Intro :
Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun masih saling menatap penuh permusuhan. Sepertinya Baek Ja Eun masih sakit hati karena sikap kasar Hwang Tae Hee saat pertemuan pertama dan kedua mereka, apalagi Tae Hee bahkan tak pernah meminta maaf. Tenang aja, Ja Eun-ah. Setelah Tae Hee jatuh cinta, dia bakal sering meminta maaf padamu karena baru menyadari kesalahannya. Tae Hee kan cowok gak peka di awal episode.
Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun masih saling menatap penuh permusuhan. Sepertinya Baek Ja Eun masih sakit hati karena sikap kasar Hwang Tae Hee saat pertemuan pertama dan kedua mereka, apalagi Tae Hee bahkan tak pernah meminta maaf. Tenang aja, Ja Eun-ah. Setelah Tae Hee jatuh cinta, dia bakal sering meminta maaf padamu karena baru menyadari kesalahannya. Tae Hee kan cowok gak peka di awal episode.
Setelah Ja Eun membuat kehebohan di pagi hari karena
berendam di kamar mandi terlalu lama, dia akhirnya menyusul ke ruang makan. Di
sana Tae Phil bertanya kenapa semua orang terlihat lesu, padahal ini masih
pagi.
Malas berdebat, Nenek hanya berkata, “Jangan bertanya!”
lalu kemudian dia bertanya di mana Tae Hee berada, kenapa tidak ikut makan
malam?
Ja Eun yang baru saja datang seketika bertanya, “Siapa
itu Tae Hee? Apa Paman memiliki seorang anak perempuan?” tanya Ja Eun
dengan tatapan polos ingin tahu.
Ternyata selama ini, Ja Eun tidak pernah tahu siapa nama
polisi gangster yang pernah menangkapnya dan melemparnya di dalam gudang.
Sebegitu gak pentingnya Tae Hee di mata Ja Eun di awal episode hahaha ^_^
Nyebelin sih, kasar banget.
“Bukan. Tae Hee adalah nama putra ketigaku yang seorang
polisi,” jawab Hwang Chang Sik, papa Hwang.
Ja Eun yang mengerti, hampir saja keceplosan dan mengatakan,
“Ah, si polisi gi…” tapi kalimatnya terhenti saat Nenek langsung marah
mendengar sebutan Ja Eun untuk cucu kesayangannya.
“Gi…Apa?” sergah Nenek galak.
“Tidak. Tidak ada apa-apa,” sahut Ja Eun dengan
takut.
“Gadis itu pasti akan menyebutkan kata gila,” batin
Nenek menebak, yang sudah menduga kalau Ja Eun akan berkata, “Polisi Gila”
hahaha ^_^
(Tapi bener kok, Tae Hee nantinya bakal gila beneran, gila
karena cinta, akibat pengakuan cintanya ditolak Ja Eun 2 kali dan digantung
perasaannya setelah pengakuan ketiganya. Confess 3 kali, yang 2 pertama ditolak
terang-terangan dengan kejam dan pengakuan yang ketiga, berujung digantung gak
jelas hahaha ^_^ Ja Eun balas dendam ceritanya. Dia dibuat menderita fisik, dan
Tae Hee dibuat menderita mentalnya xixixi ^_^)
“Ibu, Tae Hee sedang dalam misi pengintaian jadi dia
tidak kembali sejak kemarin,” jawab Hwang Chang Sik, papa Hwang.
Karena sang cucu kesayangan tidak ada di rumah, Nenek pun
melampiaskan kekesalannya pada sang Ibu dengan mengkritik sarapan di meja makan
yang menurutnya tidak menggugah selera.
“Nenek, Anda bukan anak kecil. Mengapa pilih-pilih
makanan? Ada dua hal yang tidak boleh dilakukan di meja makan, yaitu menolak
makanan dan bicara dengan mulut penuh. Apa Anda tahu kalau itu adalah tata
krama dasar di meja makan yang ada di seluruh dunia?” ujar Ja Eun yang
dengan berani dan terang-terangan mengatakan pemikirannya.
(Baek Ja Eun ini memang karakternya Extrovert, dia adalah
seorang gadis yang bicaranya blak-blakan dan terus terang, dia bukan type gadis
menye-menye, yang diam aja ditindas dan takut menyuarakan pendapat dan
perasaannya. Baek Ja Eun adalah type gadis yang pemberani yang akan mengatakan
apa yang dia rasakan secara terang-terangan, dia juga sebenarnya adalah gadis
yang ceria, ramah dan hangat, hanya saja dia sedikit manja, ingin disayang dan
ingin diperhatikan.
Karakternya Baek Ja Eun berbanding terbalik dengan Hwang
Tae Hee yang Introvert dan selalu memendam perasaannya dalam hati. Mereka
adalah pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Baek Ja Eun yang Extrovert bisa membuat Hwang
Tae Hee membuka hatinya sedikit demi sedikit sehingga dia mampu mengatakan perasaannya yang terdalam yang bahkan kepada
keluarganya sendiri, dia menolak mengatakannya, Tapi di depan Ja Eun, dia mencurahkan segala perasaannya. Ja Eun adalah pendengarnya yang paling setia)
Setelah mengomeli Nenek yang selalu memilih makanan, Ja Eun
meminta tolong untuk diantarkan ke kampus dan juga meminta uang untuk membeli
cat air dan buku sketsa untuk keperluannya menggambar, dia juga meminta uang
untuk makan siang. Awalnya dia meminta 100 ribu won, namun Park Bok Ja, mama
Hwang, menawarkan 75 ribu sebagai gantinya. Tak punya pilihan, Ja Eun pun
menerima 75 ribu won itu daripada tidak sama sekali.
Dalam perjalanan melakukan investigasi, Nenek Hwang menelpon
dan melakukan panggilan video dengan cucu kesayangannya, Hwang Tae Hee. Tentu
saja, Tae Hee akan selalu tersenyum manis pada sang Nenek.
“Apa Nenek sudah makan siang?” tanya Tae Hee dengan
perhatian.
“Makan siang apa? Aku bahkan belum sarapan,” Nenek
mulai mengeluh.
“Kenapa? Apa ada yang membuat Nenek tidak nyaman?”
tanya Tae Hee dengan tersenyum manis.
“Itu karena sejak pagi, gadis itu, Baek Ja Eun, sudah membuatku
kesal. Atau haruskah aku menyebutnya gadis busuk saja?” omel Nenek kesal.
Tae Hee spontan menoleh ke arah rekannya, Seo Dong Min
dengan cemas, berharap Dong Min tidak mendengar ucapan neneknya tentang Baek Ja
Eun yang tinggal di rumahnya.
“Tidak. Menyetirlah dengan benar,” jawab Tae Hee
cepat, lalu buru-buru mengalihkan perhatiannya kembali pada neneknya, “Apa
hanya itu saja, Nek?”
“Nenek merindukan bayiku. Tapi tampaknya bayiku tidak
merindukan Neneknya lagi. Sebelumnya jika kau tidak bisa pulang, kau selalu
memberikan panggilan video. Tapi sekarang sepertinya kau tidak peduli Nenek
sudah mati atau masih hidup,” gerutu sang Nenek. Nenek Hwang selalu
menyebut Tae Hee dengan sebutan “Bayiku” karena di mata sang Nenek, Tae Hee
masih seperti bayi dan bukan pria dewasa.
“Bagaimana bisa aku tidak khawatir pada Nenek. Aku juga
merindukan Nenek,” jawab Tae Hee dengan manis. Jawaban yang membuat Hwang
Tae Phil mendadak mual hahaha ^_^
“Sangat banyak. Nenek, aku akan pulang ke rumah lebih
sering. Maafkan aku,” jawab Tae Hee masih dengan wajah manisnya yang
menggemaskan, membuat Hwang Tae Phil yang duduk di belakang sang nenek,
memasang ekspresi wajah jijik mendengar jawaban Tae Hee yang menurutnya sangat
menjijikkan dan memualkan.
“Nenek, aku menyayangimu,” tambah Tae Hee seraya
memasang pose “saranghaeyo” dengan sebelah tangan di atas kepala. Hwang Tae Hee
tampak sungguh bekerja keras menyenangkan hati neneknya.
“Ya. Nenek juga menyayangimu,” jawab Nenek dengan
tersenyum gembira seraya menirukan pose “Saranghaeyo” dengan sebelah tangan di
atas kepala.
Hwang Tae Phil yang merasa jijik akhirnya memutuskan
sambungan teleponnya, “Jangan bicara lagi, Nenek. Tutup teleponnya,”
ujar Hwang Tae Phil seraya mematikan sambungan teleponnya.
“Wah, kau sangat bekerja keras, sangat bekerja keras.
Melihat bagaimana caramu memperlakukan Nenekmu. Kau terlihat bagaikan dua orang
dengan kepribadian yang berbeda. Aku bahkan merasa kau adalah orang yang baik,”
sindir Seo Dong Min saat melihat Hwang Tae Hee, yang segarang singa jantan,
mendadak berubah menjadi “Hello Kitty” saat di depan neneknya.
“Apa maksud kalimat itu?” tanya Tae Hee, merasa tersinggung
dengan ucapan Seo Dong Min yang seakan-akan mengatakan kalau dia bukan orang
baik sebelumnya.
Yah, begitulah kompleknya karakter Hwang Tae Hee. Garang,
tegas dan kadang kasar di depan rekan kerja dan para kriminal, lembut dan manis
di depan Nenek dan keluarganya (khususnya sang ibu), namun juga seperti teenage
boy yang bucin mampus, sweet, jealous dan posesif akut bila menyangkut
pacarnya, Baek Ja Eun. Tapi dibalik semua itu, Tae Hee adalah seorang pria yang
kesepian dan memiliki lubang besar dalam hatinya dan dia selalu menunggu
seseorang datang untuk mengisi lubang itu, dan orang itu adalah Baek Ja Eun.
“Ah, ah… Apa tadi Nenekmu menyebutkan nama Baek Ja Eun?”
Seo Dong Min balik memberikan counter attack dengan mengubah pembicaraan
daripada dijadikan sasaran tinju oleh Tae Hee.
Dan benar saja, reaksi Hwang Tae Hee mendadak salah tingkah,
“Kau mungkin salah dengar,” sangkalnya cepat-cepat.
“Tidak mungkin. Nenekmu jelas-jelas menyebut nama Baek Ja
Eun dan mengatakan sesuatu seperti gadis terkutuk atau semacamnya,” jawab
Seo Dong Min, tetap ngeyel.
“Aku bilang kau salah dengar!” sahut Hwang Tae Hee,
tak mau kalah.
“Benarkah? Apakah itu hanya imajinasiku saja?” gumam Seo
Dong Min, mulai percaya sementara Hwang Tae Hee tampak menarik napas lega.
“Ah, benar. Aku mendapat informasi dari asisten dosen
kalau Baek Ja Eun sudah muncul di kampus. Dia bahkan membayar biaya kuliah
untuk semester ini. Aku bahkan mendengar ada syuting video promosi di kampus
hari ini,” lanjut Seo Dong Min, melaporkan hasil penyelidikannya.
Hwang Tae Hee tentu sudah mengetahui hal ini, karena dialah
yang turut menyumbang uang 1 juta won untuk membayar biaya kuliah Baek Ja Eun.
“YAAA! Menyetirlah lebih cepat! Kita harus mencari
informasi tentangnya sebelum para mahasiswa masuk ke kelas,” seru Hwang Tae
Hee.
Setelah sampai di Korea University, Hwang Tae Hee dan Seo
Dong Min berpencar untuk membagi tugas. Mereka akan menanyai para mahasiswa
semester akhir di Jurusan Seni yang sekiranya mengenal Baek Ja Eun.
“Selamat siang. Apakah kalian mengenal Baek Ja Eun dari
jurusan seni?” tanya Hwang Tae Hee pada salah satu mahasiswi. Dan mahasiswi
itu segera menunjuk Nam Suk dan Ah Ra yang memang merupakan sahabat Baek Ja Eun
dan temen sekelasnya di jurusan Seni.
“Apa kalian tahu mereka dari Angkatan berapa?” tanya
Hwang tae Hee lagi, untuk memastikan lebih lanjut. Dan setelah mengetahui bahwa
kedua gadis itu merupakan Angkatan 2007, barulah Tae Hee bergerak menemui
mereka.
Ketampanan Hwang Tae Hee menjadi perbincangan para mahasiswi
di Seoul University, bahkan kedua sahabat Baek Ja Eun. Gak tahu aja mereka,
kalau Hwang Tae Hee adalah calon suami sahabat mereka sendiri hahaha ^_^
“Selamat siang. Aku adalah Intelligent Criminal
Investigation dari Kantor Polisi wilayah timur, Hwang Tae Hee. Aku punya
beberapa pertanyaan untuk kalian berdua. Jika ada waktu, bisakah aku bicara
dengan kalian?” tanya Hwang Tae Hee seraya memperkenalkan dirinya.
“Tentu saja. Kami punya banyak waktu luang. Duduklah di
mana pun yang Anda inginkan,” sahut Ah Ra yang heboh karena melihat pria
tampan.
“Gomawoyo,” sahut Tae Hee dan langsung duduk untuk
memulai proses investigasinya.
“Apa kalian berdua adalah mahasiswa jurusan Seni Angkatan
2007?” tanya Hwang Tae Hee, memulai investigasinya. Dan Namsuk dan Ah Ra
pun menjawab kompak, “Ya.”
“Di antara teman-teman satu Angkatan kalian, apa kalian
mengenal Baek Ja Eun?” tanya Hwang Tae Hee.
“Tentu saja kami tahu,” jawab Nam Suk.
“Aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai hasil
Ujian Masuk penerimaan mahasiswa baru di tahun itu. Saat test ujian masuk,
bagaimana hasil ujian Baek Ja Eun saat itu?” tanya Hwang Tae Hee lagi. Dari
kejauhan, tampak Lee Seung Mi mengamati Hwang Tae Hee diam-diam.
Beberapa saat kemudian, tampak Hwang Tae Hee dan Seo Dong
Min yang berjalan keluar bersama setelah menyelesaikan proses investigasi
mereka.
“Dari 4 mahasiswa, 3 orang di antaranya mengatakan bahwa
hasil ujian masuk Baek Ja Eun sangat luar biasa. Dia mendapatkan nilai yang
sangat tinggi,” ujar Hwang Tae Hee, mengatakan hasil investigasinya pada
Seo Dong Min.
“Kalau aku, dari 4 mahasiswa, 2 orang mengatakan dia
mendapatkan hasil ujian masuk dengan nilai yang bagus sedang 2 lainnya tidak
ingat lagi,” ujar Seo Dong Min, menjelaskan hasil investigasinya.
“Jadi ada 5 dari total 8 mahasiswa. Ah, ada satu orang
yang mengatakan kalau Baek Ja Eun juga diterima masuk di Chang Woon University
dengan hasil ujian masuk peringkat 1,” ujar Tae Hee lagi.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan mengkonfirmasi hal ini.
Tapi jika Baek Ja Eun ternyata diterima juga di Chang Woon University, berarti
Baek Ja Eun memang memiliki bakat dan kualitas yang nyata. Jika ternyata
setelah dikonfirmasi memang seperti ini, maka itu artinya…” Seo Dong Min
menggantung kalimatnya seraya menatap Tae Hee.
“Ya, kita akan kembali ke titik awal lagi,” sahut Tae
Hee seraya menarik napas berat.
(Salah tersangka maksudnya. Baek Ja Eun bukanlah mahasiswi
yang diterima melalui jalan belakang dengan menyuap rektor Universitas karena
di Chang Woon University tak ada professor Seo, jadi kalau Baek Ja Eun memang
tidak berbakat dan hanya mengandalkan suap, bagaimana bisa hasil ujiannya
berada di peringkat 1 saat test ujian masuk di Chang Woon University? Gitu maksudnya
Tae Hee. Emang loe salah tangkep sejak awal, Bambang!)
Sambil menunggu hasil investigasi Seo Dong Min di Chang Woon
University, Tae Hee kembali ke ruang olahraga seraya berpikir keras. Dia
teringat ucapan Lee Khi Chul, sang Pimpinan Department Penyelidikan Kriminal yang
mengatakan bahwa dia tak pernah melihat Profesor Seo dari dekat, namun faktanya
ada foto di tahun 2003 di mana saat itu Profesor Seo dan Lee Khi Chul tampak
berfoto bersama.
Lalu tentang bagaimana Lee Khi Chul sangat ngotot
memerintahkannya untuk menutup kasus ini secepatnya. Tae Hee mulai menduga
kalau Lee Khi Chul adalah dalang dibalik semuanya dan Baek In Ho hanyalah
perantara mereka, namun sayang dia masih belum memiliki bukti kuat.
Saat itulah, Seo Dong Min datang dan memberikan hasil
laporan investigasinya yang membenarkan klaim tentang Baek Ja Eun yang diterima
masuk di Chang Woon University dengan peringkat 1.
“Baek Ja Eun, memang diterima di Chang Woon University
dan hasil test ujian masuk Baek Ja Eun sangat luar biasa. Dia memang mendapat peringkat 1 dalam test ujian masuk Chang Woon University, namun sayang dia lebih memilih Korea University,” lapor Seo Dong
Min.
“Sialan!” Hwang Tae Hee tampak kesal mendengarnya,
karena itu berarti dia harus menyelidiki dari awal lagi karena salah menuduh
tersangka. Bukan Baek Ja Eun yang masuk melalui jalan belakang. Baek Ja Eun
murni berbakat.
“Ah, kenapa Presdir Baek In Ho harus memberikan 3 jam
tangan mewah pada Profesor Seo?” Seo Dong Min pun tampak kesal karena
penyelidikan mereka menemui jalan buntu.
“Bagaimana jika ada pihak ketiga di antara mereka berdua
dan pihak ketiga itulah yang menyuruhnya untuk membeli jam tangan?” ujar
Hwang Tae Hee, mencoba kemungkinan lain.
“Meskipun ada kemungkinan itu, tapi untuk sekarang tak
ada bukti. Ini semua murni hipotesis,” sahut Seo Dong Min.
“Ada satu hal yang belum kukatakan padamu. Selain Putri
Pimpinan Department, Lee Seung Mi yang juga kuliah di Korea University pada
tahun 2007, Pimpinan kita sebenarnya juga mengenal Profesor Seo sejak tahun
2003, namun sejak awal dia menyembunyikan hal itu dariku. Kenapa dia
menyembunyikannya dariku? Saling mengenal adalah hal yang wajar mengingat
Profesor Seo adalah rektor tempat anaknya menempuh Pendidikan, bukan?”
Hwang Tae Hee kini mulai mengalihkan kecurigaannya pada Lee Khi Chul dan bukan
Baek In Ho lagi.
“Mungkinkah karena seorang kenalan, sehingga untuk
melindunginya, maka penyelidikan harus dihentikan? Mungkin dia tidak ingin
mendengar sesuatu seperti ini,” ujar Seo Dong Min.
“Bisa jadi. Tapi ada satu hipotesis lagi. Bagaimana jika
dia terlibat langsung dalam kasus ini?” ujar Hwang Tae Hee, menjelaskan
kecurigaannya.
“Bukankah itu terlalu mengada-ada? Hipotesismu sebelumnya
saja sudah terlalu mengada-ada. Bahkan 10% kemungkinan pun sepertinya tidak
mungkin,” sahut Seo Dong Min tak percaya.
“Kau benar-benar berpikir seperti itu? Tapi kenapa aku
mendapatkan firasat seperti itu?” sindir Hwang Tae Hee.
“Baiklah. Mungkin 20% kemungkinannya. Sungguh, ini sangat
menakutkan. Jika kasus ini benar-benar melibatkan Pimpinan Department maka ini
sangat menakutkan,” sahut Seo Dong Min dan pada saat itu, ponsel Seo Dong
Min berbunyi dan membuatnya terkejut seketika.
Ternyata telepon dari Pimpinan Tim yang bertanya di mana
Hwang Tae Hee. Begitu inginnya Lee Khi Chul menghentikan penyelidikan ini
hingga dia memerintahkan Pimpinan Tim Divisi Penyelidikan Kriminal untuk
memisahkan Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min dan memberikan mereka tugas yang
berbeda. Seo Dong Min diberikan tugas untuk membantu Detektif Han menyelidiki
kasus lain, sementara Tae Hee tidak diijinkan untuk menyentuh kasus apa pun dan
hanya boleh mengurus dokumen.
Saat Hwang Tae Hee ingin memprotes, Pimpinan Tim memarahinya
dan mengatakan kalau dia hampir saja dipecat gara-gara Hwang Tae Hee, dan bukan
hanya dia, melainkan Tae Hee juga akan dipecat karenanya.
Dan saat Hwang Tae Hee bertanya apakah ini perintah dari Lee
Khi Chul, pimpinan tim tidak menyangkal sama sekali dan membenarkan dengan
cepat. Dan sejak awal penyelidikan ini dilaporkan, Lee Khi Chul sudah sangat
marah.
“Sejak awal? Pimpinan Department melarang?” ulang
Hwang Tae Hee mengkonfirmasi.
Kuatnya keinginan Lee Khi Chul untuk menghentikan
penyelidikan ini, membuat kecurigaan Tae Hee naik menjadi 70%.
“Sekarang kecurigaan kita menjadi 70%, benarkan? Ada
alasan dibalik ini semua, kenapa dia berusaha menghentikan kita dengan segala
cara?” ujar Hwang Tae Hee.
“Hyung, kita hentikan saja penyelidikan ini. Jika
Pimpinan Department benar-benar terlibat, itu bukan sesuatu yang bisa kita
pecahkan sendiri. Aku benar-benar takut. Mari kita berhenti menyelidiki, Hyung.”
ujar Seo Dong Min, takut mereka akan dipecat.
Hwang Tae Hee tidak menjawab, tapi dia meremas kaleng soda
dan membuangnya ke tempat sampah sebagai
jawabannya. Hwang Tae Hee tampak berusaha keras menahan kemarahannya.
Di Universitas, Baek Ja Eun sedang syuting video promosi
untuk kampusnya namun seorang mahasiswi menyindirnya tentang rumor masuk melalui
jalan belakang dan mengatainya tidak pantas menjadi Maskot Universitas.
Untungnya Baek Ja Eun sangat pintar dan menjelaskan semua informasi penting
tentang kampus mereka secara jelas dan terperinci, hingga membuat semua orang
tidak meragukan kapasitasnya sebagai Maskot Universitas itu.
Malam harinya, terlihat Ja Eun dan nenek sedang bersantai di
ruang keluarga, saat Tae Shik pulang dan mendapati Ja Eun sedang rebahan santai
di ruang keluarga. Tak lama kemudian, Ja Eun dan Nenek mulai bertengkar perihal
AC yang tidak boleh dinyalakan karena udaranya sudah dingin dan juga boros Listrik,
namun Ja Eun mengatakan bahwa AC mereka adalah AC dengan kapasitas yang rendah
sehingga membuat biaya listriknya pun tidak begitu tinggi.
Tae Shik menyetujui
pernyataan Ja Eun yang membuat Neneknya berdecak sebal dan ingin mendepaknya
dari kartu keluarga dan dari statusnya sebagai anak pertama hahaha ^_^ Hwang Tae
Shik sejak awal kan emang pro Baek Ja Eun, dia satu-satunya yang gak nyinyir dan
gak jahat.
Setelah berdebat masalah AC, Ja Eun mendapat telepon dari
Hong Man Shik yang mengatakan kalau mereka membutuhkan sekitar 30 juta won untuk
membayar Regu Tim Penyelamat bila tetap ingin mencari keberadaan Baek In Ho.
Malam harinya saat makan malam, kebetulan seluruh keluarga
Hwang hadir di ruang makan, termasuk Tae Hee dan Tae Bum yang jarang pulang. Dan
di saat itulah Baek Ja Eun berencana mengutarakan niatnya untuk meminjam 30
juta won untuk mencari keberadaan sang ayah.
Di episode ini, Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun masih saling
menatap bagaikan musuh. Gak usah natap sampe segitunya Tae Hee, tar ujung-ujungnya
jatuh cinta loh hahaha ^_^
“Ini pertama kalinya kalian bertemu, kan? Berkenalanlah satu
sama lain. Dia adalah putra keduaku yang tidak tinggal di sini, Hwang Tae Bum,
reporter IBC,” ujar Hwang Chang Sik memperkenalkan putra keduanya.
Baek Ja Eun tersenyum ceria mendengarnya, “Apa kabar? Namaku
Baek Ja Eun,” ujarnya dengan ramah.
“Ya. Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Aku mendengar kau
banyak menyebabkan kegemparan saat pertama kali datang kemari. Namaku Hwang Tae
Bum. Seperti yang kudengar dari semua orang, kau memang sangat cantik, layak
menjadi Dewi nomor 1 Olympic,” ujar Hwang Tae Bum ramah, mengajak Baek Ja Eun
bersalaman, yang segera disambut gadis itu.
“Anda tahu soal itu?” tanya Ja Eun terkejut.
“Tentu saja aku tahu soal itu. Acara itu diselenggarakan
oleh IBC. Kau juga diinterview, kan? Reporter yang mewawancaraimu adalah juniorku,”
jawab Hwang Tae Bum dengan ramah.
Dan setelah proses perkenalan antara Baek Ja Eun dan Hwang
Tae Bum, makan malam itupun dimulai. Awalnya semua berjalan hangat dan ceria,
tentu saja sebelum Baek Ja Eun mengutarakan keinginannya untuk meminjam 30 juta
won sebagai biaya menyewa tim penyelamat untuk mencari sang ayah.
“Ahjussi, Ahjumma, ada sesuatu yang ingin kukatakan pada
kalian,” ujar Baek Ja Eun dengan tampang tak enak hati. Seluruh keluarga Hwang
langsung tegang begitu mendengar Ja Eun ingin mengatakan sesuatu. Mereka seakan
kena mental setiap kali Ja Eun membuka mulut.
“Kenapa? Ada masalah apa? Setiap kali kau bilang ingin mengatakan
sesuatu pada kami, jantungku berdebar kencang,” ujar Park Bok Ja, mulai
mendapatkan firasat buruk akan hal ini.
“Pinjam aku 30 juta won. Tolong persiapkan dalam waktu
seminggu,” ujar Ja Eun dengan entengnya.
“Berapa banyak?” ulang Park Bok Ja, merasa dia salah
mendengar.
“30 Juta won,” ulang Ja Eun lagi.
Secara otomatis membuat seluruh Keluarga Hwang tegang
seketika dan menatapnya terkejut. Semua orang di meja makan seketika
menghentikan makan mereka dan hanya terbengong mendengar permintaan Ja Eun yang
sama sekali tidak masuk akal.
“Apa? 30 juta won?” ulang Hwang Chang Sik, papa Hwang yang
juga ikut kaget mendengarnya.
“Seperti yang kalian semua tahu. Ayahku menghilang di China,
jadi aku ingin menyewa Tim SAR pribadi untuk mencari keberadaan ayahku,” jawab Baek
Ja Eun menjelaskan alasannya.
“Untuk menemukan mayat ayahmu?” tanya Hwang Chang Sik, tapi
kata “mayat” benar-benar menyinggung Ja Eun.
“Ahjussi, aku tidak merasa ayahku sudah meninggal. Hilang
bukan berarti telah meninggal,” ujar Ja Eun tidak terima.
“Tenanglah sedikit. Mereka tidak mengatakan dia tidak mati. Tapi
berdasarkan lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan, kau tahu kalau kemungkinannya
sangat kecil, benarkan?” ujar Hwang Tae Hee, menambah garam di atas luka. Aku
tahu dia hanya berusaha berpikir logis, namun kata-katanya di telinga Ja Eun terdengar
sangat menyakitkan.
“Benar. Hal ini sudah lama berlalu sejak kapal itu dinyatakan
terbalik dan tenggelam di lautan,” Park Bok Ja tentu saja mendukung ucapan
putranya.
“Itu sebabnya akhir minggu ini aku harus menyediakan 30 juta
won. Aku benar-benar memohon pada kalian,” ujar Baek Ja Eun seraya menatap
Hwang Chang Sik.
“Aku mengerti apa yang kau katakan, tapi jika tiba-tiba saja
menginginkan begitu banyak uang, tentu saja itu tidak mungkin,” jawab Hwang
Chang Sik, papa Hwang.
“Bukan hanya tidak mungkin, namun juga tidak sopan!” sahut
Maknae Hwang Tae Phil ikut mengomentari.
“Tentu saja. Bahkan saat waktu itu kami membayar uang kuliahmu,
kami mengumpulkan uang dari mana-mana untukmu. Dua hari kemudian, kau ingin 30
juta won. Apa kau pikir kami punya kekuatan sihir? Apa kau pikir jika kami mengucapkan
mantera maka langit akan turun hujan uang?” ujar Park Bok Ja, mengatakan
keberatannya.
“Aku minta maaf karena meminta hal ini pada kalian...” kalimat
Baek Ja Eun terpotong oleh ucapan menggebu-gebu Park Bok Ja.
“Kalau kau memang meminta maaf maka kau tak perlu memintanya!
Itu jumlah yang sangat banyak. Bukan hanya banyak, tapi ini sudah termasuk perampokan!
Terakhir kali aku sudah mengatakan itu kalau kami bukan keluarga yang punya timbunan
uang! Namun bahkan jika kami punya timbunan uang pun, kau tidak berhak meminta
itu pada kami! Itu adalah Tindakan yang tidak tahu malu dan tidak berperasaan!”
potong Park Bok Ja dengan tegas, mengomel panjang lebar.
(Ah, bukankah mencuri surat kontrak dari Baek Ja Eun adalah tindakan
yang tidak tahu malu dan tidak berperasaan juga, Park Bok Ja?)
“Jika ini menyangkut hal lain, aku tidak akan meminta
bantuanmu. Tapi itu untuk mencari ayahku,” bantah Baek Ja Eun. Bagi Ja Eun,
ayahnya adalah yang paling penting sekarang.
“Itu sebabnya aku mengatakan ini, permintaanmu sangat tidak
masuk akal. Kecelakaan itu sudah lama berlalu dan kau masih ingin mencari
tubuhnya?” seru Park Bok Ja berapi-api, namun seketika terhenti saat melihat
tatapan Baek Ja Eun yang terluka.
“Ja Eun-ah, aku bisa memahami perasaanmu yang ingin mencari
ayahmu...” Hwang Chang Sik berusaha mendinginkan istrinya.
“Kalau Anda mengerti, maka berjanjilah padaku! Berjanjilah
hal itu! Atau aku hanya bisa menjual pertanian ini!” seru Baek Ja Eun tak mau
kalah.
Kalimatnya spontan membuat keluarga Hwang menjadi panik dan
salah tingkah, mereka tidak bisa apa-apa karena Ojakgyo Farm memang milik Baek
Ja Eun dan keluarga Hwang hanya menumpang tinggal. Bahkan Hwang Tae Hee pun
hanya menarik napas pasrah jika kepemilikan pertanian ini kembali diungkit di
depannya. Bahkan nenek pun tak bisa berkata-kata.
“Jujur, satu-satunya harta yang kumiliki hanyalah pertanian
ini. Jika Anda tidak dapat meminjamkan uang, aku hanya bisa menjual pertanian
ini. Pertanian ini adalah milikku!” lanjut Baek Ja Eun, mengklaim apa yang
seharusnya menjadi miliknya.
“Jujur, aku juga sangat sedih. Mengapa aku bisa tidak
berperasaan? Sejak awal aku tidak tertarik tinggal di sini. Itu semua karena
kalian yang memintaku tinggal di sini, jadi aku mengalami banyak
ketidaknyamanan saat tinggal di sini. Jika seperti ini, aku hanya bisa menjual
pertanian ini dan membeli rumah baru untuk pindah. Apakah Anda ingin aku pindah?”
lanjut Baek Ja Eun lagi.
Saat yang lain menatapnya dengan pasrah, hanya Park Bok Ja (sang
emak) yang menatapnya penuh dendam dan permusuhan, saat itulah niat untuk mencuri
surat kontrak terselip dalam hatinya.
Adegan terakhir diakhiri dengan suara teriakan panik Baek Ja
Eun yang mengatakan kalau surat kontraknya hilang. Dicuri Park Bok Ja lebih
tepatnya.
Blogger Opinion :
Dari sinilah sumber masalah yang sebenarnya dimulai, Ja Eun
yang menuntut keluarga Hwang untuk menyediakan 30 juta won untuknya dalam waktu
satu minggu, membuat Park Bok Ja (sang ibu) akhirnya nekat mencuri surat
kontrak Ja Eun dan menendangnya keluar.
Sebenarnya Ja Eun ada salahnya juga sih, Keluarga Hwang bukanlah
orang kaya seperti Baek In Ho dulunya, dan Ja Eun yang sejak lahir hanya
merasakan uang mengalir bagaikan air tentu tidak mengetahui sulitnya mencari
uang, membuatnya seenak udel menuntut uang yang banyak dalam waktu singkat. Yah
walaupun tujuannya bukan untuk foya-foya namun untuk mencari keberadaan sang
ayah di tengah lautan.
Manusiawi juga sih sebenarnya karakter Baek Ja Eun ini, dia
mengkhawatirkan kondisi ayahnya, dia berharap ayahnya hidup dan selamat, jadi
wajar kalau dia ingin melakukan segala cara untuk menemukan sang ayah.
Ditambah lagi, dia terbiasa hidup kaya, jadi gak mikir kondisi
keuangan orang lain. Apalagi kan ini menyangkut nyawa sang ayah, satu-satunya
keluarga yang dia miliki. Dia tentu ingin mencari dan menemukan sang ayah
bagaimana pun caranya. Tapi meminta dalam watu satu minggu uang sebanyak 30
juta won, tentu itu tidak masuk akal.
Baek Ja Eun memang harus dikasih hidup susah dulu biar dia bisa
jadi lebih dewasa dan gak manja, serta lebih bertanggung jawab pada hidupnya
sendiri alias gak cuma bisa meminta pada orang lain melainkan berusaha sendiri.
Namun walaupun begitu, Park Bok Ja yang mencuri kontrak juga
tidak bisa dibenarkan, karena mencuri itu adalah kejahatan, termasuk Tindakan kiminal
dan dia tidak seharusnya melanggar batas, apalagi mengingat dia memiliki putra
seorang polisi penyelidik kriminal.
Kebayang gak tuh gimana nyesel dan malunya Hwang Tae Hee uda
ngebela emaknya, eh ternyata emaknya emang pencuri, padahal secara dia polisi
penyelidik kriminal tapi dia malah melindungi dan membela pelaku kriminal dan
menyalahkan korban (Baek Ja Eun), ya walaupun Tae Hee awalnya gak tahu sih
kalau emaknya pencuri.
Episode 7-10 adalah episode yang aku benci karena Baek Ja
Eun menderita banget. Uda surat kontraknya dicuri oleh Park Bok Ja (si emak),
dia diusir dari rumahnya sendiri dengan kejam (Ojakyo Farm adalah rumah Baek Ja
Eun dan bukan rumah keluarga Hwang), hidup luntang lantung di jalanan, difitnah
masuk melalui jalan belakang dan dibully di mana-mana : dibully di kampus,
dibully di tempat kerjanya, dibully secara online, mentalnya dihajar
habis-habisan. Uda gitu lapor Hwang Tae Hee malah dibilang salahnya sendiri
karena ngilangin.
Nih keluarga Hwang (selain bapaknya) semuanya krisis moral
semua. Tapi sayangnya bapaknya type suami takut istri, jadi susah deh.
Sementara si polisi, karena merasa hutang budi telah dibesarkan oleh Bibinya
(yang sekarang jadi ibuknya) jadi gak bisa berbuat apa-apa dan diam aja ngeliat
seorang gadis muda dizolimi.
Poor Baek Ja Eun >_< Dia masih seorang gadis muda,
bayangin aja gadis muda hidup luntang lantung di jalanan, untung aja dia gak diperkosa
orang ya. Coba di Indonesia, langsung dijadikan sasaran pemerkosaan deh.
Bersambung…
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan.
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia.
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar