Intro :
Episode 7-10 adalah episode yang aku benci. Kasian banget
Baek Ja Eun, dia gak punya tempat bergantung. Gak ada seorangpun yang berdiri
di pihaknya, semua orang seakan memusuhinya, semua orang meninggalkannya, gak
ada satupun yang percaya padanya. Dia adalah korban, tapi dia malah dituduh
sebagai tersangka. Dia dibully, diusir, dihina-hina, dia bukan hanya kehilangan
ayahnya yang merupakan keluarganya satu-satunya, namun dia juga kehilangan
seluruh hartanya, rumah, uang, kini juga kehilangan pekerjaan, nama baik dan
reputasinya karena Hwang Tae Bum membocorkan hasil investigasi Hwang Tae Hee
yang belum sepenuhnya diselidiki kebenarannya dan masih abu-abu.
Hwang Tae Hee jelas tahu kalau Baek In Ho tidak bersalah,
dia kemungkinan besar hanyalah perantara Lee Khi Chul dan Profesor Seo, tapi
Hwang Tae Bum yang tidak mengetahui hal tersebut malah seenaknya membocorkan
tuduhan tanpa bukti tersebut ke publik dan membuat Baek Ja Eun dibully oleh
seluruh mahasiswa di kampus. Tapi setidaknya karena kasus inilah, Hwang Tae Bum
dan Hwang Tae Hee merasa bersalah pada Baek Ja Eun dan akhirnya mulai bersikap
baik padanya dan berhenti memusuhi Baek Ja Eun. Ada hikmahnya juga sih. Walau
tetap aja kasian Baek Ja Eun dihancurkan secara mental. Namun untunglah Baek Ja
Eun adalah gadis yang kuat dan tangguh juga bermental baja. Gak menye-menye
karakternya makanya aku suka.
Episode 7 :
Flashback sedikit saat adegan makan malam keluarga Hwang,
sebelum Ja Eun kehilangan surat kontraknya. Keluarga Hwang tampak duduk sambil
merenung dan berpikir bagaimana mereka harus menghadapi permintaan Ja Eun
tentang 30 juta won yang harus disediakan dalam waktu satu minggu.
Seluruh keluarga Hwang tampak tegang, lesu dan suntuk,
terlihat tak ada semangat hidup, hingga akhirnya Nenek berbicara menyindir Ja
Eun yang bagaikan siluman rubah betina.
“Gadis ini seharusnya memiliki setidaknya 300 ekor.
Lihatlah saat dia berkata, aku akan pindah!” sindir Nenek kesal.
“Eomma, apakah akan baik-baik saja jika kita pinjamkan 30
juta won padanya? Kita semua mutlak ada di pihak yang lemah. Bahkan gadis
itupun tahu itu. Apa mungkin karena dia adalah seorang putri pengusaha makanya
dia tahu bagaimana caranya bernegosiasi dengan baik?” tanya Hwang Tae Bum,
meminta pendapat sang ibu.
“Dia melakukan apa yang ayahnya lakukan,” jawab Hwang
Chang Sik.
“Tae Hee dan aku memiliki sekitar 30 juta won,” ujar
Tae Bum, berniat memenuhi permintaan Ja Eun karena tahu mereka ada di pihak
yang lemah secara hukum.
“Aku keberatan! Ayah, aku keberatan. Ini mungkin hanya
awalnya. Dia meminjam 30 juta won seperti meminjam 30 ribu,” Tae Hee
menolak keras, kali ini dia tidak setuju dengan Tae Bum.
(Ya, ya, ya, lihatlah bagaimana kau juga akan ditolak oleh
Baek Ja Eun sebanyak 2 kali nantinya. Anggap aja itu bayaran setimpal, Tae
Hee-ya!)
“Dan bagaimana jika kita tidak memberikannya?” tanya
Hwang Chang Sik, meminta solusi lain.
“Dia menyuruh kita untuk pindah, apa kau punya uang yang
lebih banyak untuk membeli rumah baru?” tanya Hwang Tae Phil pada Hwang Tae
Hee.
“Kita tidak bisa pindah. Jika kita memutuskan untuk
pindah, kita akan memiliki biaya sewa, biaya transportasi pemindahan barang,
dan lain-lain. Apa kau pikir 30 juta akan cukup?” jawab Hwang Chang Sik.
(Nah, kan? Tahu sendiri kan kalau sewa rumah besar di Korea
Selatan, apalagi untuk 7 orang anggota keluarga itu tidak murah dan sangat
mahal. Masih untung kalian selama 10 tahun diijinkan tinggal gratis di tanah
dan rumahnya Baek In Ho, ayah Baek Ja Eun, eh masih juga gak tahu diri
>_< Emang keluarga Hwang ini adalah keluarga benalu. Tinggal bersama apa
susahnya sih? Daripada diusir dan bayar sewa rumah sendiri, malah lebih mahal
kan jatohnya?)
“Tapi kita tidak bisa terus memenuhi permintaannya?”
Tae Hee tetap menolak memberikan bantuan.
(Nih Hwang Tae Hee emang pantes ditolak 2 kali sama Ja Eun. Ngeselin soalnya di awal episode. Untungnya dia ngeselinnya cuma di 10 episode awal, ya. Gak sampe setengah drama (dramanya 58 eps) dan untung juga, kamu ganteng, Joo Won-ah hihihi ^_^)
“Dia bukan orang yang seperti itu. Apakah nanti dia juga
akan seperti itu? Ini karena dia ingin menemukan tubuh ayahnya,” ujar Hwang
Chang Sik, masih membela Ja Eun.
Bagaimana pun juga Baek Ja Eun adalah putri teman baiknya
dan dia seorang gadis, tentu Hwang Chang Sik merasa dirinya seperti seorang
ayah yang menjaga putrinya sendiri. Di episode awal, hanya Chang Sik yang masih
terlihat baik dan masih punya perasaan bersalah.
“Tapi dia adalah gadis yang manja, bagaimana jika di masa
depan dia akan meminta hal-hal yang aneh lagi?” ujar Tae Hee lagi, masih
tetap menolak.
“Semua orang yang duduk di sini juga memikirkan hal itu.
Apa karena kau punya uang jadi ingin pamer?” jawab Hwang Tae Phil sinis.
“Apa salahnya dengan pamer? Seseorang yang memiliki uang berhak
memamerkan hasil kerjanya,” ujar Hwang Tae Bum, namun jawabannya menyindir
Hwang Tae Shik, putra tertua yang sampai saat ini belum bisa diandalkan karena
bergaji rendah.
“Apa kalimatmu itu ditujukan untukku?” ujar Hwang Tae
Shik, yang merasa tersindir.
“Apa yang kalian semua lakukan?” tegur Hwang Chang
Sik yang melihat keempat putranya bertengkar sendiri.
“Aku setuju dengan kakak kedua. Jika kita pindah keluar,
apa ayah dan ibu bisa bertahan hidup? Dan kakak tertua juga belum menikah.
Tidak seperti kakak kedua atau Tae Hee…maksudku kakak Tae Hee (Tae Hee Hyung),
mereka berdua memiliki pekerjaan tetap dan sangat kompeten, namun aku dan kakak
pertama masih memerlukan pertanian ini untuk bertahan hidup,” ujar Hwang
Tae Phil.
Dia memilih untuk meminjamkan 30 juta won daripada harus
pindah keluar.
“Ya, aku juga berpikir seperti itu. Anak-anak hanya
memiliki sedikit uang jadi kita hanya bisa meminjamkan beberapa. Apa yang kau
pikirkan?” ujar Hwang Chang Sik, bertanya pada istrinya yang sedari tadi
hanya terdiam melamun.
Tentu saja, Park Bok Ja memiliki pikiran sendiri yaitu
mencuri surat kontrak Ja Eun dan menendangnya keluar rumah dengan kejam. Dengan
begitu seluruh Keluarga Hwang tidak perlu memberikan 30 juta won sekaligus tak
perlu takut diusir dari sana. Sekali merengkuh dayung, dua pulau terlampaui.
Malam hari, saat Baek Ja Eun sedang tertidur nyenyak, Park
Bok Ja diam-diam mengendap-endap ke dalam kamar Ja Eun untuk mencuri
kontraknya.
Paginya, Ja Eun menjerit histeris saat kontraknya hilang,
tentu saja Park Bok Ja berpura-pura tidak tahu apa-apa. Maling ngaku penjara
penuh, ya >_< Hwang Chang Sik dan Hwang Tae Shik membantu Ja Eun mencari
surat kontraknya di kamarnya, sementara Hwang Tae Phil, Nenek dan Ibu hanya
melihat dan berdoa semoga surat kontrak itu tak pernah ditemukan.
Hwang Tae Hee yang melihat rumah mendadak sepi, segera naik
ke loteng dan menemukan seluruh keluarganya di sana.
“Apa yang terjadi?” tanyanya pada Hwang Tae Phil.
Akhirnya semua orang duduk di meja makan untuk merundingkan
masalah ini dan sudah pasti, Baek Ja Eun yang berada di posisi kalah karena
diserang semua orang, kecuali Chang Sik (papa Hwang) dan Tae Shik (si sulung
yang sejak awal tak pernah memusuhinya).
Ja Eun berkata bahwa dia selalu membawa kontrak itu ke
mana-mana, sangat tidak masuk akal jika menghilang. Nenek dan Ibu berkomentar
jika kontrak tersebut tidak memiliki kaki, sangat aneh kalau tiba-tiba
menghilang.
Tae Shik mencoba menghibur dengan mengatakan, “Mungkinkah
kau kehilangan kontrak itu saat di Supermarket, kampus atau semacamnya?”
tanya Tae Shik mencoba memberikan beberapa kemungkinan.
“Tidak mungkin. Aku takut aku akan kehilangan kontrak itu
jika dikeluarkan, jadi tidak pernah kubawa keluar. Kontraknya selalu ada di
dalam tas ini,” jawab Ja Eun seraya menunjukkan tas putih kecilnya.
“Tasmu bahkan tidak memiliki resleting, pantas saja jika
hilang. Kecuali jika kau menyimpannya di dalam kotak baja,” sahut Nenek dan
spontan membuat Ja Eun menatapnya curiga.
“Halmoni, Ahjumma, apa mungkin satu di antara kalian
mencuri kontrakku?” tanya Ja Eun dengan pandangan menuduh. Ya bener, emang
tuh Ahjumma yang nyuri.
“Apa kau menuduh salah satu dari kami mencuri kontrakmu?
Apa itu maksudmu?” tanya Nenek.
“Ya. Karena kalian membenciku, jadi saat aku tidak ada,
kalian yang mencuri surat itu dariku!” jawab Ja Eun dengan berani dan
terang-terangan.
“Aku mengerti itu. Aku juga akan menyembunyikan
barang-barang orang yang kubenci. Aku ingin menyiksa mereka, membuat mereka
marah. Jujurlah, jika kau mengembalikan kontrakku...” lanjut Ja Eun tanpa
rasa takut sedikitpun.
“Demi Tuhan, sepertinya aku sudah hidup terlalu lama.
Sudah hidup terlalu lama hingga aku bahkan dituduh sebagai pencuri oleh gadis
ini. Gadis busuk ini!” potong Nenek Shim kesal, kemudian naik ke atas meja
dan menarik rambut Ja Eun.
Spontan para pria keluarga Hwang berusaha menghentikan Nenek
mereka.
“Ibu, Ja Eun hanya panik karena kontraknya hilang. Jangan seperti ini,” ujar
Hwang Chang Sik, berusaha melerai pertengkaran dua wanita berbeda generasi itu.
“Seberapa pun paniknya, dia tidak boleh menuduh Ibu
seperti itu. Jangan tahan Ibu!” seru Park Bok Ja, mulai memperlihatkan
wajah aslinya.
Ja Eun terus berteriak kesal karena kontraknya hilang dan
dia mengatakan kalau dia tak pernah mengeluarkan kontraknya dari dalam tas.
“Setelah datang kemari, apa kau tak pernah
mengeluarkannya? Jawab aku! Itu adalah petunjuk untuk menemukan hilangnya
kontrakmu. Setelah sampai di sini, apa kau tidak pernah melihat kontrakmu lagi?”
tanya Hwang Tae Hee.
“Tunggu sebentar. Apa mungkin kontrak itu hilang bahkan
sebelum kau datang kemari?” seru Park Bok Ja, berusaha menyudutkan Ja Eun.
“Tidak. Setelah datang kemari, aku bahkan selalu
mengeceknya di loteng,” jawab Ja Eun.
“Lihat! Dia mengubah pernyataannya. Bukankah tadi kau
bilang kalau setelah datang kemari, kau tak pernah mengeluarkannya dari dalam
tas?” seru Tae Phil yang memang tidak menyukai Ja Eun sejak awal.
Maksudnya Tae Phil adalah tadi Ja Eun bilang gak pernah mengeluarkannya dari dalam tas, tapi sekarang bilang dia mengeceknya saat di loteng. Tapi nih rambut sarang burung sialan, paling brengsek di antara keempat saudara, uda pengangguran gak guna, banyak bacot pula.
Maksudnya Tae Phil adalah tadi Ja Eun bilang gak pernah mengeluarkannya dari dalam tas, tapi sekarang bilang dia mengeceknya saat di loteng. Tapi nih rambut sarang burung sialan, paling brengsek di antara keempat saudara, uda pengangguran gak guna, banyak bacot pula.
“Bukan berarti seperti itu. Intinya aku membawanya ke
mana-mana setelah mengeceknya dan aku melihatnya pada hari aku datang kemari,” jawab
Ja Eun membela diri.
“Tapi itu kan hanya omonganmu. Bagaimana kau bisa
membuktikan hal itu? Semua orang di sini tak ada yang pernah melihat kontrakmu,”
seru Park Bok Ja lagi.
“Itu benar. Sejak hari pertama, kau tidak membiarkan kami
melihat kontrakmu!” Sahut Tae Phil membela ibunya.
Apaan yang “tidak membiarkan mereka melihat kontraknya”?
Ja Eun jelas-jelas mau menunjukkan kontraknya di episode 4, tapi Park Bok Ja
(sang ibu) tidak mau melihatnya karena takut diusir, denial gitu deh, dan dia
malah mengusir Ja Eun keluar.
“Aku benar-benar memasukkannya ke dalam tas. Aku
benar-benar kehilangan kontrak itu di sini,” seru Ja Eun membela diri.
“Tenanglah! Bahkan bila kontrak itu hilang, bukan berarti
itu hilang di sini! Dengan marah-marah dan menuduh semua orang, tidak berarti
membuat kontrak itu muncul kembali. Jika kau ingin menemukan kontrak, karena
kau begitu keras kepala, kami anggap kaulah orang yang selalu memegang kontrak
itu sejak awal, jadi kita lacak ke mana saja kau pergi selama dua hari ini.
Mulai dari gang di desa, supermarket, kampus, carilah ke semua tempat yang
pernah kau datangi. Jika kau naik bus umum, carilah ke Perusahaan bus. Jika kau
memakai kereta api bawah tanah, carilah di counter Lost and Found,” seru
Hwang Tae Hee.
(Intinya dia gak percaya kalau kontraknya hilang di rumah.
Kau akan menyesali ini, Tae Hee. Lihat saja kalau Ja Eun sudah menemukan
kontrak itu dicuri oleh ibu angkatmu, kau akan tersiksa batin dan mental karena
cintamu ditolak 2 kali. Nangis, nangis deh... Kamu yang bakal mengemis cintanya
Baek Ja Eun! Mati-matian ngejar-ngejar!)
“Tanpa kau memberitahuku, aku juga akan pergi ke sana!”
jawab Ja Eun tak kalah ngegas.
“Ahjussi, tolong bantu aku mencari. Apa kau bahkan tdak
bisa membantuku untuk itu?” pinta Ja Eun pada Hwang Chang Sik. Hwang Chang
Sik akhirnya meminta Tae Phil, si pengangguran banyak bacot ini untuk menemani
Ja Eun mencari.
Setelah Tae Phil dan Ja Eun pergi untuk mencari kontrak,
keluarga Hwang yang tersisa melanjutkan sarapan mereka. Di tengah sarapan,
Nenek menyindir Ibu untuk mengatakan yang sebenarnya.
“Kita adalah keluarga, kenapa masih menyembunyikannya
dari kami? Apakah kau yang menyembunyikan kontraknya?” telak Nenek, tebakan
yang sangat akurat, tajam dan terpercaya. Namun tentu saja, Park Bok Ja
mengelak.
Maling ngaku penjara penuh, ya? Belum saatnya malingnya
ketemu. Kontraknya baru ketemu saat Tae Hee uda jatuh cinta, biar tuh polisi
gangster nyesel telah bersikap kasar dan menuduh Ja Eun macem-macem. Biar dia
mohon-mohon dan minta maaf ke Ja Eun.
“Eomma!” Hwang Tae Hee tak kalah kaget mendengarnya.
“Ibu, itu bukan aku!” Sangkal Park Bok Ja. Nih
ahjumma emang layak diberi Academy Awards.
“Eomma, lebih baik Anda mengatakan yang sebenarnya.
Meskipun kami semua dapat sepenuhnya memahami perasaan Ibu, tetapi Ibu tidak
bisa memperlakukan Ja Eun-ssi seperti itu,” ujar Hwang Tae Shik juga. Hanya
Tae Shik dan Chang Sik (papa Hwang) yang selalu di pihak Ja Eun.
“Eomma, itu adalah pencurian. Jika itu benar, segera
kembalikan kontraknya,” kali ini Tae Hee juga angkat bicara. Setidaknya
nalurinya sebagai polisi masih tidak sepenuhnya mati.
“Aku bilang itu bukan aku! Itu bukan aku, Ibu!”
sangkal Park Bok Ja.
Yah, waktu yang akan membuktikannya. Terima kasih sudah
membuat putramu, Tae Hee, malu. Dia polisi tapi ibunya seorang pencuri.
“Istriku, lebih baik kau mengatakan yang sebenarnya. Aku
juga sangat penasaran. Bagaimana bisa sangat kebetulan?” ujar Hwang Chang
Sik juga.
“Eomma, katakan yang sebenarnya,” desak Hwang Tae
Shik, si sulung yang selalu berada di pihak Ja
Eun.
“Itu sebabnya pepatah mengatakan, kalau seseorang bisa
mati karena fitnah. Aigoo... Aku dituduh. Aku bisa gila. Aku bersumpah pada Tuhan
kalau itu bukan aku, Ibu!” seru Park Bok Ja dengan tak tahu malunya
menyangkal. Bahkan dia pun berani bersumpah atas nama Tuhan.
Nih Ahjumma satu memang Queen of Drama, Playing Victim banget, urat malunya uda putus, muka tembok
banget di awal episode. Uda jelas dia pelakunya tapi pura-pura gak bersalah,
bahkan membawa-bawa nama Tuhan pula, endingnya dia bikin seluruh keluarganya
malu karena tertangkap basah mencuri kontrak.
“Kalau bukan kau, lalu siapa lagi?” tanya Nenek,
seketika menjadi sungkan saat melihat akting menantunya yang playing victim
dan berakting sok terzolimi.
Namun mata semua orang, kecuali Tae Hee melirik pada sang
nenek sendiri. Emang Park Bok Ja benar-benar gak tahu malu, jelas-jelas dia
pelakunya tapi malah nuduh mertuanya balik, karena mertuanya telah menuduhnya
lebih dulu sebelumnya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Nenek pada
Hwang Chang Sik.
“Apa mungkin itu kau, Ibu? Karena ada Ja Eun tadi jadi
aku tidak mengatakan ini, tapi Ibu juga orang yang paling mencurigakan di sini,”
ujar Hwang Chang Sik curiga.
“Kenapa kau menuduh orang yang baik? Tentu saja aku juga
ingin merobek kontrak itu menjadi potongan-potongan kecil, tapi aku tidak
sekejam istrimu. Dia lebih ganas.” ujar Nenek Hwang tak terima, karena
memang bukan dia pelakunya.
“Ibu, sudah kubilang itu bukan aku! Jika terus menuduhku,
aku akan marah!” Ancam Park Bok Ja, masih dengan akting playing victim-nya
agar semua orang tidak lagi mencurigainya. Dan benar saja, aktingnya berhasil
karena pada akhirnya keluarganya percaya padanya.
“Ya, baiklah. Melihat ekspresimu sepertinya memang bukan
kau,” ujar Nenek mengalah, walau instingnya mengatakan itu adalah perbuatan
Park Bok Ja.
“Ya, nenek. Ibu bukan orang semacam itu,” bela Tae
Hee dengan tersenyum.
(Ya, ya, ya, lihat saja bagaimana ibumu merusak kisah
cintamu, Tae Hee-ya. Saat cintamu mulai bersemi, Ja Eun mengetahui kontraknya
dicuri dan membuatmu patah hati. Just wait and see, Inspector!)
“Lalu apa yang terjadi dengan kontraknya?” tanya Tae
Shik cemas dan khawatir.
“Benar. Apakah kontraknya hilang di luar?” tanya
Hwang Chang Sik yang juga turut cemas.
“Saat dia datang, dia tak pernah memiliki kontrak itu.
Sudahlah. Ayo kita makan! Anak-anak akan terlambat. Ayo kita makan!” sahut
Park Bok Ja, dengan sengaja mengubah topiknya.
Di tempat lain, Ja Eun sibuk mencari kontrak ke sana kemari
dan hasilnya nihil. Dia akhirnya kembali ke rumah dan mencoba mencari ke setiap
sudut ruangan namun tidak ditemukan di mana pun. Tentu saja, itu karena Park
Bok Ja menyembunyikan surat kontrak itu di dalam lumbung penyimpanan beras.
Siapa yang akan terpikirkan untuk menyimpannya di sana. Dan karena tidak
berhasil menemukan kontraknya, Ja Eun pun diusir dengan kejam dari sana oleh
Park Bok Ja.
Di kantor polisi, Hwang Tae Hee tampak terdiam di mejanya
karena tidak diijinkan menyentuh kasus apa pun.
“Mengapa Anda tidak sekalian saja mengurungku? Karenaku, Tim
Leader masih bisa melakukan pekerjaan dengan baik,” sindir Hwang Tae Hee pada
Pimpinan Tim-nya.
“Sekarang kau beritahu aku, kenapa aku harus seperti ini? Jika
kau sampai pergi dan menyelidiki kasus Profesor Seo lagi dan Pimpinan
Department mengetahuinya, aku juga akan ikut dihukum juga. Kali ini jika aku
tidak mendapat promosi, aku akan mengalami stagnasi, lalu aku harus dilucuti.
Apa kau tahu itu?” sahut Tim Leader tegas.
Hwang Tae Hee hanya bisa menarik napasnya pasrah. Saat itulah
seorang gadis muda tiba-tiba datang dan mencari Hwang Tae Hee namun anehnya
gadis muda itu berkata bahwa bukan Hwang Tae Hee yang ini yang dia cari.
“Apakah Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim (Inspektur) ada di sini?”
tanya gadis muda itu, spontan membuat Hwang Tae Hee menoleh karena namanya
disebut, dan semua rekannya menatapnya terkejut.
Hwang Tae Hee segera berdiri dari kursinya dan bertanya
bingung, “Apa terjadi sesuatu?” tanyanya penuh tanda tanya.
“Aku kemari mencari Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim,” jawab
gadis muda itu lagi, tak mengenali Hwang Tae Hee di depannya.
“Ya, petugas di sana adalah Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim
(Inspektur Hwang Tae Hee),” ujar Seo Dong Min seraya menunjuk Hwang Tae Hee.
“Tapi itu bukan dia,” sahut gadis muda itu dengan raut wajah
bingung, “Hei, apa yang kau lakukan?” lanjutnya saat Hwang Tae Hee maju dan merebut
kartu nama di tangan gadis itu.
Hwang Tae Hee yang curiga, melihat kartu nama di tangan
gadis muda itu, kemudian dia merebut kartu nama itu dan melihat nomor telepon
Hwang Tae Phil yang menggunakan namanya, tercetak di sana. Jadi agar terlihat
keren, Hwang Tae Phil menggunakan nama Hwang Tae Hee untuk mencari mangsa
gadis—gadis kaya.
“Siapa yang memberikanmu ini?” tanya Hwang Tae Hee kesal.
Kemudian dia mengambil ponsel gadis itu dan menelpon Hwang Tae
Phil untuk membuktikan kecurigaannya. Hwang Tae Phil yang saat itu sedang
melakukan pemotretan (dia adalah model paruh waktu dengan gaji rendah),
mengangkatnya dengan gembira dan menjawab santai, “Hallo, sayang, Ini Oppa!”
ujarnya di telepon dengan gaya seorang playboy cap kapal.
“Oppa-ya? Kau di mana Hwang Tae Phil?” seru Hwang Tae Hee
kesal di teleponnya, membuat Hwang Tae Phil serta merta menutup teleponnya
karena kaget telah ketahuan, sementara Hwang Tae Hee hanya menarik napas kesal
karena lagi-lagi adik sepupunya menggunakan namanya untuk menggaet wanita kaya.
Ja Eun yang telah diusir dari rumah keluarga Hwang dan tak punya
tempat untuk tinggal akhirnya hanya bisa kembali ke kampusnya dan tidur di
sana. Dia memakan pop mie sambil menangis dan meratapi nasibnya yang malang.
Dulu dia seorang Nona Kaya, namun sekarang dia bahkan tak ada bedanya dengan gelandangan
yang tak punya rumah. Poor Baek Ja Eun T__T Takdir memang kadang se-bercanda itu. Be strong, Baek Ja Eun!
Sementara Hwang Tae Hee yang kesal karena tak diijinkan
melanjutkan penyelidikan tentang kasus Profesor Seo, melampiaskannya dengan
berlatih menembak. Hwang Tae Hee adalah penembak jitu, karena tembakannya
selalu berhasil mengenai angka 10 yaitu tepat di tengah-tengah sasaran.
Saat sedang membaca kembali berkas-berkas kasus Profesor Seo
tersebut, Baek Ja Eun yang putus asa tiba-tiba mendatanginya. Bagaimana pun
juga, Tae Hee adalah seorang polisi, bukankah sebagai seorang polisi, sudah
seharusnya dia membantu Masyarakat yang mendapatkan ketidakadilan? Itulah yang
dipikirkan Ja Eun saat ini. Hwang Tae Hee tampak terkejut melihat Baek Ja Eun
ada di depannya.
“Bagaimana aku harus memanggilmu? Ahjussi, Inspektur Hwang
atau Oppa?” tanya Ja Eun memulai pembicaraan.
“Selain Oppa, apa pun tidak masalah!” jawab Hwang Tae Hee
cuek dan tidak peduli.
(Kau akan menyesali ini, Hwang Tae Hee. Setelah pacaran, dia justru bertanya dengan kesal kenapa Baek Ja Eun memanggilnya “Ahjussi (Paman)” dan bukan Oppa, padahal Ja Eun memanggil Tae Phil “Oppa”, sedangkan dia dan Tae Phil hanya selisih beberapa bulan saja. Lalu Ja Eun menjawab dengan polosnya, “Bukankah kau sendiri yang menyuruhku?” hahaha ^_^ Rasain! Jual mahal sih awalnya. Noh, kamu sendiri loh yang gak mau dipanggil “Oppa”)
“Kalau begitu aku akan memanggilmu ‘Ahjussi’ saja. Aku
kemari ingin bertemu Ahjussi. Bisakah kau memberiku sedikit waktu?” ujar Baek
Ja Eun, mencoba bersikap sopan.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk bicara di luar saja,
di sebuah Lorong yang cukup gelap karena semua orang telah pulang. Di sana, Ja
Eun memohon agar Tae Hee membantunya. Karena Tae Hee adalah polisi, jadi
bukankah itu adalah tugasnya untuk membantu Masyarakat?
“Karena kau seorang polisi, itulah sebabnya aku datang
menemuimu. Karena kau seorang polisi, jadi aku merasa bahwa setidaknya kau
pasti akan mematuhi hukum dan bertindak dengan hati nurani...” Ujar Ja Eun namun
Hwang Tae Hee memotong kalimatnya dengan dingin.
“Cukup! Langsung katakan intinya! Kenapa?” ujar Hwang Tae
Hee dingin.
“Bantu aku, Ahjussi! Kontrak pertanian itu memang hilang di
rumah,” ujar Baek Ja Eun dengan memohon.
“Ternyata hal itu lagi?” ujar Hwang Tae Hee dengan ekspresi
malas.
(Ya jelas itu lagi lah. Baek Ja Eun korban pencurian, woi! Emak loe pelakunya! Nih polisi satu bener-bener ngeselin, ya! Benar-benar polisi tidak kompeten! Untung loe reseknya Cuma 10 episode awal aja, awas aja kalau lebih banyak lagi!)
“Chang Sik Ahjussi, Ahjumma, Halmoni, tak ada yang percaya
padaku! Tapi sebagai polisi, Ahjussi seharusnya percaya padaku. Aku menjamin
itu dengan nama ayahku. Kontrak itu benar-benar hilang di rumah. Seseorang
mencurinya!” ujar Baek Ja Eun, mencoba meminta tolong pada Hwang Tae Hee.
“Jadi kau ingin mengatakan kalau anggota keluargaku adalah pencuri?”
ujar Hwang Tae Hee dengan nada tak terima. (Emang iya, Bambang! Emak loe emang
pencuri)
“Tidak. Maksudku bukan seperti itu...” jawab Baek Ja Eun
dengan putus asa.
“Lalu apa maksudmu?” potong Hwang Tae Hee dengan dingin.
“Bantu aku menemukan kontraknya. Aku mohon padamu. Bukankah
salah satu tugas polisi adalah membantu menemukan barang yang hilang?” pinta Baek Ja Eun memohon.
(Siapa bilang? Noh polisi Indonesia malah disuruh
mengikhlaskan. Mereka males mencari barang hilang. Polisi Indonesia sama kayak
Hwang Tae Hee di awal episode. Polisi tidak kompeten!)
“Kalau begitu, pergilah ke kantor polisi distrik dan buatlah
laporan!” jawab Hwang Tae Hee tidak peduli. (Nah kan? Persis seperti polisi
Indonesia, disuruh buat laporan doang >_<)
“Ahjussi! Kalau begitu, cukup kembalikan padaku setengah
pertanian. Pertanian itu adalah milikku sejak awal. Ahjussi, tolong bujuklah
Ahjumma! Setengah saja tidak apa-apa. Keluargamu dapat bertahan hidup tanpa
pertanian itu. Tapi bagiku, pertanian itu adalah satu-satunya yang kumiliki. Aku
tak punya tempat untuk hidup, tidak ada uang, bahkan keluarga,” ujar Baek Ja
Eun dengan memohon dan memelas.
“Jadi kenapa kau katakan ini padaku? Katakan saja pada orang
tuaku!” seru Hwang Tae Hee, tidak peduli.
“Karena Ahjussi adalah polisi. Dengan hati nuranimu, kau
bisa membujuk mereka. Minggu depan, aku harus menyiapkan uang untuk mencari
ayahku. Aku benar-benar membutuhkan uang itu,” ujar Baek Ja Eun, masih memohon.
Berharap Hwang Tae Hee memiliki sedikit hati nurani.
“Aku juga berharap
kalau ayahmu, Baek In Ho masih hidup. Tapi...” jawab Hwang Tae Hee, tapi kali ini
Ja Eun yang memotong kalimatnya.
“Apa kau mengenal ayahku?” tanya Ja Eun bingung. Untuk apa
Hwang Tae Hee berharap ayahnya masih hidup?
“Aku tahu. Aku bahkan memiliki banyak pertanyaan untuknya. Dan
juga untuk menyewa Tim Sar pribadi untuk mencari keberadaan ayahmu, aku akan
memberitahumu, itu tidak masuk akal,” jawab Hwang Tae Hee, tanpa perasaan.
“Baiklah. Kaulah yang datang sendiri kemari. Kalau begitu aku
akan sekalian mengajukan beberapa pertanyaan. Apakah kau diterima masuk ke
Fakultas Seni Korea University melalui jalan belakang dengan menyuap rektor Universitas?”
tanya Hwang Tae Hee, kembali menuduh Ja Eun.
(Padahal jelas-jelas dia sebelumnya mulai mencurigai Lee Khi
Chul, kenapa sekarang balik lagi ke Baek Ja Eun, woi? Emang bener-bener polisi
gak kompeten nih Hwang Tae Hee! Hasil penyelidikanmu uda jelas-jelas
membuktikan kalau Baek Ja Eun bahkan diterima di Chang Woon University dengan
hasil ujian masuk peringkat 1. What the fuck are you talking about, Hwang Tae
Hee?)
“Apa kau bilang?” Ja Eun balik bertanya dengan bingung.
“Pada tahun 2007, Presdir Baek In Ho memberikan 3 buah jam
tangan mewah kepada Profesor Seo. Tak lama kemudian, Putrinya juga diterima
masuk di Korea University. Ketika kami mulai menyelidiki hal ini, ayahmu meninggalkan
negara ini untuk menghindari penyelidikan lebih lanjut. Setelah insiden itu terjadi,
aku tidak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan hal itu. Apakah kau masuk melalui
jalan belakang? Apakah ayahmu, Baek In Ho...” Tae Hee tak sempat melanjutkan
kalimatnya karena Baek Ja Eun telah lebih dulu menamparnya keras.
PLAK! Terdengar suara tamparan keras yang dihadiahkan Baek Ja Eun pada Hwang Tae Hee.
(Tampar aja tampar! Hwang Tae Hee telah 5 kali bertindak kasar
pada Baek Ja Eun sebelumnya, sedangkan Ja Eun baru memberikan 2 tamparan
sebagai balasannya. Hwang Tae Hee masih berhutang 3 kali tamparan. Hutang 2
kali tamparan nanti akan dibayar saat Hwang Tae Hee 2 kali ditolak cintanya
oleh Baek Ja Eun, tapi Hwang Tae Hee tetap masih berhutang 1 kali tamparan nih.
Harusnya dibikin impas, dikasih 1 kali lagi tamparan kuat biar adil)
“Jangan pernah berani menuduh ayahku seperti itu!”
seru Baek Ja Eun dengan penuh emosi. Dan Hwang Tae Hee hanya menatap Ja Eun
dengan tatapan penuh permusuhan.
Bersambung…
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan.
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar