Intro :
Masih dalam masa-masa kegelapan dalam hidup Baek Ja
Eun. Sudah dicuri kontraknya, diusir dari pertanian yang sebenarnya adalah
miliknya sendiri, difitnah masuk kuliah melalui jalan belakang pula sekarang.
Reputasi hancur, nama baik hancur, mentalnya juga uda hancur-hancuran nih Baek
Ja Eun. Namun setidaknya ada satu hal yang perlu diapreasiasi, yaitu Hwang Tae
Hee yang berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus pada Baek
Ja Eun. Tae Hee setidaknya bukan pria yang mementingkan ego dan harga dirinya, jika
dia tahu dia bersalah, maka dia bersedia meminta maaf tanpa merasa malu.
Sukanya dengan karakter Tae Hee salah satunya karena ini,
dia gak malu meminta maaf, dia gak meninggikan egonya. Saat pada akhirnya Ja Eun
tahu kalau kontraknya dicuri oleh Park Bok Ja pun, Tae Hee yang notabene-nya
bukan pelaku pencurian pun, bersedia meminta maaf berulang kali atas nama sang
Ibu, dia juga meminta maaf karena terlambat memberitahu Ja Eun. Tak hanya itu,
Tae Hee juga meminta maaf karena telah jatuh cinta pada gadis itu, meminta maaf
karena telah datang menemuinya berkali-kali dan mengejarnya tanpa tahu malu.
Maaf, maaf dan maaf, Tae Hee yang malang, yang di episode awal tampak begitu
menyebalkan karena berkali-kali bersikap kasar pada Ja Eun, setelah menyadari
perasaannya, dia kerapkali meminta maaf, mungkin sekalian meminta maaf atas
kekasaran sikapnya di masa lalu.
Ya gimana Ja Eun gak luluh kalau cowoknya sweet banget,
selalu meminta maaf (walo bukan salahnya tapi salah emaknya), selalu bersikap
sopan, bicara dengan lembut, selalu mengkhawatirkan Ja Eun, mengikutinya ke
manapun dan melindunginya dari jauh, bahkan rela terluka demi melindungi gadis
yang dia cintai. Walau marah dan kesal karena masalah pencurian kontrak,
akhirnya Ja Eun bersedia memaafkan keluarga Hwang dan menerima cinta Tae Hee.
Tapi Tae Hee harus menderita dulu, anggap aja sebagai balasan karena telah
bersikap kasar pada Ja Eun di awal episode.
Episode 9 :
Baek Ja Eun tampak berjalan masuk ke kantor polisi. Begitu
melihat kedatangannya, para wartawan seketika mengerubunginya. Para wartawan
itu bahkan bersikap kasar pada Ja Eun dan menarik paksa topi yang dipakainya. Hwang
Tae Hee dan ketiga rekannya yang melihat kejadian itu segera berlari ke arahnya
dan mencoba melindungi saksi mereka.
Setelah Baek Ja Eun mendapat ruang untuk melangkah, dia
segera pergi dari sana. Namun langkahnya terhenti setelah dia melihat Park Bok
Ja ada di sana. Kedua wanita itu saling bertatapan dengan aura permusuhan yang
sangat pekat. Dan Tae Hee menyadari hal ini.
Saat dalam perjalanan pulang, Park Bok Ja tak sengaja
melihat bus yang melintas di depannya yang memasang poster besar Baek Ja Eun
yang sedang mempromosikan Korea University. Dia bertanya-tanya kenapa Ja Eun
menatapnya dengan tatapan seolah ingin membunuhnya, namun walaupun begitu, ekspresi
wajahnya menunjukkan sedikit perasaan bersalah (atau mungkin rasa kasihan?)
Begitu masuk ke dalam, Ja Eun bertemu dengan Tim Leader Eum
yang kini diperintahkan untuk mengambil alih kasus tersebut dan bukan Hwang Tae
Hee lagi. Tim Leader Eum bertanya apakah dia benar-benar tidak tahu mengenai
sang ayah yang membeli 3 buah jam tangan mewah menggunakan kartu kredit perusahaannya
dan kini jam tangan mewah itu ada pada Profesor Seo, yang tentu saja dijawab
oleh Ja Eun bahwa dia tidak tahu apa-apa.
“Apa kau tahu kalau ayahmu, Baek In Ho memberikan 3 buah jam
tangan mewah kepada Profesor Seo? Kami sudah bertanya pada toko yang menjualnya
dan mereka telah mengkonfirmasi bahwa 3 jam tangan itu dibeli dengan menggunakan
kartu kredit ayahmu,” tanya Tim Leader Eum pada Ja Eun.
“Aku tidak tahu soal itu. Tapi walaupun aku tidak tahu kenapa ayahku
memberikan jam tangan itu, namun aku percaya bahwa ayahku bukan orang seperti itu,”
jawab Ja Eun dengan penuh keyakinan.
Lalu Tim Leader bertanya lagi, apakah Ja Eun pernah
mendengar ayahnya menyebut tentang menyuap rektor Universitas atau sesuatu yang
berhubungan dengan penerimaan masuknya. Ja Eun jelas membantah dan mengatakan
bahwa ayahnya bukan orang seperti itu.
“Kalau begitu aku ingin bertanya padamu mengenai proses penerimaan
mahasiswa baru waktu itu. Apakah kau pernah mendengar dari ayahmu atau mungkin
dari pihak Universitas mengenai hal ini sebelumnya (menyuap rektor)?” tanya Tim
Leader Eum selanjutnya. Selama proses interogasi, Tae Hee melihat Ja Eun dari luar jendela bersama para polisi penyelidikan kriminal yang lain.
Lagi-lagi Ja Eun menggeleng tegas, “Tidak. Aku tak pernah
mendengar tentang ini sebelumnya sama sekali,” jawabnya dengan penuh keyakinan.
Tatapan matanya tidak menyiratkan kebohongan sama sekali. Ya emang bukan Ja Eun
kale! Ja Eun kan difitnah.
Ja Eun juga memohon agar Tim Leader Eum menyelidiki kasus
ini hingga tuntas dan membuktikan bahwa dia dan ayahnya tidak bersalah. Pada akhirnya
Tae Hee-lah yang menyelidiki masalah ini dan membuktikan bahwa Baek Ja Eun dan
ayahnya tidak bersalah.
“Ayahku memang sering mengalami kegagalan investasi dan
berkali-kali ditipu orang, itu memang benar. Karena terlalu mudah percaya
pada orang lain, dia selalu ditipu orang dan mengalami kerugian. Ayahku juga
telah menikah sebanyak tiga kali, itu juga benar. Tapi dia bukan orang yang tidak
bermoral dan bukan orang yang bisa melakukan hal-hal yang melanggar hukum
seperti yang telah dituduhkan padanya. Jadi aku mohon pada Anda agar
menyelidiki masalah ini sampai tuntas dan membersihkan nama ayahku. Tolong cari
tahu kenapa ayahku memberikan 3 jam tangan mewah itu kepada Profesor Seo. Aku mohon
pada Anda,” ujar Baek Ja Eun memohon sebelum pergi dari sana.
Setelah
melihat bahwa proses interogasi akan selesai, Tae Hee memberi tanda pada Dong
Min untuk menyiapkan jalan lain untuk gadis itu agar terhindar dari para wartawan.
Setelah Ja Eun menyelesaikan proses interogasinya dan
berniat meninggalkan kantor polisi, ternyata Hwang Tae Hee telah menunggunya di
sudut koridor yang sepi. Baek Ja Eun tampak kesal dan marah saat menatap Tae
Hee.
Namun karena Tae Hee kali ini merasa bersalah, dia
menurunkan egonya dan bicara cukup lembut pada gadis itu, “Ini topimu yang tadi
terjatuh,” ujarnya seraya memberikan topi Ja Eun yang segera diraih dengan kasar
oleh gadis muda itu dengan tatapan ingin membunuh.
“Kau pasti sudah menduga bahwa ini semua terjadi karena hasil
penyelidikanku yang bocor. AKU MINTA MAAF. Jika kau ingin memukulku sekarang,
aku akan menerimanya. Hari ini aku akan menerima semua yang akan kau lakukan
padaku,” ujar Tae Hee merendah, dia menyadari bahwa dia memang bersalah.
“Untuk orang sepertimu, tanganku jauh lebih berharga. Aku
ingin meludahimu, tapi ludahku terlalu berharga untukmu. Kau adalah perampok dan pencuri!”
ujar Baek Ja Eun sinis, lalu berbalik pergi.
Namun sebelum dia sempat melangkah pergi, Tae Hee kembali
berkata, “Hasil penyelidikan akan dipublikasikan dalam waktu sesingkat mungkin
tanpa tersangka,” ujar Tae Hee sebelum Ja Eun melangkah pergi.
“Alasan kenapa ayahmu memberikan 3 buah jam tangan mewah kepada Profesor
Seo, aku akan menyelidikinya hingga akhir. Aku akan mempertaruhkan profesiku
sebagai jaminannya, aku akan tetap menyelidikinya hingga tuntas. Jadi jika kau
dan ayahmu memang tidak bersalah, maka tunggulah! Karena aku akan mencari tahu alasan
kenapa ayahmu membeli jam tangan itu. Hanya itu yang bisa kujanjikan untuk menebus kesalahanku,” ujar Tae
Hee dengan penuh kesungguhan dalam suaranya.
“Janji? Apa kau tahu apa artinya itu? Ayahmu bahkan tidak
bisa menepati janjinya pada teman lamanya sendiri, ayahmu melanggar janjinya
pada ayahku. Ayahmu dan ibumu berkomplot untuk mencuri pertanianku. Kau pria brengsek,
pengecut, polisi tidak kompeten!” Maki Baek Ja Eun, pelan, datar namun
menyakitkan. Pelan sih, tapi dalem >_<
Ja Eun bahkan tidak mau repot-repot menaikkan nada suaranya,
namun kalimat Ja Eun yang mengatai Tae Hee sebagai "pria brengsek, pengecut dan
polisi tidak kompeten" benar-benar telah menyentil egonya dan harga dirinya
sebagai seorang polisi, yang seharusnya mengayomi dan melindungi masyarakat.
Membuat Tae Hee semakin merasa bersalah.
Pada saat itu, Seo Dong Min muncul dari arah belakang Ja Eun
dan memberi tanda bahwa semuanya telah siap.
“Pergilah melalui jalan belakang, para wartawan masih
menunggu di luar,” ujar Tae Hee, menyampaikan informasinya.
Tanpa kata lagi, Baek Ja Eun melangkah pergi. Tae Hee
memberi tanda pada Dong Min agar mengawal gadis itu keluar dengan aman dan
selamat.
Setelah Ja Eun pergi, Tae Hee berada di gym dan memainkan
bola basket di tangannya, tapi sebenarnya dia hanya ingin melempar bola untuk melampiaskan
kekesalannya.
“Kau pria brengsek, pengecut, polisi tidak kompeten!” Kalimat
makian Baek Ja Eun terus terngiang dalam kepala Tae Hee. Kalimat yang
benar-benar menyentil ego Tae Hee dan melukai harga dirinya sebagai seorang
polisi.
“Dia sudah pergi. Dia pergi melalui pintu belakang. Tapi apa
kalian berdua saling kenal sebelumnya?” ujar Seo Dong Min yang mendatangi Tae
Hee setelah mengantar Baek Ja Eun keluar.
Tae Hee tidak menjawab, tapi justru keterdiamannya telah
memberikan sebuah jawaban. Apalagi setelah Tae Hee menendang bola dengan marah
dan penuh rasa frustasi.
“Pasti ada hubungan antara Pimpinan Department dan Baek In
Ho yang tidak kita ketahui. Kita harus menyelidiki kembali hal ini dan
menemukan keterkaitan antara mereka berdua. Berikan semua informasi mengenai mereka berdua padaku!” ujar Tae Hee, tampak bersikeras ingin menyelidiki ini
hingga tuntas.
Yang tentu saja, Seo Dong Min menentangnya, namun dia hanya
mampu berteriak “Hyung!” tanpa bisa mengubah pikiran Tae Hee.
Di tempat lain, si jahat Lee Seung Mi tampak bahagia saat
melihat video Baek Ja Eun dibully, apalagi saat membaca komentar jahat yang
ditujukan untuk rivalnya itu. Gadis jahat itu tampak berbahagia untuk sesaat,
namun tiba-tiba saja ayahnya menepikan mobil dengan alasan ingin pergi
mengambil ATM.
Saat itulah ponsel sang ayah, Lee Khi Chul berbunyi, dan itu
adalah telepon dari Profesor Seo. Lee Seung Mi mengangkatnya dan berniat
menjawabnya, namun belum sempat dia mengatakan sesuatu, Profesor Seo lebih dulu
melabraknya dengan penuh kemarahan.
“Kau pikir apa yang sedang kau lakukan? Kenapa penyelidikan
itu bisa tersebar keluar? Apakah kau benar-benar ingin aku mengatakan kepada
semua orang bahwa mahasiswa yang masuk melalui jalan belakang BUKANLAH BAEK JA
EUN MELAINKAN LEE SEUNG MI? Jika kasus ini tidak ditutup, aku akan
mengatakannya pada semua orang!” ancam Profesor Seo.
Kalimat yang membuat Lee Seung Mi menjadi sangat shock dan spontan
menjatuhkan ponsel sang ayah. Nah kan? Nyahok kan, loe! Takut kan sekarang? Loe
tadi happy-happy ngatain Baek Ja Eun, eh ternyata si mahasiswa suap adalah
dirimu sendiri hahaha ^_^ Makanya jangan jadi jahat dan sombong jadi orang.
Baek Ja Eun gak ngapa-ngapain tapi selalu diganggu sama nih cewek. Sayangnya
waktu di ending Tae Hee mengungkapkan dalang kasus suap yang sebenarnya, gak
diperlihatkan reaksi Lee Seung Mi gimana kalau rahasia kelamnya terbongkar. Lee
Seung Mi menghilang begitu saja dari cerita secara ajaib.
Di pertanian, Hwang Tae Bum yang merasa bersalah tampak
berjongkok di luar menunggu Tae Hee pulang ke rumah.
“Aku sungguh tidak melakukan ini dengan sengaja,” gumam
Hwang Tae Bum pada dirinya sendiri. Apaan yang “tidak dengan sengaja”? Jelas-jelas dia mencuri hasil penyelidikan Tae Hee dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapa
pun. Ngeles aja loe, Tae Bum! Puas loe ngehancurin hidup Baek Ja Eun?
Saat Tae Hee pulang, Tae Bum mengejar mobilnya dengan
bersemangat.
“Mengapa kau pulang sangat terlambat?” tanya Tae Bum dengan
tersenyum ceria, berusaha menyenangkan hati Tae Hee karena merasa bersalah pada
adiknya.
Namun Tae Hee hanya menatapnya dengan sinis. Melihat Tae Hee hanya meresponnya
dengan dingin, senyuman di wajah Tae Bum seketika menjadi luntur.
“Apa kau sudah makan malam? Kalau belum makan, bagaimana
jika kita pergi makan di toko di pertigaan jalan itu sambil minum beberapa
gelas soju,” ajak Hwang Tae Bum, berusaha mengajak berbaikan adiknya, namun Tae
Hee masih mengabaikannya.
“Apa ada yang salah dengan anak ini? Aissh jinja!” umpat Tae
Bum karena diabaikan oleh Tae Hee sejak tadi.
“Oke. Baik. Baik. Aku salah. Aku salah. Aku tidak akan
melakukannya lagi. Jadi maafkan aku kali ini, oke? Aku berjanji tidak akan
mencuri hasil penyelidikanmu lagi,” ujar Tae Bum, meminta maaf dan mengakui
kesalahannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun Tae Hee masih
terdiam acuh.
Tae Hee masih kesal karena ulah Tae Bum, dia sampai dimaki
Ja Eun sebagai “Pria brengsek, pengecut dan polisi tidak kompeten”.
“Aku memang ingin melaporkan berita besar, itu memang benar.
Tapi selain itu, itu lebih karena aku ingin mengungkapkan kasus 9 tahun yang
lalu di mana Profesor Seo juga terlibat, itu sebabnya aku ingin melaporkannya,”
lanjut Tae Bum, memberi penjelasan tanpa diminta.
“Benarkah itu?” ujar Tae Hee sinis, terdengar tidak percaya. Selama ini yang dia tahu, Hwang Tae Bum hanya peduli pada rating tinggi.
“Kau mungkin hanya menganggap itu hanya alasan tapi aku mengatakan
yang sebenarnya. Aku berjanji. Kelak aku tidak akan mencuri hasil
penyelidikanmu lagi untuk kujadikan sumber berita,” ujar Tae Bum, berjanji.
“Berkat laporan beritamu, Baek Ja Eun sedang dihancurkan secara
online,” ujar Tae Hee, dia tampak merasa bersalah pada gadis itu. Ya bagus,
teruslah merasa bersalah, Tae Hee. Dengan begitu kau akan bersikap baik padanya
dan tidak ikut-ikutan ibumu memusuhinya.
“Apa? Aku benar-benar tidak berharap seperti itu. Aku hanya
ingin menangkap Profesor Seo. Tapi bagaimana mereka bisa mencari tahu
orang-orang dibalik beritaku? Bukankah kau juga melihat beritaku? Aku menggunakan
mozaik untuk menutupi wajah Baek In Ho dan menyamarkan namanya juga,” ujar Tae
Bum membela diri.
(Baek In Ho wajahnya diblur tapi video Baek Ja Eun diunggah
terang-terangan, loe sakit, Hwang Tae Bum? Udah gitu dikasih keterangan jelas, “Miss
B bahkan ditunjuk sebagai Maskot Universitas”. Ya jelas publik langsung tahu
lah, lah wong wajah Baek Ja Eun terpampang nyata tanpa diblur-blur manja. Rasa ingin
menendang Hwang Tae Bum ke segitiga Bermuda beneran deh!)
“Jadi kenapa kau harus melaporkannya? Kenapa?” sergah Hwang
Tae Hee masih emosi dengan nada tinggi. Dia masih kesal karena profesinya terancam dan juga dimaki sebagai Polisi tidak kompeten oleh Baek Ja Eun.
“Aku juga sulit menerima ini. Siapa yang menyangka orang-orang
bisa menguraikan mozaik? Teknologi terbaru sangat canggih, bukan?” ujar Tae Bum
masih ngeles. Padahal bukan masalah mozaiknya, tapi masalah video Baek Ja Eun
diunggah secara gamblang, wajah Baek Ja Eun gak diblur.
Merasa malas mendengarkan omong kosong Hwang Tae Bum, Tae
Hee berjalan melewatinya tanpa menggubrisnya lagi. Capek Hwang Tae Hee ceritanya.
Percuma ngomong sama Tae Bum.
Di luar rumah, Hwang Chang Shik (papa Hwang) tampak ingin mengirim
pesan pada Ja Eun dan menanyakan kabarnya, saat tiba-tiba kedua putranya pulang.
Ternyata dia duduk menunggu di luar karena ingin menunggu Tae Hee untuk
menanyakan hasil penyelidikan kepolisian.
“Ayah, kenapa ayah di luar?” tanya Tae Hee saat melihat
ayahnya.
“Ayah sedang menunggumu, Tae Hee. Bagaimana hasil
penyelidikan polisi? Apakah Ja Eun benar-benar mahasiswa yang masuk melalui
suap?” tanya Hwang Chang Shik dengan nada khawatir.
“Ayah juga melihat beritaku? Ya benar, apa dia benar-benar
masuk melalui suap atau tidak?” tanya Hwang Tae Bum.
“Aku bahkan tidak bisa memastikan hal itu dan itu membuatku hampir
gila. Satu-satunya yang jelas hanyalah 3 buah jam tangan yang diberikan Baek In
Ho pada Profesor Seo, tapi Presdir Baek In Ho menghilang dan tidak bisa
memberikan keterangan, Profesor Seo membantah dan tak ada cukup bukti. Dan
hasil penyelidikanku pun membuktikan bahwa sebenarnya Baek Ja Eun sangat
berbakat jadi dia tidak perlu menggunakan suap untuk diterima di Universitas,”
ujar Tae Hee, mengatakan dengan jujur hasil penyelidikannya mengenai Baek Ja Eun.
“Jadi sekarang bagaimana?” tanya Tae Bum.
“Apa yang akan terjadi padanya?” tanya Hwang Chang Sik masih
khawatir.
“Kasusnya akan ditutup karena kurangnya bukti dan secara otomatis
mengatakan kalau dia tidak bersalah. Jadi jangan khawatir tentang hal itu,
Ayah.” Ujar Tae Hee menenangkan ayahnya.
“Benarkah itu? Jadi dia tidak akan dituduh masuk melalui
suap lagi? Ja Eun tidak akan mendapat hukuman?” tanya Hwang Chang Sik memastikan.
“Ya,” jawab Tae Hee dengan penuh keyakinan.
“Aku lega mendengarnya. Aku merasa aku bisa bernapas lega
sekarang. Kalau begitu ayo masuk ke dalam,” jawab Hwang Chang Sik dengan
ekspresi lega.
Di kamar, Hwang Chang Sik bercerita pada Park Bok Ja kalau
menurut hasil penyelidikan Tae Hee, Ja Eun bukanlah mahasiswa yang diterima
masuk melalui suap. Dan Park Bok Ja menjawab dengan ketus, “Aku lega
mendengarnya.”
Hwang Chang Sik kembali membujuk istrinya untuk membiarkan
Ja Eun tinggal bersama mereka, setidaknya sampai dia lulus dan mencari
pekerjaan sendiri. Karena Hwang Chang Sik selalu merasa khawatir dan kasian
melihat gadis itu sendirian di luar sana menghadapi dunia yang kejam ini.
Park Bok Ja berkata dengan nada marah,“TIDAK.”
Namun Hwang Chang Sik bertanya, “Kenapa tidak? Kau hanya perlu menambahkan satu
mangkok nasi di meja saja. Aku yang akan merawat Ja Eun, dia juga bisa mencuci
bajunya sendiri,” ujar Hwang Chang Sik, dia tampak benar-benar ingin merawat Ja
Eun di sana dan tinggal bersama mereka.
“Tidak. Aku tidak bisa hidup bersamanya. Aku membencinya
sejak hari pertama melihatnya. Bagaimana aku bisa hidup bersama orang yang kubenci?”
jawab Park Bok Ja, dengan tegas menolak.
Padahal yang sebenarnya, dia sudah mulai merasa bersalah
setiap kali melihat wajah Ja Eun, dan dia juga takut kalau masalah pencurian
yang dia lakukan terungkap cepat atau lambat. Jika tidak melihat wajah Ja Eun,
dia tidak akan merasa bersalah karena telah mencuri surat kontrak gadis itu dan
membuatnya merasakan kemalangan bertubi-tubi.
Hwang Chang Sik yang kesal bahkan mengatai istrinya, “Kau
benar-benar wanita jahat. Wanita busuk. Wanita yang tak punya perasaan. Kenapa
aku bisa menikahi wanita sepertimu?” umpatnya pada istrinya yang sama sekali
tak punya hati nurani.
Di awal episode, yang baik pada Ja Eun memang hanya Hwang
Chang Sik dan Hwang Tae Shik (si putra sulung), yang lain masih memusuhi. Tapi
dengan masalah ini, Tae Hee dan Tae Bum sepertinya mulai membuka hati dan
menerima Ja Eun, karena perasaan bersalah di hati mereka.
Tak bisa lagi tidur
di kampus, Baek Ja Eun akhirnya hanya bisa menginap di pemandian umum dan dia
menatap iri pada sebuah keluarga yang tampak bahagia di depannya. Poor Ja Eun T_T
Paginya, keempat saudara Hwang berangkat kerja bersama.
Nenek dan Ibu ikut mengantar keluar keempat saudara Hwang. Nenek mengingatkan Tae
Hee agar tidak mengebut di jalan.
Di dalam mobil, keempat saudara Hwang membicarakan orang tua
mereka.
“Ayah sepertinya tidak tidur semalaman. Dia terlihat lesu
saat sarapan,” ujar Tae Hee.
“Itu karena Ja Eun-ssi tidak membalas pesan dari ayah dan
juga tidak mengangkat telepon darinya,” sahut Tae Shik, satu-satunya putra
keluarga Hwang yang tak pernah memusuhi Ja Eun sejak awal.
“Kenapa gadis itu mengangkat telepon dari kita di saat
dia sangat ingin membunuh kita?” sahut Tae Phil, si rambut sarang burung dan
pengangguran tidak berguna yang sejak awal paling memusuhi Ja Eun.
“Aku merasa kasihan padanya setiap kali membaca komentar di
sosial media yang menghujatnya habis-habisan,” ujar Tae Shik dengan raut wajah
kasihan.
“Kenapa kau harus membacanya jika itu membuatmu merasa
bersalah?” seru Tae Phil tanpa punya perasaan.
“Aku mengkhawatirkan keadaan Ja Eun-ssi. Apa dia baik-baik
saja?” ujar Tae Shik dengan nada khawatir.
“Tidak perlu terlalu khawatir. Beritanya akan mereda dengan
sendirinya. Orang-orang juga pasti akan lupa suatu hari nanti," jawab Tae Bum dengan entengnya.
“Karena kalian sudah mengangkat topik ini, aku ingin mengatakan
sesuatu. Bagaimana jika kita mengembalikan setengah pertanian ini padanya? Aku
bertemu Baek Ja Eun. Karena kontraknya sudah hilang, dia tidak berharap banyak,
dia hanya menginginkan setengahnya saja. Bagaimana jika kita mengembalikan setengah
pertanian padanya? Bagaimana menurut kalian?” ujar Tae Hee, dia mulai mengusulkan
untuk mengembalikan setengah pertanian itu pada Ja Eun seperti yang diminta Ja
Eun padanya malam itu.
Tapi sayangnya, tak ada yang merespon usulan Tae Hee. Bahkan
Tae Shik pun tampak takut setelah dia ditegur keras terakhir kali dan diserang
oleh seluruh keluarganya.
“Aku hanya bertanya apa pendapat kalian. Dia bahkan tidak
meminta seluruhnya, dia hanya meminta setengahnya. Mengapa kalian tidak ada yang
menjawab? Sejak awal, pertanian itu memang milik Baek Ja Eun!” tanya Tae Hee
menuntut sebuah jawaban. Tae Hee sudah mulai berdiri di pihak Ja Eun.
“Apakah kau anak tetangga?” sindir Tae Phil, si pengangguran
tidak berguna.
“Aku adalah seorang polisi yang bertugas menangkap orang yang melanggar
hukum. Tapi setiap kali kami bertemu, dia selalu mengatakan dengan lantang bahwa aku
dan keluargaku adalah komplotan perampok dan pencuri dan itu melukai perasaanku dan harga diriku sebagai polisi,” lanjut Tae Hee lagi, tampak berusaha membujuk ketiga
saudaranya.
“Karena kontraknya sudah hilang, maka dia tak punya kekuatan
hukum lagi. Benarkan, Hyung?” jawab Tae Phil, si rambut sarang burung yang tak punya
hati.
“Memang secara hukum itu benar. Tapi jika dipikir secara etika
dan kemanusiaan, apa yang dikatakan Tae Hee memang benar, Maknae.” sahut Tae
Shik sejujurnya, setuju dengan Tae Hee.
“Cobalah katakan itu di depan Ibu! Etika? Kemanusiaan?” tantang
Tae Phil dan spontan membuat Tae Shik terdiam.
“Hyung, bagaimana menurutmu?” tanya Tae Hee pada Tae Bum.
“Aku akan berada di pihak Ibu, jika Ibu bilang iya. Aku akan
setuju. Tapi jika Ibu bilang tidak, maka aku tidak bisa membantah,” jawab Hwang
Tae Bum.
“Kenapa kau sangat pengecut?” ketus Tae Hee.
“Aku tidak tahu ini egois atau pengecut. Tapi bagi Ibu, pertanian
ini adalah hidupnya. Ibu yang telah bekerja di sana selama 10 tahun dan
membangun pertanian itu sejak awal. Sejak menikah dengan ayah, selama 40 tahun,
ibu sudah menderita. Jadi aku tidak ingin menentangnya,” jawab Tae Bum, memilih
berpihak pada sang ibu.
(Woi, kalau Ibumu menderita sejak menikah dengan ayah kalian,
apa itu salah Baek Ja Eun? Itu kesialan Park Bok Ja karena menikahi pria yang
tidak kompeten, kenapa itu bisa menjadi salah Baek Ja Eun? Apa hubungannya Baek
Ja Eun dengan hidup ibumu yang menderita selama 40 tahun? Ja Eun bahkan belum
lahir saat Park Bok Ja menderita karena menikahi pria yang salah! Cacat logika
nih reporter satu! Loe uda menghancurkan mental dan reputasi Baek Ja Eun, masih
nyari pembenaran pula!)
“Aku harus berdiri di pihak Ibu, apa pun yang terjadi nantinya,”
lanjut Tae Bum lagi.
“Benar. Kau adalah kakak yang baik,” puji Hwang Tae Phil
pada Tae Bum.
Tae Bum kemudian menoleh ke arah Tae Hee, “Jadi jika kau
ingin memberikan kembali pertanian ini pada Baek Ja Eun, kau harus membujuk Ibu
lebih dulu,” lanjut Tae Bum lagi.
Ja Eun baru saja tiba di restoran tempat dia bekerja paruh
waktu sebagai pelayan. Ja Eun menyapa manajernya, namun saat akan pergi untuk
mengganti seragam, si manajer botak itu memanggilnya kembali dan sengaja meletakkan
name tag-nya ke dalam sebuah mug. Si manajer botak yang terlihat seperti banci
ini berkata dengan gaya melambai namun sinis, “Kau tahu jelas apa artinya,
bukan? Kau tidak perlu datang bekerja lagi mulai detik ini,” ujar si botak yang
melambai ini.
Ja Eun bertanya kenapa lalu mulai memandang semua orang yang
berbisik-bisik di sekitarnya, sudah jelas ini pasti karena laporan berita dari
Hwang Tae Bum.
“Aku mengerti. Tapi tolong bayar gajiku minggu ini,” pinta
Baek Ja Eun.
“Apa?” ujar si botak banci gak terima.
“Anda harus membayar gajiku. Perjam 5000 won, aku bekerja
selama 4 jam perhari. Totalnya 20.000 won perhari. Selama seminggu, ditambah
lembur di akhir pekan. Totalnya menjadi 150.000 won. Anda harus membayarku
sebanyak 150.000 won. Cepat berikan!” pinta Baek Ja Eun dengan berani.
“YAAA! Karenamu, aku kehilangan banyak pelanggan, reputasi
kami juga hancur. Apakah kau tahu berapa banyak kerugian yang kami alami? Belum
lagi cangkir yang kau pecahkan saat kau mencuci piring. Sebaliknya, kaulah yang
seharusnya memberikan kami uang ganti rugi. Jadi lebih baik kau keluar tanpa
banyak bicara,” ujar si manajer botak banci tanpa perasaan. Enak aja dia pake
keringetnya orang tapi gak mau bayar tenaganya?
Tapi bukan Baek Ja Eun namanya kalau diam saja saat
ditindas, tentu saja dia melawan, “Bukan karenaku restoran ini kekurangan pelanggan.
Tapi sejak awal memang tidak ada pelanggan yang datang. Justru karena aku bekerja
paruh waktu di sini, restoran ini jadi memiliki banyak pelanggan dan penjualan
mengalami peningkatan 3 kali lipat, dan Anda mengatakan restoran ini ramai
karena Anda? Dan tentang cangkir yang kupecahkan, Anda membelinya secara grosir
seharga 1000 won. Aku memecahkan 2 cangkir, kalau begitu kurangi 2000 won dari
gajiku. Berikan padaku 148.000 won sekarang juga!” ujar Baek Ja Eun dengan
berani dan percaya diri.
Melihat si manajer botak banci tersebut tidak bereaksi, Baek
Ja Eun sengaja menaikkan suaranya untuk menarik perhatian pelanggan. Dia tidak peduli
menjadi tontonan, dia hanya menginginkan uang hasil kerja keras yang menjadi
haknya.
“Baik. Akan kuberikan uang itu padamu. Kau bisa menggunakan
uang itu untuk menyuap Universitas. Aku lupa kau mata duitan. Berapa banyak? 148.000
won? Baik. Aku akan memberikannya padamu! Pergilah!” seru si Manajer botak
banci tersebut seraya melemparkan uang itu ke wajah Ja Eun sebagai bentuk
penghinaan dan pergi begitu saja.
Ja Eun yang malang berlutut untuk memunguti uang yang
berserakan di lantai dengan berlinang air mata.
Di tempat lain, Hwang Chang Sik (papa Hwang) datang menemui
Tae Hee untuk meminta bantuannya mengenai masalah Ja Eun.
“Ja Eun tak punya tempat untuk pergi dan itu membuat ayah benar-benar
sedih. Meskipun Ayah sudah berusaha membujuk Ibumu, namun Ibumu tetap mengatakan
kalau dia tidak bersedia untuk membawa Ja Eun masuk. Jadi aku berpikir untuk meminjam
uang padamu, agar bisa menyewakan Ja Eun sebuah rumah kecil. Bagaimana
menurutmu?” tanya Hwang Chang Sik pada Tae Hee.
“Apakah dia mau menerimanya?” tanya Tae Hee tak yakin. Tae
Hee mulai melunak karena dirundung rasa bersalah pada Ja Eun.
“Kenapa menurutmu dia tidak mau?” Hwang Chang Sik balik
bertanya dan Tae Hee terlihat bingung menjawabnya.
“Aku sendiri tidak yakin, Ayah. Bagaimana pun, Ayah ingin
melakukan itu, kan?” ujar Tae Hee lagi
“Tentu saja aku ingin melakukan itu. Itu sebabnya Ayah ingin
meminjam 30 juta darimu,” ujar Hwang Chang Sik.
“Baiklah. Aku mengerti,” sahut Tae Hee sambil tersenyum
manis.
“Apa ini menyulitkanmu?” tanya Hwang Chang Sik gak enak.
“Tidak. Tidak sulit sama sekali. Apa Ayah ingin segera
mendapatkan 30 juta won itu? Atau haruskah kita rundingkan pada Hyung lebih
dulu?” jawab Tae Hee dengan rendah hati.
(Btw, Tae Hee ini sepertinya yang paling mampu di antara
empat bersaudara Hwang, selain karena dialah satu-satunya yang memiliki mobil
bagus, dia juga selalu dimintai bantuan oleh sang ayah jika menyangkut
keuangan. Baek Ja Eun gak salah milih calon suami ya, Tae Hee yang paling kaya
soalnya. Eh salah ding, Tae Hee yang ngejar-ngejar Baek Ja Eun pada akhirnya,
bukan sebaliknya. Untungnya yang ngejar modelan Tae Hee, udah yang kerjaannya
paling mapan, paling keren, dia wajahnya paling ganteng, dari segi keuangan
paling kaya, satu-satunya yang punya mobil dan satu-satunya yang punya 30 juta
won bahkan lebih di rekeningnya. Kalau pas 30 juta won, ya mana mungkin dikasih
semua? Emang dia gak ada kebutuhan lain? Jadi pasti lebih lah. Dengan kata
lain, rekeningnya Tae Hee yang paling gendut hahaha ^_^ Cocok buat pasangannya
Baek Ja Eun yang mantan Nona besar kaya raya xixixi ^_^)
“Tidak. Jangan lakukan itu! Jika kita mengatakan itu pada
mereka, Ayah sudah bisa menduga apa yang akan dikatakan oleh Tae Shik dan Tae
Bum nantinya. Jika kau tidak masalah, anggap saja Ayah meminjam 30 juta won
padamu,” ujar Hwang Chang Sik.
“Baiklah, aku mengerti. Masih ada waktu sebelum bank tutup, aku akan mencoba mengambilnya. Paling lambat lusa akan kuberikan uang
itu untukmu, ayah.” Sahut Tae Hee menyanggupi.
(Gpp Tae Hee. Toh nanti kamu gak hanya memberikan 30 juta
won untuk Ja Eun tapi memberikan seluruh hidupmu pun, kamu bersedia. Pada
akhirnya kan kamu yang akan menafkahi Ja Eun seumur hidup kalau kalian menikah.
Anggap aja 30 juta won itu DP dulu atau anggap aja mas kawin lah hahaha ^_^)
“Tapi tentang ibu dan saudara-saudaramu...” ujar Hwang Chang
Sik ragu.
“Aku tidak akan mengatakan apa pun, Ayah.” Jawab Tae Hee
meyakinkan ayahnya. He is really a good boy.
“Haahh…Terima kasih banyak. Akhirnya aku tidak akan merasa
khawatir lagi sekarang,” jawab sang Ayah lega dan Tae Hee pun tampak senang
bisa membantu. Mungkin bagi Tae Hee, ini adalah wujud kompensasi dan permintaan
maafnya karena telah menghancurkan hidup Baek Ja Eun akibat bocornya hasil
penyelidikan itu.
Namun sayangnya, semuanya terjadi di luar rencana. Dan Tae
Hee yang sudah mulai melunak dan bersikap baik pada Ja Eun, kembali merasa
kesal dan marah dan bahkan menyesali niatnya untuk berbaik hati pada gadis itu.
Semuanya bermula saat Baek Ja Eun yang frustasi dengan
hidupnya mulai mabuk-mabukan. Dia kembali membuat masalah, tak hanya mengusir
kedua sahabatnya yang selalu membantunya, dia juga membuat kerusakan di Ojakgyo
Farm.
Ja Eun yang mabuk berat diam-diam datang ke sana di malam
hari, lalu melepaskan semua bebek di dalam kandang saat semua penghuni sedang
tidur. Dia juga merusak tanaman-tanaman, mencoret-coret semua dinding dan
property, termasuk truk keluarga Hwang dan menuliskan “kami adalah keluarga
perampok” di sana.
(Maafkan Ja Eun, ya. Ja Eun sedang khilaf, dia butuh pelampiasan kemarahannya. Siapa suruh juga emak kalian mencuri kontraknya? Masih untung pertaniannya gak dibakar!)
Paginya, saat Park Bok Ja pergi melihat bebek-bebek
peliharaannya, dia sangat terkejut saat melihat kendang bebek itu kosong dan
berteriak panik memanggil Tae Shik dan Tae Phil ke sana.
Bersambung
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan.
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesianull
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar