Sabtu, 01 Juni 2024

Sinopsis EP 6 Ojakgyo Brother “Tae Hee – Ja Eun” Moment

Intro :
Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun masih saling menatap penuh permusuhan. Sepertinya Baek Ja Eun masih sakit hati karena sikap kasar Hwang Tae Hee saat pertemuan pertama dan kedua mereka, apalagi Tae Hee bahkan tak pernah meminta maaf. Tenang aja, Ja Eun-ah. Setelah Tae Hee jatuh cinta, dia bakal sering meminta maaf padamu karena baru menyadari kesalahannya. Tae Hee kan cowok gak peka di awal episode.


Episode 6 :
Setelah Ja Eun membuat kehebohan di pagi hari karena berendam di kamar mandi terlalu lama, dia akhirnya menyusul ke ruang makan. Di sana Tae Phil bertanya kenapa semua orang terlihat lesu, padahal ini masih pagi.

Malas berdebat, Nenek hanya berkata, “Jangan bertanya!” lalu kemudian dia bertanya di mana Tae Hee berada, kenapa tidak ikut makan malam?

Ja Eun yang baru saja datang seketika bertanya, “Siapa itu Tae Hee? Apa Paman memiliki seorang anak perempuan?” tanya Ja Eun dengan tatapan polos ingin tahu.

Ternyata selama ini, Ja Eun tidak pernah tahu siapa nama polisi gangster yang pernah menangkapnya dan melemparnya di dalam gudang. Sebegitu gak pentingnya Tae Hee di mata Ja Eun di awal episode hahaha ^_^ Nyebelin sih, kasar banget.

“Bukan. Tae Hee adalah nama putra ketigaku yang seorang polisi,” jawab Hwang Chang Sik, papa Hwang.

Ja Eun yang mengerti, hampir saja keceplosan dan mengatakan, “Ah, si polisi gi…” tapi kalimatnya terhenti saat Nenek langsung marah mendengar sebutan Ja Eun untuk cucu kesayangannya.

“Gi…Apa?” sergah Nenek galak.
“Tidak. Tidak ada apa-apa,” sahut Ja Eun dengan takut.
“Gadis itu pasti akan menyebutkan kata gila,” batin Nenek menebak, yang sudah menduga kalau Ja Eun akan berkata, “Polisi Gila” hahaha ^_^

(Tapi bener kok, Tae Hee nantinya bakal gila beneran, gila karena cinta, akibat pengakuan cintanya ditolak Ja Eun 2 kali dan digantung perasaannya setelah pengakuan ketiganya. Confess 3 kali, yang 2 pertama ditolak terang-terangan dengan kejam dan pengakuan yang ketiga, berujung digantung gak jelas hahaha ^_^ Ja Eun balas dendam ceritanya. Dia dibuat menderita fisik, dan Tae Hee dibuat menderita mentalnya xixixi ^_^)

“Ibu, Tae Hee sedang dalam misi pengintaian jadi dia tidak kembali sejak kemarin,” jawab Hwang Chang Sik, papa Hwang.

Karena sang cucu kesayangan tidak ada di rumah, Nenek pun melampiaskan kekesalannya pada sang Ibu dengan mengkritik sarapan di meja makan yang menurutnya tidak menggugah selera.

“Nenek, Anda bukan anak kecil. Mengapa pilih-pilih makanan? Ada dua hal yang tidak boleh dilakukan di meja makan, yaitu menolak makanan dan bicara dengan mulut penuh. Apa Anda tahu kalau itu adalah tata krama dasar di meja makan yang ada di seluruh dunia?” ujar Ja Eun yang dengan berani dan terang-terangan mengatakan pemikirannya.

(Baek Ja Eun ini memang karakternya Extrovert, dia adalah seorang gadis yang bicaranya blak-blakan dan terus terang, dia bukan type gadis menye-menye, yang diam aja ditindas dan takut menyuarakan pendapat dan perasaannya. Baek Ja Eun adalah type gadis yang pemberani yang akan mengatakan apa yang dia rasakan secara terang-terangan, dia juga sebenarnya adalah gadis yang ceria, ramah dan hangat, hanya saja dia sedikit manja, ingin disayang dan ingin diperhatikan.

Karakternya Baek Ja Eun berbanding terbalik dengan Hwang Tae Hee yang Introvert dan selalu memendam perasaannya dalam hati. Mereka adalah pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Baek Ja Eun yang Extrovert bisa membuat Hwang Tae Hee membuka hatinya sedikit demi sedikit sehingga dia mampu mengatakan perasaannya yang terdalam yang bahkan kepada keluarganya sendiri, dia menolak mengatakannya, Tapi di depan Ja Eun, dia mencurahkan segala perasaannya. Ja Eun adalah pendengarnya yang paling setia)

Setelah mengomeli Nenek yang selalu memilih makanan, Ja Eun meminta tolong untuk diantarkan ke kampus dan juga meminta uang untuk membeli cat air dan buku sketsa untuk keperluannya menggambar, dia juga meminta uang untuk makan siang. Awalnya dia meminta 100 ribu won, namun Park Bok Ja, mama Hwang, menawarkan 75 ribu sebagai gantinya. Tak punya pilihan, Ja Eun pun menerima 75 ribu won itu daripada tidak sama sekali.


Dalam perjalanan melakukan investigasi, Nenek Hwang menelpon dan melakukan panggilan video dengan cucu kesayangannya, Hwang Tae Hee. Tentu saja, Tae Hee akan selalu tersenyum manis pada sang Nenek.

“Apa Nenek sudah makan siang?” tanya Tae Hee dengan perhatian.
“Makan siang apa? Aku bahkan belum sarapan,” Nenek mulai mengeluh.
“Kenapa? Apa ada yang membuat Nenek tidak nyaman?” tanya Tae Hee dengan tersenyum manis.

“Itu karena sejak pagi, gadis itu, Baek Ja Eun, sudah membuatku kesal. Atau haruskah aku menyebutnya gadis busuk saja?” omel Nenek kesal.

Tae Hee spontan menoleh ke arah rekannya, Seo Dong Min dengan cemas, berharap Dong Min tidak mendengar ucapan neneknya tentang Baek Ja Eun yang tinggal di rumahnya.

“Baek Ja Eun?” tanya Seo Dong Min dengan ekspresi bingung, yang sudah tentu mendengarnya.


“Tidak. Menyetirlah dengan benar,” jawab Tae Hee cepat, lalu buru-buru mengalihkan perhatiannya kembali pada neneknya, “Apa hanya itu saja, Nek?”

“Nenek merindukan bayiku. Tapi tampaknya bayiku tidak merindukan Neneknya lagi. Sebelumnya jika kau tidak bisa pulang, kau selalu memberikan panggilan video. Tapi sekarang sepertinya kau tidak peduli Nenek sudah mati atau masih hidup,” gerutu sang Nenek. Nenek Hwang selalu menyebut Tae Hee dengan sebutan “Bayiku” karena di mata sang Nenek, Tae Hee masih seperti bayi dan bukan pria dewasa.


“Bagaimana bisa aku tidak khawatir pada Nenek. Aku juga merindukan Nenek,” jawab Tae Hee dengan manis. Jawaban yang membuat Hwang Tae Phil mendadak mual hahaha ^_^

“Berapa banyak kau merindukan Nenek?” tanya Nenek Hwang.


“Sangat banyak. Nenek, aku akan pulang ke rumah lebih sering. Maafkan aku,” jawab Tae Hee masih dengan wajah manisnya yang menggemaskan, membuat Hwang Tae Phil yang duduk di belakang sang nenek, memasang ekspresi wajah jijik mendengar jawaban Tae Hee yang menurutnya sangat menjijikkan dan memualkan.

“Nenek, aku menyayangimu,” tambah Tae Hee seraya memasang pose “saranghaeyo” dengan sebelah tangan di atas kepala. Hwang Tae Hee tampak sungguh bekerja keras menyenangkan hati neneknya.


“Ya. Nenek juga menyayangimu,” jawab Nenek dengan tersenyum gembira seraya menirukan pose “Saranghaeyo” dengan sebelah tangan di atas kepala.

Hwang Tae Phil yang merasa jijik akhirnya memutuskan sambungan teleponnya, “Jangan bicara lagi, Nenek. Tutup teleponnya,” ujar Hwang Tae Phil seraya mematikan sambungan teleponnya.

“Wah, kau sangat bekerja keras, sangat bekerja keras. Melihat bagaimana caramu memperlakukan Nenekmu. Kau terlihat bagaikan dua orang dengan kepribadian yang berbeda. Aku bahkan merasa kau adalah orang yang baik,” sindir Seo Dong Min saat melihat Hwang Tae Hee, yang segarang singa jantan, mendadak berubah menjadi “Hello Kitty” saat di depan neneknya.


“Apa maksud kalimat itu?” tanya Tae Hee, merasa tersinggung dengan ucapan Seo Dong Min yang seakan-akan mengatakan kalau dia bukan orang baik sebelumnya.

Yah, begitulah kompleknya karakter Hwang Tae Hee. Garang, tegas dan kadang kasar di depan rekan kerja dan para kriminal, lembut dan manis di depan Nenek dan keluarganya (khususnya sang ibu), namun juga seperti teenage boy yang bucin mampus, sweet, jealous dan posesif akut bila menyangkut pacarnya, Baek Ja Eun. Tapi dibalik semua itu, Tae Hee adalah seorang pria yang kesepian dan memiliki lubang besar dalam hatinya dan dia selalu menunggu seseorang datang untuk mengisi lubang itu, dan orang itu adalah Baek Ja Eun.

“Ah, ah… Apa tadi Nenekmu menyebutkan nama Baek Ja Eun?” Seo Dong Min balik memberikan counter attack dengan mengubah pembicaraan daripada dijadikan sasaran tinju oleh Tae Hee.


Dan benar saja, reaksi Hwang Tae Hee mendadak salah tingkah, “Kau mungkin salah dengar,” sangkalnya cepat-cepat.

“Tidak mungkin. Nenekmu jelas-jelas menyebut nama Baek Ja Eun dan mengatakan sesuatu seperti gadis terkutuk atau semacamnya,” jawab Seo Dong Min, tetap ngeyel.

“Aku bilang kau salah dengar!” sahut Hwang Tae Hee, tak mau kalah.
“Benarkah? Apakah itu hanya imajinasiku saja?” gumam Seo Dong Min, mulai percaya sementara Hwang Tae Hee tampak menarik napas lega.

“Ah, benar. Aku mendapat informasi dari asisten dosen kalau Baek Ja Eun sudah muncul di kampus. Dia bahkan membayar biaya kuliah untuk semester ini. Aku bahkan mendengar ada syuting video promosi di kampus hari ini,” lanjut Seo Dong Min, melaporkan hasil penyelidikannya.

Hwang Tae Hee tentu sudah mengetahui hal ini, karena dialah yang turut menyumbang uang 1 juta won untuk membayar biaya kuliah Baek Ja Eun.

“YAAA! Menyetirlah lebih cepat! Kita harus mencari informasi tentangnya sebelum para mahasiswa masuk ke kelas,” seru Hwang Tae Hee.

Setelah sampai di Korea University, Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min berpencar untuk membagi tugas. Mereka akan menanyai para mahasiswa semester akhir di Jurusan Seni yang sekiranya mengenal Baek Ja Eun.


“Selamat siang. Apakah kalian mengenal Baek Ja Eun dari jurusan seni?” tanya Hwang Tae Hee pada salah satu mahasiswi. Dan mahasiswi itu segera menunjuk Nam Suk dan Ah Ra yang memang merupakan sahabat Baek Ja Eun dan temen sekelasnya di jurusan Seni.

“Apa kalian tahu mereka dari Angkatan berapa?” tanya Hwang tae Hee lagi, untuk memastikan lebih lanjut. Dan setelah mengetahui bahwa kedua gadis itu merupakan Angkatan 2007, barulah Tae Hee bergerak menemui mereka.

Ketampanan Hwang Tae Hee menjadi perbincangan para mahasiswi di Seoul University, bahkan kedua sahabat Baek Ja Eun. Gak tahu aja mereka, kalau Hwang Tae Hee adalah calon suami sahabat mereka sendiri hahaha ^_^


“Selamat siang. Aku adalah Intelligent Criminal Investigation dari Kantor Polisi wilayah timur, Hwang Tae Hee. Aku punya beberapa pertanyaan untuk kalian berdua. Jika ada waktu, bisakah aku bicara dengan kalian?” tanya Hwang Tae Hee seraya memperkenalkan dirinya.

“Tentu saja. Kami punya banyak waktu luang. Duduklah di mana pun yang Anda inginkan,” sahut Ah Ra yang heboh karena melihat pria tampan.

“Gomawoyo,” sahut Tae Hee dan langsung duduk untuk memulai proses investigasinya.
“Apa kalian berdua adalah mahasiswa jurusan Seni Angkatan 2007?” tanya Hwang Tae Hee, memulai investigasinya. Dan Namsuk dan Ah Ra pun menjawab kompak, “Ya.”

“Di antara teman-teman satu Angkatan kalian, apa kalian mengenal Baek Ja Eun?” tanya Hwang Tae Hee.
“Tentu saja kami tahu,” jawab Nam Suk.
“Kenapa Anda bertanya?” kali ini Ah Ra yang balik bertanya.


“Aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai hasil Ujian Masuk penerimaan mahasiswa baru di tahun itu. Saat test ujian masuk, bagaimana hasil ujian Baek Ja Eun saat itu?” tanya Hwang Tae Hee lagi. Dari kejauhan, tampak Lee Seung Mi mengamati Hwang Tae Hee diam-diam.

Beberapa saat kemudian, tampak Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min yang berjalan keluar bersama setelah menyelesaikan proses investigasi mereka.

“Dari 4 mahasiswa, 3 orang di antaranya mengatakan bahwa hasil ujian masuk Baek Ja Eun sangat luar biasa. Dia mendapatkan nilai yang sangat tinggi,” ujar Hwang Tae Hee, mengatakan hasil investigasinya pada Seo Dong Min.

“Kalau aku, dari 4 mahasiswa, 2 orang mengatakan dia mendapatkan hasil ujian masuk dengan nilai yang bagus sedang 2 lainnya tidak ingat lagi,” ujar Seo Dong Min, menjelaskan hasil investigasinya.

“Jadi ada 5 dari total 8 mahasiswa. Ah, ada satu orang yang mengatakan kalau Baek Ja Eun juga diterima masuk di Chang Woon University dengan hasil ujian masuk peringkat 1,” ujar Tae Hee lagi.

“Benarkah? Kalau begitu aku akan mengkonfirmasi hal ini. Tapi jika Baek Ja Eun ternyata diterima juga di Chang Woon University, berarti Baek Ja Eun memang memiliki bakat dan kualitas yang nyata. Jika ternyata setelah dikonfirmasi memang seperti ini, maka itu artinya…” Seo Dong Min menggantung kalimatnya seraya menatap Tae Hee.


“Ya, kita akan kembali ke titik awal lagi,” sahut Tae Hee seraya menarik napas berat.

(Salah tersangka maksudnya. Baek Ja Eun bukanlah mahasiswi yang diterima melalui jalan belakang dengan menyuap rektor Universitas karena di Chang Woon University tak ada professor Seo, jadi kalau Baek Ja Eun memang tidak berbakat dan hanya mengandalkan suap, bagaimana bisa hasil ujiannya berada di peringkat 1 saat test ujian masuk di Chang Woon University? Gitu maksudnya Tae Hee. Emang loe salah tangkep sejak awal, Bambang!)





Sambil menunggu hasil investigasi Seo Dong Min di Chang Woon University, Tae Hee kembali ke ruang olahraga seraya berpikir keras. Dia teringat ucapan Lee Khi Chul, sang Pimpinan Department Penyelidikan Kriminal yang mengatakan bahwa dia tak pernah melihat Profesor Seo dari dekat, namun faktanya ada foto di tahun 2003 di mana saat itu Profesor Seo dan Lee Khi Chul tampak berfoto bersama.






Lalu tentang bagaimana Lee Khi Chul sangat ngotot memerintahkannya untuk menutup kasus ini secepatnya. Tae Hee mulai menduga kalau Lee Khi Chul adalah dalang dibalik semuanya dan Baek In Ho hanyalah perantara mereka, namun sayang dia masih belum memiliki bukti kuat.


Saat itulah, Seo Dong Min datang dan memberikan hasil laporan investigasinya yang membenarkan klaim tentang Baek Ja Eun yang diterima masuk di Chang Woon University dengan peringkat 1.

“Baek Ja Eun, memang diterima di Chang Woon University dan hasil test ujian masuk Baek Ja Eun sangat luar biasa. Dia memang mendapat peringkat 1 dalam test ujian masuk Chang Woon University, namun sayang dia lebih memilih Korea University,” lapor Seo Dong Min.


“Sialan!” Hwang Tae Hee tampak kesal mendengarnya, karena itu berarti dia harus menyelidiki dari awal lagi karena salah menuduh tersangka. Bukan Baek Ja Eun yang masuk melalui jalan belakang. Baek Ja Eun murni berbakat.


“Ah, kenapa Presdir Baek In Ho harus memberikan 3 jam tangan mewah pada Profesor Seo?” Seo Dong Min pun tampak kesal karena penyelidikan mereka menemui jalan buntu.


“Bagaimana jika ada pihak ketiga di antara mereka berdua dan pihak ketiga itulah yang menyuruhnya untuk membeli jam tangan?” ujar Hwang Tae Hee, mencoba kemungkinan lain.

“Meskipun ada kemungkinan itu, tapi untuk sekarang tak ada bukti. Ini semua murni hipotesis,” sahut Seo Dong Min.


“Ada satu hal yang belum kukatakan padamu. Selain Putri Pimpinan Department, Lee Seung Mi yang juga kuliah di Korea University pada tahun 2007, Pimpinan kita sebenarnya juga mengenal Profesor Seo sejak tahun 2003, namun sejak awal dia menyembunyikan hal itu dariku. Kenapa dia menyembunyikannya dariku? Saling mengenal adalah hal yang wajar mengingat Profesor Seo adalah rektor tempat anaknya menempuh Pendidikan, bukan?” Hwang Tae Hee kini mulai mengalihkan kecurigaannya pada Lee Khi Chul dan bukan Baek In Ho lagi.

“Mungkinkah karena seorang kenalan, sehingga untuk melindunginya, maka penyelidikan harus dihentikan? Mungkin dia tidak ingin mendengar sesuatu seperti ini,” ujar Seo Dong Min.


“Bisa jadi. Tapi ada satu hipotesis lagi. Bagaimana jika dia terlibat langsung dalam kasus ini?” ujar Hwang Tae Hee, menjelaskan kecurigaannya.

“Bukankah itu terlalu mengada-ada? Hipotesismu sebelumnya saja sudah terlalu mengada-ada. Bahkan 10% kemungkinan pun sepertinya tidak mungkin,” sahut Seo Dong Min tak percaya.

“Kau benar-benar berpikir seperti itu? Tapi kenapa aku mendapatkan firasat seperti itu?” sindir Hwang Tae Hee.


“Baiklah. Mungkin 20% kemungkinannya. Sungguh, ini sangat menakutkan. Jika kasus ini benar-benar melibatkan Pimpinan Department maka ini sangat menakutkan,” sahut Seo Dong Min dan pada saat itu, ponsel Seo Dong Min berbunyi dan membuatnya terkejut seketika.


Ternyata telepon dari Pimpinan Tim yang bertanya di mana Hwang Tae Hee. Begitu inginnya Lee Khi Chul menghentikan penyelidikan ini hingga dia memerintahkan Pimpinan Tim Divisi Penyelidikan Kriminal untuk memisahkan Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min dan memberikan mereka tugas yang berbeda. Seo Dong Min diberikan tugas untuk membantu Detektif Han menyelidiki kasus lain, sementara Tae Hee tidak diijinkan untuk menyentuh kasus apa pun dan hanya boleh mengurus dokumen.


Saat Hwang Tae Hee ingin memprotes, Pimpinan Tim memarahinya dan mengatakan kalau dia hampir saja dipecat gara-gara Hwang Tae Hee, dan bukan hanya dia, melainkan Tae Hee juga akan dipecat karenanya.


Dan saat Hwang Tae Hee bertanya apakah ini perintah dari Lee Khi Chul, pimpinan tim tidak menyangkal sama sekali dan membenarkan dengan cepat. Dan sejak awal penyelidikan ini dilaporkan, Lee Khi Chul sudah sangat marah.


“Sejak awal? Pimpinan Department melarang?” ulang Hwang Tae Hee mengkonfirmasi.
Kuatnya keinginan Lee Khi Chul untuk menghentikan penyelidikan ini, membuat kecurigaan Tae Hee naik menjadi 70%.


“Sekarang kecurigaan kita menjadi 70%, benarkan? Ada alasan dibalik ini semua, kenapa dia berusaha menghentikan kita dengan segala cara?” ujar Hwang Tae Hee.

“Hyung, kita hentikan saja penyelidikan ini. Jika Pimpinan Department benar-benar terlibat, itu bukan sesuatu yang bisa kita pecahkan sendiri. Aku benar-benar takut. Mari kita berhenti menyelidiki, Hyung.” ujar Seo Dong Min, takut mereka akan dipecat.


Hwang Tae Hee tidak menjawab, tapi dia meremas kaleng soda dan membuangnya ke tempat sampah  sebagai jawabannya. Hwang Tae Hee tampak berusaha keras menahan kemarahannya.


Di Universitas, Baek Ja Eun sedang syuting video promosi untuk kampusnya namun seorang mahasiswi menyindirnya tentang rumor masuk melalui jalan belakang dan mengatainya tidak pantas menjadi Maskot Universitas. Untungnya Baek Ja Eun sangat pintar dan menjelaskan semua informasi penting tentang kampus mereka secara jelas dan terperinci, hingga membuat semua orang tidak meragukan kapasitasnya sebagai Maskot Universitas itu.


Malam harinya, terlihat Ja Eun dan nenek sedang bersantai di ruang keluarga, saat Tae Shik pulang dan mendapati Ja Eun sedang rebahan santai di ruang keluarga. Tak lama kemudian, Ja Eun dan Nenek mulai bertengkar perihal AC yang tidak boleh dinyalakan karena udaranya sudah dingin dan juga boros Listrik, namun Ja Eun mengatakan bahwa AC mereka adalah AC dengan kapasitas yang rendah sehingga membuat biaya listriknya pun tidak begitu tinggi. 

Tae Shik menyetujui pernyataan Ja Eun yang membuat Neneknya berdecak sebal dan ingin mendepaknya dari kartu keluarga dan dari statusnya sebagai anak pertama hahaha ^_^ Hwang Tae Shik sejak awal kan emang pro Baek Ja Eun, dia satu-satunya yang gak nyinyir dan gak jahat.

Setelah berdebat masalah AC, Ja Eun mendapat telepon dari Hong Man Shik yang mengatakan kalau mereka membutuhkan sekitar 30 juta won untuk membayar Regu Tim Penyelamat bila tetap ingin mencari keberadaan Baek In Ho.

Malam harinya saat makan malam, kebetulan seluruh keluarga Hwang hadir di ruang makan, termasuk Tae Hee dan Tae Bum yang jarang pulang. Dan di saat itulah Baek Ja Eun berencana mengutarakan niatnya untuk meminjam 30 juta won untuk mencari keberadaan sang ayah.


Di episode ini, Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun masih saling menatap bagaikan musuh. Gak usah natap sampe segitunya Tae Hee, tar ujung-ujungnya jatuh cinta loh hahaha ^_^


“Ini pertama kalinya kalian bertemu, kan? Berkenalanlah satu sama lain. Dia adalah putra keduaku yang tidak tinggal di sini, Hwang Tae Bum, reporter IBC,” ujar Hwang Chang Sik memperkenalkan putra keduanya.

Baek Ja Eun tersenyum ceria mendengarnya, “Apa kabar? Namaku Baek Ja Eun,” ujarnya dengan ramah.

“Ya. Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Aku mendengar kau banyak menyebabkan kegemparan saat pertama kali datang kemari. Namaku Hwang Tae Bum. Seperti yang kudengar dari semua orang, kau memang sangat cantik, layak menjadi Dewi nomor 1 Olympic,” ujar Hwang Tae Bum ramah, mengajak Baek Ja Eun bersalaman, yang segera disambut gadis itu.

“Anda tahu soal itu?” tanya Ja Eun terkejut.
“Tentu saja aku tahu soal itu. Acara itu diselenggarakan oleh IBC. Kau juga diinterview, kan? Reporter yang mewawancaraimu adalah juniorku,” jawab Hwang Tae Bum dengan ramah.

Dan setelah proses perkenalan antara Baek Ja Eun dan Hwang Tae Bum, makan malam itupun dimulai. Awalnya semua berjalan hangat dan ceria, tentu saja sebelum Baek Ja Eun mengutarakan keinginannya untuk meminjam 30 juta won sebagai biaya menyewa tim penyelamat untuk mencari sang ayah.

“Ahjussi, Ahjumma, ada sesuatu yang ingin kukatakan pada kalian,” ujar Baek Ja Eun dengan tampang tak enak hati. Seluruh keluarga Hwang langsung tegang begitu mendengar Ja Eun ingin mengatakan sesuatu. Mereka seakan kena mental setiap kali Ja Eun membuka mulut.

“Kenapa? Ada masalah apa? Setiap kali kau bilang ingin mengatakan sesuatu pada kami, jantungku berdebar kencang,” ujar Park Bok Ja, mulai mendapatkan firasat buruk akan hal ini.

“Pinjam aku 30 juta won. Tolong persiapkan dalam waktu seminggu,” ujar Ja Eun dengan entengnya.
“Berapa banyak?” ulang Park Bok Ja, merasa dia salah mendengar.
“30 Juta won,” ulang Ja Eun lagi.

Secara otomatis membuat seluruh Keluarga Hwang tegang seketika dan menatapnya terkejut. Semua orang di meja makan seketika menghentikan makan mereka dan hanya terbengong mendengar permintaan Ja Eun yang sama sekali tidak masuk akal.

“Apa? 30 juta won?” ulang Hwang Chang Sik, papa Hwang yang juga ikut kaget mendengarnya.
“Seperti yang kalian semua tahu. Ayahku menghilang di China, jadi aku ingin menyewa Tim SAR pribadi untuk mencari keberadaan ayahku,” jawab Baek Ja Eun menjelaskan alasannya.

“Untuk menemukan mayat ayahmu?” tanya Hwang Chang Sik, tapi kata “mayat” benar-benar menyinggung Ja Eun.

“Ahjussi, aku tidak merasa ayahku sudah meninggal. Hilang bukan berarti telah meninggal,” ujar Ja Eun tidak terima.


“Tenanglah sedikit. Mereka tidak mengatakan dia tidak mati. Tapi berdasarkan lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan, kau tahu kalau kemungkinannya sangat kecil, benarkan?” ujar Hwang Tae Hee, menambah garam di atas luka. Aku tahu dia hanya berusaha berpikir logis, namun kata-katanya di telinga Ja Eun terdengar sangat menyakitkan.

“Benar. Hal ini sudah lama berlalu sejak kapal itu dinyatakan terbalik dan tenggelam di lautan,” Park Bok Ja tentu saja mendukung ucapan putranya.

“Itu sebabnya akhir minggu ini aku harus menyediakan 30 juta won. Aku benar-benar memohon pada kalian,” ujar Baek Ja Eun seraya menatap Hwang Chang Sik.

“Aku mengerti apa yang kau katakan, tapi jika tiba-tiba saja menginginkan begitu banyak uang, tentu saja itu tidak mungkin,” jawab Hwang Chang Sik, papa Hwang.

“Bukan hanya tidak mungkin, namun juga tidak sopan!” sahut Maknae Hwang Tae Phil ikut mengomentari.

“Tentu saja. Bahkan saat waktu itu kami membayar uang kuliahmu, kami mengumpulkan uang dari mana-mana untukmu. Dua hari kemudian, kau ingin 30 juta won. Apa kau pikir kami punya kekuatan sihir? Apa kau pikir jika kami mengucapkan mantera maka langit akan turun hujan uang?” ujar Park Bok Ja, mengatakan keberatannya.

“Aku minta maaf karena meminta hal ini pada kalian...” kalimat Baek Ja Eun terpotong oleh ucapan menggebu-gebu Park Bok Ja.

“Kalau kau memang meminta maaf maka kau tak perlu memintanya! Itu jumlah yang sangat banyak. Bukan hanya banyak, tapi ini sudah termasuk perampokan! Terakhir kali aku sudah mengatakan itu kalau kami bukan keluarga yang punya timbunan uang! Namun bahkan jika kami punya timbunan uang pun, kau tidak berhak meminta itu pada kami! Itu adalah Tindakan yang tidak tahu malu dan tidak berperasaan!” potong Park Bok Ja dengan tegas, mengomel panjang lebar.

(Ah, bukankah mencuri surat kontrak dari Baek Ja Eun adalah tindakan yang tidak tahu malu dan tidak berperasaan juga, Park Bok Ja?)

“Jika ini menyangkut hal lain, aku tidak akan meminta bantuanmu. Tapi itu untuk mencari ayahku,” bantah Baek Ja Eun. Bagi Ja Eun, ayahnya adalah yang paling penting sekarang.

“Itu sebabnya aku mengatakan ini, permintaanmu sangat tidak masuk akal. Kecelakaan itu sudah lama berlalu dan kau masih ingin mencari tubuhnya?” seru Park Bok Ja berapi-api, namun seketika terhenti saat melihat tatapan Baek Ja Eun yang terluka.

“Ja Eun-ah, aku bisa memahami perasaanmu yang ingin mencari ayahmu...” Hwang Chang Sik berusaha mendinginkan istrinya.

“Kalau Anda mengerti, maka berjanjilah padaku! Berjanjilah hal itu! Atau aku hanya bisa menjual pertanian ini!” seru Baek Ja Eun tak mau kalah.

Kalimatnya spontan membuat keluarga Hwang menjadi panik dan salah tingkah, mereka tidak bisa apa-apa karena Ojakgyo Farm memang milik Baek Ja Eun dan keluarga Hwang hanya menumpang tinggal. Bahkan Hwang Tae Hee pun hanya menarik napas pasrah jika kepemilikan pertanian ini kembali diungkit di depannya. Bahkan nenek pun tak bisa berkata-kata.

“Jujur, satu-satunya harta yang kumiliki hanyalah pertanian ini. Jika Anda tidak dapat meminjamkan uang, aku hanya bisa menjual pertanian ini. Pertanian ini adalah milikku!” lanjut Baek Ja Eun, mengklaim apa yang seharusnya menjadi miliknya.


“Jujur, aku juga sangat sedih. Mengapa aku bisa tidak berperasaan? Sejak awal aku tidak tertarik tinggal di sini. Itu semua karena kalian yang memintaku tinggal di sini, jadi aku mengalami banyak ketidaknyamanan saat tinggal di sini. Jika seperti ini, aku hanya bisa menjual pertanian ini dan membeli rumah baru untuk pindah. Apakah Anda ingin aku pindah?” lanjut Baek Ja Eun lagi.

Saat yang lain menatapnya dengan pasrah, hanya Park Bok Ja (sang emak) yang menatapnya penuh dendam dan permusuhan, saat itulah niat untuk mencuri surat kontrak terselip dalam hatinya.

Adegan terakhir diakhiri dengan suara teriakan panik Baek Ja Eun yang mengatakan kalau surat kontraknya hilang. Dicuri Park Bok Ja lebih tepatnya.

-------0000-----

Blogger Opinion :
Dari sinilah sumber masalah yang sebenarnya dimulai, Ja Eun yang menuntut keluarga Hwang untuk menyediakan 30 juta won untuknya dalam waktu satu minggu, membuat Park Bok Ja (sang ibu) akhirnya nekat mencuri surat kontrak Ja Eun dan menendangnya keluar.

Sebenarnya Ja Eun ada salahnya juga sih, Keluarga Hwang bukanlah orang kaya seperti Baek In Ho dulunya, dan Ja Eun yang sejak lahir hanya merasakan uang mengalir bagaikan air tentu tidak mengetahui sulitnya mencari uang, membuatnya seenak udel menuntut uang yang banyak dalam waktu singkat. Yah walaupun tujuannya bukan untuk foya-foya namun untuk mencari keberadaan sang ayah di tengah lautan.

Manusiawi juga sih sebenarnya karakter Baek Ja Eun ini, dia mengkhawatirkan kondisi ayahnya, dia berharap ayahnya hidup dan selamat, jadi wajar kalau dia ingin melakukan segala cara untuk menemukan sang ayah.

Ditambah lagi, dia terbiasa hidup kaya, jadi gak mikir kondisi keuangan orang lain. Apalagi kan ini menyangkut nyawa sang ayah, satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dia tentu ingin mencari dan menemukan sang ayah bagaimana pun caranya. Tapi meminta dalam watu satu minggu uang sebanyak 30 juta won, tentu itu tidak masuk akal.

Baek Ja Eun memang harus dikasih hidup susah dulu biar dia bisa jadi lebih dewasa dan gak manja, serta lebih bertanggung jawab pada hidupnya sendiri alias gak cuma bisa meminta pada orang lain melainkan berusaha sendiri.

Namun walaupun begitu, Park Bok Ja yang mencuri kontrak juga tidak bisa dibenarkan, karena mencuri itu adalah kejahatan, termasuk Tindakan kiminal dan dia tidak seharusnya melanggar batas, apalagi mengingat dia memiliki putra seorang polisi penyelidik kriminal.

Kebayang gak tuh gimana nyesel dan malunya Hwang Tae Hee uda ngebela emaknya, eh ternyata emaknya emang pencuri, padahal secara dia polisi penyelidik kriminal tapi dia malah melindungi dan membela pelaku kriminal dan menyalahkan korban (Baek Ja Eun), ya walaupun Tae Hee awalnya gak tahu sih kalau emaknya pencuri.

Episode 7-10 adalah episode yang aku benci karena Baek Ja Eun menderita banget. Uda surat kontraknya dicuri oleh Park Bok Ja (si emak), dia diusir dari rumahnya sendiri dengan kejam (Ojakyo Farm adalah rumah Baek Ja Eun dan bukan rumah keluarga Hwang), hidup luntang lantung di jalanan, difitnah masuk melalui jalan belakang dan dibully di mana-mana : dibully di kampus, dibully di tempat kerjanya, dibully secara online, mentalnya dihajar habis-habisan. Uda gitu lapor Hwang Tae Hee malah dibilang salahnya sendiri karena ngilangin.

Nih keluarga Hwang (selain bapaknya) semuanya krisis moral semua. Tapi sayangnya bapaknya type suami takut istri, jadi susah deh. Sementara si polisi, karena merasa hutang budi telah dibesarkan oleh Bibinya (yang sekarang jadi ibuknya) jadi gak bisa berbuat apa-apa dan diam aja ngeliat seorang gadis muda dizolimi.

Poor Baek Ja Eun >_< Dia masih seorang gadis muda, bayangin aja gadis muda hidup luntang lantung di jalanan, untung aja dia gak diperkosa orang ya. Coba di Indonesia, langsung dijadikan sasaran pemerkosaan deh.

Bersambung…

Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)

Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan.
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia.

---------000000---------

Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS! Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!

Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya, aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia Per-Youtube-an!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads