ja Eun-ah. Drama Playing victim-mu berhasil menyentuh hati Tae Hee. Kalau playing victim modelan gini mah diijinkan xixixi ^_^)
Ja Eun tampak menunggu Tae Hee di depan mobilnya dan tak lama kemudian, Tae Hee pun tampak berjalan keluar dari dalam rumah. (Btw, Joo Won ganteng banget kalau pake jas xixixi ^_^)
Ja Eun menoleh saat mendengar ada langkah kaki di belakangnya dan seketika menyadari luka di pipi Tae Hee.
“Ahjussi, apa kau terluka?” tanya Ja Eun menunjuk ke pipi Tae Hee.
“Bukan apa-apa. Hanya luka kecil. Ayo masuk,” jawab Tae Hee seraya mengajak Ja Eun masuk ke mobil. Tae Hee tampak memegang dasi di salah satu tangannya.
“Kenapa kau masih belum memakai dasimu?” tanya Ja Eun penasaran seraya menunjuk dasi di tangan Tae Hee.
“Aku tidak tahu bagaimana cara memakai dasi. Aku akan meminta Ibu memasangkannya untukku setelah sampai di sana. Ayo masuk,” ajak Tae Hee sekali lagi.
“Apa kau mau kubantu memasangkannya? Aku terbiasa memasangkan dasi untuk ayahku sebelumnya. Aku akan memasangkan dasi untukmu. Berikan padaku,” ujar Ja Eun menawarkan diri dengan senyuman.
Tae Hee hanya terdiam seraya menatap Ja Eun dengan ekspresi antara ragu, canggung dan gugup.
“Cepat,” ujar Ja Eun dengan nada mendesak seraya mengulurkan tangannya.
Akhirnya setelah berpikir sesaaat, Tae Hee pun menyetujui bantuan Ja Eun, “Baiklah,” ujarnya lirih seraya mengulurkan dasinya. Ja Eun mengambil dasi Tae Hee dan mereka mulai berjalan mendekat.
Tae Hee segera menaikkan leher kemejanya agar Ja Eun bisa memasangkan dasi untuknya. Suasana mendadak menjadi canggung di antara mereka berdua.
Baik Tae Hee maupun Ja Eun mencoba untuk saling menatap ke arah yang lain, asalkan tidak menatap orang yang ada di hadapan mereka saat ini. Namun sayang, sepertinya itu tidak berhasil, karena pada akhirnya Tae Hee mencuri-curi pandang untuk menatap Ja Eun dengan gugup.
Namun saat Ja Eun mengangkat kepalanya dan melirik Tae Hee,
Tae Hee yang menyadari kalau dia tertangkap basah mencuri-curi pandang segera
mengalihkan pandangannya ke tempat lain dengan salah tingkah.
Tak hanya Tae Hee, Ja Eun pun melakukan hal yang sama. Ja Eun mencoba mencuri pandang ke arah Tae Hee, namun ketika tatapan mereka saling bertemu, Ja Eun segera mengalihkan pandangannya ke arah dasi Tae Hee dan mencoba untuk kembali fokus.
Tak hanya Tae Hee, Ja Eun pun melakukan hal yang sama. Ja Eun mencoba mencuri pandang ke arah Tae Hee, namun ketika tatapan mereka saling bertemu, Ja Eun segera mengalihkan pandangannya ke arah dasi Tae Hee dan mencoba untuk kembali fokus.
Sangat terlihat jelas bagaimana kedua orang itu terlihat sama-sama
gugup dan salah tingkah. Tae Hee menarik napas berkali-kali kemudian membuangnya
untuk menyamarkan kegugupannya. Polisi tampan itu tampak berusaha mengalihkan
pandangannya ke arah lain namun pada akhirnya tetap berakhir menatap Ja Eun
yang juga sama gugupnya dengannya.
Setelah beberapa menit dilanda kegugupan dan kecanggungan, Ja Eun berkata lirih, “Sudah selesai,” seraya menjauhkan tangannya dari leher Tae Hee.
Tae Hee yang mendengarnya segera merapikan kembali leher kemejanya dan tersenyum gugup pada Ja Eun, “Ayo pergi,” ujarnya lirih.
Menurut pengakuan Tae Hee, inilah saat di mana dia, untuk yang pertama kalinya merasa jantungnya berdebar karena Ja Eun. Perlahan-lahan sejak saat ini, Tae Hee membuka hatinya sedikit demi sedikit hingga akhirnya membiarkan Ja Eun bertahta di dalamnya.
Ini juga yang pertama kalinya, Tae Hee mengijinkan Ja Eun naik ke dalam mobilnya. Dan setelah ini, Ja Eun akan lebih sering naik ke dalam mobil Tae Hee karena Tae Hee selalu mengajaknya pergi bersama. Perkembangan pesat dalam hubungan mereka.
Setelah beberapa menit dilanda kegugupan dan kecanggungan, Ja Eun berkata lirih, “Sudah selesai,” seraya menjauhkan tangannya dari leher Tae Hee.
Tae Hee yang mendengarnya segera merapikan kembali leher kemejanya dan tersenyum gugup pada Ja Eun, “Ayo pergi,” ujarnya lirih.
Menurut pengakuan Tae Hee, inilah saat di mana dia, untuk yang pertama kalinya merasa jantungnya berdebar karena Ja Eun. Perlahan-lahan sejak saat ini, Tae Hee membuka hatinya sedikit demi sedikit hingga akhirnya membiarkan Ja Eun bertahta di dalamnya.
Ini juga yang pertama kalinya, Tae Hee mengijinkan Ja Eun naik ke dalam mobilnya. Dan setelah ini, Ja Eun akan lebih sering naik ke dalam mobil Tae Hee karena Tae Hee selalu mengajaknya pergi bersama. Perkembangan pesat dalam hubungan mereka.
Pernikahan Tae Bum dan Su Young tidak berjalan dengan baik seperti pernikahan pada umumnya karena Tae Bum dan Su Young harus kabur di tengah acara pernikahan sebelum acara tersebut selesai dikarenakan mereka harus mencari video yang hilang.
“Ya, sepertinya itu mereka,” sahut Tae Hee lirih. Dan sepasang sejoli itu hanya bisa saling menatap dengan bingung sepasang pengantin yang melarikan diri di hari pernikahan mereka.
Blogger Opinion :
Akhirnya pak Polisi kita yang ganteng dan cute walaupun kadang menyebalkan kalau lagi mode galak, jatuh cinta. See? Kau takkan pernah bisa menolak pesona Baek Ja Eun, Tae Hee-yaa… Setelah ini kalian akan selalu bertemu setiap saat, di berbagai tempat, walaupun tak sengaja, membuktikan kalau yang namanya Jodoh, di mana saja pasti akan bertemu xixixi ^_^ Aku menunggu saat-saat kamu akan menyadari perasaanmu, Tae Hee. Dan siapkan mentalmu untuk mengejar Ja Eun. Fighting, Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim!
Bersambung…
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia.
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini
adalah murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste
tanpa menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar