Rabu, 25 Desember 2013

Wishing Star 10 - SS501 & Uee Fanfiction



Author : LIANA WIJAYA

Starring : 
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo 
Uee’s After School as Kim Yoo Jin 
Kim Jae Joong as Himself (Yoo Jin Ex Boyfriend) 
Kim Hyun Joong as Kim Shi Lang (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Kim Kyu Jong as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend) 
Jung Somin as Hong Mo Nae (The Girl Who Love Yoon Ji Hoo)



NB : MERRY CHRISTMAS FOR ALL TRIPLE S, HENECIA, PLAYGIRLZ AND UEEJOONG LOVERS ALL AROUND THE WORLD !!!



“WISHING STAR 10 – SS501 & Uee Fanfiction”






“CHAPTER 10  : MY WISHING STAR



Nanjing Road Shanghai.. 
Waktu setempat telah beranjak ke pukul sebelas malam saat kereta api bawah tanah berhenti di Stasiun Lujiazui, Shanghai, China. Sebagian penumpang berhamburan keluar, sementara yang masuk segelintir saja. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk keluar dari lorong stasiun dan tiba di Nanjing Road, shopping street paling ramai di China.  

Seorang pria muda berparas tampan berjalan keluar dari dalam kereta bawah menuju jalanan Nanjing Road yang penuh dengan lalu lalang orang. Hawa dingin langsung menusuk tulang begitu berada di ruang terbuka Nanjing Road.

Maklum, di Shanghai, akhir Desember, adalah saat musim dingin dengan salju yang turun hampir setiap hari. Jadi, suhu udara pada malam hari sekitar  0-5 derajat celsius. Pria muda itu berjalan di antara kerumunan orang seraya memandang tulisan nama-nama toko dalam aksara China di papan neon menyala terang penuh warna-warni.

Benar. Hari ini adalah malam Natal, dimana semua toko-toko di Shanghai memasang banyak sekali hiasan bertema Natal lengkap dengan pohon Natalnya yang berkelap-kelip dengan sangat indah. Sementara lampu-lampu taman memberikan rona temaram. Bangku permanen yang terbuat dari semen bertebaran menawarkan kelegaan bagi pengunjung yang lelah berjalan atau sekadar ingin duduk-duduk santai menikmati suasana.

Di sepanjang kanan-kiri jalan, berderet toko, supermarket, dan beberapa mal. Sebagian besar bangunan berarsitektur Eropa dan modern. Beragam merek busana terkemuka dan jaringan bisnis waralaba tersedia. Berbagai produk khas buatan China pun tersebar di toko-toko, mulai dari sutra, permata, sampai batu giok.




Pria muda itu tampak berjalan tak tentu arah, dia tampak berdiri dan memandang kosong kearah salah satu toko yang menjual perhiasan yang indah, matanya tertuju pada sebuah kalung berliontin bintang yang dipajang di salah satu etalase toko tersebut.

“Serupa tapi tak sama. Yoo Jin-ah, apa kau masih memakai kalung pemberianku ?? Aku menemukan kalung yang serupa di sini. Lihat bintangnya !! Sama persis, hanya saja Polarisku jauh lebih besar dan indah”, ujar Ji Hoo dalam hati sambil tersenyum memandang kalung itu. Dia mengingat malam Ulang Tahun Yoo Jin dimana dia memberikan kalung itu.

“Ini..Indah sekali.Kalung Meteor ??”, ujar Yoo Jin kagum, kenangan itu begitu nyata, Ji Hoo bahkan merasa Yoo Jin ada disampingnya saat ini, tersenyum bahagia seraya menggenggam erat kalung itu.

Kalung Polaris lebih tepatnya. Sama seperti bintang Polaris yang melambangkan harapan, kalung ini juga melambangkan harapan. Dengan memakai kalung ini, Polaris akan selalu menemanimu kemanapun kau melangkah. Saat kau tidak bisa menemukan Polaris di angkasa, genggamanlah kalung ini maka kau pasti merasa harapanmu akan kembali muncul, kenang Ji Hoo saat dia mengambil kalung itu dari genggaman Yoo Jin.

    “Mulai sekarang aku membagi Polarisku denganmu, lanjutnya seraya memakaikannya di leher jenjang gadis itu. Ji Hoo tersenyum tipis mengingat kenangannya bersama Yoo Jin.

         “Kenangan itu indah atau pahit ?? Yoo Jin, I Miss You so much !!”, batin Ji Hoo pedih sambil tetap berdiri mematung memandang kalung itu di etalase toko. Mendadak dia teringat kembali dengan percakapannya bersama Jae Joong di Rumah Sakit siang tadi.

FLASHBACK…
“Kau akan pergi ?? Kau akan meninggalkan Yoo Jin sekali lagi ?? Apa kau yakin kau tidak akan menyesali tindakanmu ini ??”, tanya Jae Joong pada Ji Hoo. Dengan sedikit terkejut Ji Hoo membalikkan tubuhnya, memandang temannya yang berdiri tidak jauh dari tempat dia berdiri.

          “Kau masih disini ?? Kupikir kau mengantar Yoo Jin pulang ??”, Ji Hoo balik bertanya seraya perlahan kembali ke ranjangnya.“Aku langsung kembali kemari setelah mengantarnya pulang”, jawab Jae Joong lalu duduk di sofa tunggu di depan ranjang Ji Hoo.

       “Jawab Aku, Ji Hoo !! Apa kau tidak akan menyesali tindakanmu ??”, Jae Joong bertanya dengan pelan dan dalam, sementara Ji Hoo hanya terdiam dan memandang kosong kearah jendela.

        “Bagiku, di dunia ini hanya ada 2 penyesalan. Pertama, menyesal karena tidak bisa mendapatkan orang yang kita cintai dan kedua, bila melihat orang yang kita cintai tidak bahagia”, jawab Ji Hoo tulus tapi terdengar sedih dan kecewa. Dia tetap memandang kosong keluar jendela. Dan sedetik kemudian melangkah keluar pintu.

         “Lalu mana yang akan kau pilih ??”, tanya Jae Joong, spontan menghentikan langkah Ji Hoo. 
          “Apa harus kukatakan padamu ??”, jawab Ji Hoo dingin tanpa berpaling sedikitpun. 
“Yoo Jin mencintaimu. Dia hanya menganggapku sebagai penggantimu”, lanjutnya kecewa. 

“Mencintaiku ?? Kurasa kau salah, kawan. Aku sungguh berharap Yoo Jin masih mencintaiku, tapi kenyataannya sekarang hatinya bukan lagi milikku. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada seseorang yang sangat dicintainya, hanya saja kau menolak mempercayainya”, Jae Joong berkata dengan nada sedih dan pilu.

“Aku bisa melihat dari matanya saat dia bercerita tentangmu, bagaimana kau sangat memahami perasaannya, bagaimana kau selalu berada disisinya dan melindunginya, bagaimana kau selalu memberinya semangat. Dia berkata padaku, dia bukan apa-apa andai kau tidak ada. Dia berkata padaku bahwa dia benar-benar tidak bisa melupakan kenangannya bersamamu. Dan saat kau pergi, semakin dia sadari dia tidak bisa menghapus semua kenangan itu”, jawab Jae Joong dengan ekspresi terluka.

“Aku tidak mengerti “, jawab Ji Hoo bingung. 
“Kau..YOON JI HOO !!! Percaya atau tidak, dia sudah jatuh cinta padamu. Aku benci harus mengatakan ini, tapi harus kuakui aku sudah kalah. Kalah sejak awal, bahkan mungkin sejak pertama kali kita bertiga bertemu. Aku tahu dari caramu memandang dan memperlakukannya kalau kau memiliki perasaan tulus untuknya. Itu sebabnya aku lebih dulu menyatakan perasaanku padanya dan terus mendekatinya, kau tahu kenapa ?? Itu agar kau tidak punya kesempatan lagi untuk mendekatinya. Aku sangat mengenalmu, aku tahu kau tidak akan tega merebut pacar teman sendiri. Jika Yoo Jin jadi pacarku, kau pasti akan memilih mundur dan membuang perasaanmu. Tapi ternyata takdir berkata lain, kecelakaan itu dan hilangnya ingatanku justru membuatmu semakin dekat dengannya. Kurasa ini memang bagian dari rencana Tuhan. Kurasa memang sejak awal kalian sudah di takdirkan untuk bersama. Aku kalah !! Aku kalah telak”, jawab Jae Joong dengan suara sedih dan tertekan.

“Kau masih tidak rela melepaskan Yoo Jin kan ?”, Tanya Ji Hoo memancing. 
“Jujur aku masih tidak rela melepaskannya. Jika aku bisa aku ingin dia tetap disisiku, tapi aku akan jadi sangat egois jika aku lakukan itu. Bukankah cinta tidak  harus memiliki ?? Selama 7 tahun ini kau juga diam-diam menyimpan perasaanmu, sekarang aku mengerti betapa sakitnya itu”, jawab Jae Joong tulus.

“Jadi teman, tolong kau bahagiakan Yoo Jin untukku. Aku tahu hanya kau yang bisa lakukan itu. Aku juga tau ada 1 hal di dunia ini yang tidak akan pernah bisa ku berikan padanya, yaitu KEBAHAGIAAN”, lanjutnya lagi dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak tahu harus bagaimana, kau sudah ku anggap seperti saudaraku, aku tidak ingin melihatmu terluka”, jawab Ji Hoo seraya menundukkan wajahnya.

“Aku benar-benar kecewa padamu. Ji Hoo-ah, kartu AS ada ditanganmu, kau bisa membuang atau tetap menyimpannya, tergantung pada pilihanmu. Tapi aku sungguh berharap, apapun pilihanmu, itulah yang terbaik untuk kita. Kau, aku dan terutama Yoo Jin. Aku yakin jawabannya sudah ada dalam hatimu, hanya saja kau masih ragu”, ujar Jae Joong lagi, berusaha meyakinkan temannya.

“Yoo Jin pernah berkata, walau ada jutaan bintang di langit, tapi Polaris-lah satu-satunya bintang yang bisa memberikannya cahaya terang. Aku yakin kau pasti paham maksudnya. Dan bagi Yoo Jin sekarang, kaulah yang paling penting. Tanpamu, dia tidak bisa hidup”, lanjut Jae Joong untuk yang kesekian kalinya berusaha meyakinkan temannya.

Ji Hoo terdiam, dia mulai ragu dengan keputusannya meninggalkan Yoo Jin sekali lagi. Tapi dia sungguh takut jika seandainya Yoo Jin hanya menganggapnya sebagai bayangan Jae Joong.

END OF FLASHBACK…

Yoon Ji Hoo menatap kosong untaian kalung berliontin bintang yang sedang dipajang di etalase toko sambil mengingat percakapannya dengan Jae Joong. Dengan tersenyum tipis, dia menggumam pelan.

“Kartu AS ?? Apa maksudnya dengan Kartu AS ?? Aku benar-benar tidak mengerti”, batin Ji Hoo sambil tersenyum simpul pada dirinya sendiri.

Akhirnya setelah cukup lama berdiri memandangi kalung di etalase toko itu, Ji Hoo pun kembali melangkah di tengah kerumunan orang. Dia berjalan tak tentu arah, sama seperti hatinya yang sekarang juga sedang bimbang, tidak tahu bagaimana memutuskan.

Baik. Kita serahkan semua pada takdir. Jika takdir ingin kita bersama, kita pasti bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Tapi jika takdir ingin kita berpisah, bagaimanapun aku berusaha mencarimu, aku yakin pasti tidak bisa menemukanmu. Kau tetaplah disana. Ditempat sekarang kau berada, aku yang akan kesana mencarimu. Untuk membuktikan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama”, tiba-tiba Ji Hoo teringat percakapannya dengan Yoo Jin ditelepon malam itu. 

Takdir. Benarkah takdir itu ada ?? 2 orang yang ditakdirkan untuk bersama, tidak peduli walau harus melewati berbagai macam rintangan dan kesulitan, mereka pasti bisa bersama suatu hari nanti.

“Yoo Jin, kurasa aku akan menyerahkan semuanya pada takdir. Jika malam ini aku bisa bertemu denganmu lagi, maka aku tidak akan menghindar lagi. Aku akan percaya bahwa kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Tapi jika tidak, maka…”, Ji Hoo terdiam sejenak, mendadak menghentikan langkahnya sambil mengamati semua orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

“Ada begitu banyak orang di Shanghai. Bagaimana jika seandainya aku tidak bisa menemukanmu ??”, batin Ji Hoo seraya memandang kosong ke depan, ke tengah kerumunan orang tanpa dia sadari, gadis yang dipikirkannya tepat berjalan disampingnya, hanya saja karena ada begitu banyak orang berlalu lalang, mereka berdua tidak menyadari jika mereka ada dijalan yang sama.

Kim Yoo Jin terus berjalan, disepanjang Nanjing Road, mencoba mencari Ji Hoo ditengah kerumunan orang di malam Natal. Entah kenapa perasaannya menuntunnya untuk kemari. Mungkin karena pertama kali dia melihat Ji Hoo ada disini. Tiba-tiba dia berhenti di depan sebuah toko perhiasan dan matanya tertuju pada sebuah kalung berliontin bintang yang dipajang di salah satu etalese tokonya.

“Kalung itu.. Mirip sekali dengan yang dihadiahkan Ji Hoo padaku. Serupa tapi tak sama”, gumam Yoo Jin sambil menandang tak percaya kearah etalase toko itu seraya menggenggam erat kalung yang tergantung di lehernya yang jenjang.

“Ji Hoo Oppa, aku selalu memakai kalungmu. Aku percaya selama Polaris masih tergantung dileherku, aku masih memiliki harapan untuk bertemu denganmu”, batin Yoo Jin seraya menggenggam erat kalungnya dengan sedih.

Kemudian setelah beberapa menit memandangi kalung itu, Yoo Jin memutuskan untuk melanjutkan pencariannya. Dia berniat akan menyeberang jalan saat tiba-tiba terlihat kembang api yang indah di langit malam. Bersamaan dengan gemuruh kembang api itu, lagu-lagu Natal mulai dikumandangkan. 25 Desember pukul 12 malam tepat..

“Sheng Tan Khuai Lek..Merry Christmas”, semua orang yang ada disekitarnya saling memberi salam dan berjabat tangan dengan orang-orang di sekitar mereka.

“Ji Hoo oppa, Merry Christmas !! Dimana pun kau berada, aku yakin kau bisa mendengarnya. Tuhan, hadiah Natal tahun ini, aku ingin Kau pertemukan aku dengannya dan jangan pisahkan kami lagi. Bisakah Tuhan ??”, doa gadis itu seraya menatap kearah Langit dengan pandangan hampa. Tepat di seberang jalan, Ji Hoo juga berdiri menatap kearah langit memandang kembang api yang yang tidak putus-putusnya diluncurkan.

Kembang api yang diluncurkan sangat atraktif dengan warna warni terang dan membentuk pola yang menarik. Sejenak semua orang melupakan udara dingin dengan temperatur minus 1 dan terhibur dengan atraksi ribuan kembang api.

Yoo Jin terpana melihat atraksi ribuan kembang api di langit dan mendadak semua kenangannya bersama Ji Hoo muncul kembali ditengah kembang api itu. 
“Kenangan itu indah ataukah pahit ??”, batin Yoo Jin sedih. Lalu kenangan yang lain pun mulai muncul dan memberikannya sebuah ide.

“Tidakkah kau berpikir Jae Joong ada disana ?? Dia tersesat. Dia sangat ingin pulang, tapi dia tidak tau jalan menuju pulang. Mungkin sekarang dia sangat ketakutan. Dia sendirian dan tidak bisa menemukanmu. Yoo Jin-ah, bila dia tidak bisa menemukanmu maka kaulah yang harus mencari dan menemukannya, tidak peduli dia ada dimana. Sekarang berteriaklah !! Katakan padanya kau akan mencari dan menemukannya “, kenang Yoo Jin akan ucapan Ji Hoo hari itu, hari dimana dia kehilangan Jae Joong dalam kecelakaan.

“Benar !! kenapa tidak ?? Mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk menemukannya. Ji Hoo oppa, tunggu aku !! Aku pasti akan mencari dan menemukanmu”, Yoo Jin bertekad dalam hati.

Lalu secepat kilat dia meninggalkan Nanjing Road dan berlari ke sebuah tempat lain, sebuah ide gila melintas dikepalanya setelah melihat kembang api yang bersinar di angkasa dan setelah teringat ucapan Ji Hoo hari itu.

Shanghai United Family Hospital.. 
Kim Yoo Jin berlari dan terus berlari, seolah hidupnya bergantung pada itu. 
“Sekarang berteriaklah !! Katakan padanya kau akan mencari dan menemukannya!!”, ujar Ji Hoo saat itu. Saat Yoo Jin kehilangan Jae Joong di Shanghai setahun yang lalu. Dia ingat saat itu Ji Hoo menyuruhnya untuk berteriak dari atas balkon hotel tempatnya menginap.

“Bila dia tidak bisa menemukanmu maka kau yang harus mencari dan menemukannya. Tidak peduli dia ada dimana”, kata-kata Ji Hoo selalu terngiang-ngiang dalam ingatannya. Kata-kata yang selalu memberinya semangat.

Kim Yoo Jin masuk menerobos Rumah Sakit Ayahnya, dia terus naik dan naik sampai ke tingkat teratas. Dengan napas tersengal-sengal, dia sampai ke atap, tempat helicopter biasa digunakan untuk lepas landas. Tempat itu sangat luas tapi juga sangat gelap. Tapi tidak peduli segelap apapun, dia terus melangkah. Dia naik ke tempat tertinggi di atap itu dan mengatur napas agar bisa berteriak sekencang-kencangnya.

“Sekarang aku akan mencarimu. Aku pasti akan menemukanmu”, tekadnya dalam hati.


**********************

Yoon Ji Hoo terus melangkah dengan pikiran bimbang hingga tanpa sadar dia kembali ke Rumah Sakit tempat dia dirawat selama seminggu ini. Dia begitu terkejut saat melihat ada banyak orang yang bergerombol di depan Rumah Sakit seraya memandang ke atas dengan ngeri.

“Apa yang dilakukan gadis itu di atas atap ?? Apa dia ingin melompat ?? Demi Tuhan, sekarang kan malam Natal, malam penuh berkat, kenapa dia malah ingin melompat ?”, Ji Hoo mendengar percakapan dua orang wanita yang berdiri tidak jauh darinya. Dengan penasaran dia memandang ke atas atap tempat dimana seorang gadis berdiri di sana.

Benar. Seorang wanita berambut panjang lurus sedang berdiri diatas atap Rumah Sakit. Dari bawah terlihat rambut panjangnya berkibar ditiup angin.

Ji Hoo memicingkan matanya, berusaha melihat lebih jelas siluet gadis itu saat tiba-tiba salah seorang perawat berteriak kepada perawat yang lain “Beritahu Pak Direktur, Nona Kim sedang ada di atas atap. Cepat !!! Petugas keamanan sedang berusaha naik ke atas menghentikannya sebelum sesuatu yang buruk terjadi”, teriak Perawat itu lalu kembali masuk ke dalam Rumah Sakit.

Hati Ji Hoo mendadak seperti di tusuk pedang mendengar namanya disebut. 
“Nona Kim ?? Apa yang mereka maksud adalah Kim Yoo Jin ??”, batin Ji Hoo takut, seraya memandang ngeri ke atas atap. 

“Dan bagi Yoo Jin sekarang, kaulah yang paling penting. Tanpamu, dia tidak bisa hidup”, ucapan Jae Joong tadi siang terngiang dengan jelas di telinga Ji Hoo dan membuatnya mendadak diliputi rasa takut yang mendalam, rasa takut kehilangan seseorang yang dicintainya.

“Tidak !! Jangan !! Jangan lakukan itu, Yoo Jin !! Maafkan aku !! I will never leave you anymore !! I don’t wanna love you !!”, ujar Ji Hoo dalam hatinya sambil menerobos kerumunan orang dan masuk ke dalam Rumah Sakit.

Berlari dan terus berlari. “Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Tidak !! maafkan kebodohanku, sayang. Tolong jangan melompat !!”, ujarnya berdoa sambil terus berlari ke atas atap dengan napas tersengal-sengal.

“Lift yang menuju ke atap mendadak macet. Kita tidak bisa naik, bagaimana ini ??”, ujar salah seorang Perawat dengan panik. Hati Ji Hoo mencelos saat mendengarnya. Dia susah payah sampai ke mari tapi pintu lifnya mendadak macet.

“Tangga darurat. Kita bisa pakai tangga darurat”, usul yang lain. 
“Tapi siapa yang akan naik melalui tangga darurat hingga tingkat 59 ??”, jawab Perawat yang lain.

“Aku !! Biar aku saja yang membawanya turun”, Ji Hoo mendadak angkat bicara. 
“Dokter Yoon.. Sejak kapan kau disini ? Bukankah tadi siang Anda kabur dari kamar perawatan ?? Nona Kim panik mencari Anda”, ujar salah seorang Perawat.

“Aku tahu. Dia diatas kan ?? Tunjukkan padaku dimana tangga daruratnya !!”, pinta Ji Hoo dengan terburu-buru. Akhirnya para perawat itu menunjukkan pintu dimana tangga darurat itu berada.

“Disana pintunya. Dokter Yoon, tolong bawa Nona Kim turun dengan selamat. Atau jika tidak, kami semua akan dipecat “, pinta salah satu dari mereka. 
“Pasti !!”, jawab Ji Hoo singkat lalu langsung berlari naik ke atas. Mendaki tangga demi tangga seraya terus berdoa agar Yoo Jin tidak melompat, tidak sebelum dia sampai disana.

Setelah 20 menit yang rasanya seperti 20 tahun berlari menaiki tangga, Ji Hoo tiba di puncak atap. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling atap yang gelap, berusaha mencari sosok wanita yang dicintainya. Dan disanalah akhirnya, Sang Andromedanya berdiri di atas sebuah balok kayu yang besar, membelakanginya.

Ji Hoo berhenti sejenak, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Baru saja dia hendak melangkah mendekati gadis itu, dia mendengar Yoo Jin berteriak lantang.

YOON JI HOO, Ni thing jien le ma ?? Wo se Yoo Jin. Ni tau thi cai na li ?? (Yoon Ji Hoo, apa kau mendengarnya ?? Aku Yoo Jin,  ada dimana kau sebenarnya ??)”, teriak gadis itu lantang pada udara, dengan suara bergetar seolah menahan airmatanya.

“Wo Ai Ni.. Saranghae !! Can you hear my heart ??”, lanjutnya lagi, lalu terduduk lemas diatas balok kayu itu sambil menangis pelan.

“Kenapa kau tidak percaya ?? Apa yang harus kulakukan agar kau mau percaya ??”, isaknya lemah, tidak menyadari keberadaan orang lain disana.

Ji Hoo memandang gadis itu dengan penuh rasa haru dan tidak percaya. Hatinya sedih bercampur bahagia, ini berarti penantiannya selama 7 tahun benar-benar tidak sia-sia.

“AKU PERCAYA !! Aku disini !! Aku bisa mendengarnya”, ujarnya lirih seraya perlahan melangkah mendekati gadis itu. Yoo Jin mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk sedih dan memandang ke sekelilingnya, mencari sumber suara, membuktikan bahwa telinganya tidak salah mendengar. Dan begitu terkejutnya dia saat melihat Ji Hoo ada disana dengan tersenyum melangkah mendekatinya.

“Oppa..”, ujarnya lirih dengan mata tidak percaya. 
“Sejujurnya, aku sangat suka mendengarmu memanggilku Oppa”, canda Ji Hoo sambil perlahan mendekat. Yoo Jin perlahan turun dari atas balok kayu tempatnya berdiri tadi dan berlari kearah pemuda itu, lalu memeluknya erat.

Buukkk... Yoo Jin langsung menghempaskan dirinya ke pelukan Ji Hoo yang tersenyum menyambutnya dan memeluknya hangat di tengah udara Natal yang begitu dingin.

“Kau sangat jahat !! Kenapa kau tinggalkan aku sendiri ?? Aku sangat takut tidak akan bisa melihatmu lagi”, isak Yoo Jin dalam pelukan Ji Hoo. Ji Hoo hanya mengelus rambut Yoo Jin lembut.

“YAAA !! Akulah yang takut tidak bisa melihatmu lagi. Tidakkah kau pikir tindakanmu gila ?? Tahukah kau semua orang sedang memandangmu dibawah ?? Mereka semua, termasuk aku, mengira kau akan bunuh diri. Dasar gadis bodoh !!! Kau membuatku takut setengah mati”, Ji Hoo berpura-pura memarahi Yoo Jin.

“Itu semua salahmu”, jawab Yoo Jin nakal. 
“Apa ?? Salahku ?? Apa yang sudah ku lakukan ??”, Tanya Ji Hoo tidak percaya.

“Saat aku sedih karena kehilangan Jae Joong dulu, bukankah kau pernah berkata padaku “Bila dia tidak bisa menemukanmu maka kau yang harus mencari dan menemukannya. Tidak peduli dia ada dimana”. Benarkan ?? Itu yang sedang kulakukan sekarang. Jika kau tidak bisa menemukan aku, akulah yang akan mencari dan menemukanmu, tidak peduli kau ada dimana. Lihat kan ?? Kau sudah menemukan aku sekarang “, jawab Yoo Jin sambil tersenyum menang.

“Kau tidak akan meninggalkan aku lagi kan ??”, tanyanya ragu-ragu seraya menatap lekat-lekat mata Ji Hoo yang lembut. 
“Beri aku 1 alasan kenapa aku harus tetap disisimu”, Tanya Ji Hoo nakal, dia ingin mendengar sekali lagi dari mulut Yoo Jin sendiri.

“Cinta sejati tidak butuh alasan. Tapi jika memang kau ingin sebuah alasan, maka akan kuberikan”, jawab Yoo Jin mantap dan percaya diri, seraya menatap lekat mata Ji Hoo, menunjukkan kesungguhannya.

“Aku Mencintaimu karena kau adalah YOON JI HOO.. Aku tidak bisa memikirkan alasan lain, benar-benar tidak bisa. Bukankah kau pernah bilang Pilih 1 bintang dan jadikan dia bintangmu. Kelak bila kau tersesat, dia akan membimbingmu mencari jalan pulang. Dia juga yang akan menyinari malammu yang gelap’.. Sekarang bintang itu ada di hadapanku. Katakan padaku apa yang harus ku lakukan ??”, ujar Yoo Jin pada pria di hadapannya.

“POLARIS.. Dialah bintangku. Sang BINTANG UTARA yang melambangkan HARAPAN. Seterang Polaris yang bersinar menyinari langit utara, sekuat itulah harapanku untuk bertemu denganmu. Tidak peduli kau ada dimana, aku pastikan aku akan mencari dan menemukanmu. Karena Kau POLARISKU !!! Kau Bintang Harapanku dan aku memilihmu !! Jalan yang ku lalui ternyata sangat panjang dan melelahkan, dari Shanghai hingga Korea, lalu kembali lagi ke Shanghai.. Aku tidak sanggup melangkah sendirian.. Aku membutuhkanmu, Sama seperti bumi yang tidak akan bisa hidup tanpa matahari, seperti itulah arti dirimu bagiku. You’re My Wishing Star.. Saranghae Oppa..”, ujar Yoo Jin sambil mulai meneteskan airmata.

        Ji Hoo tersentuh mendengar pengakuan Yoo Jin lalu segera menarik gadis itu kedalam pelukannya dan menciumnya lembut. 
       “Nado Saranghae, Kim Yoo Jin !! I swear I will never leave you anymore”, bisik Ji Hoo lembut ditelinga gadis itu sesaat setelah mereka berdua berbagi ciuman mesra.
“Sangat panjang kan ??”, bisik Yoo Jin dalam pelukan Ji Hoo. 
“Apa ??”, Tanya Ji Hoo seraya mengeratkan pelukannya.

“Jalan itu.. Dari Shanghai hingga Korea dan kembali lagi ke Shanghai. Kau tahu ?? Ku pikir aku akan melalui jalan itu sendirian, Kupikir, begitu aku sampai di ujung jalan, aku akan benar-benar sendirian”, jawab Yoo Jin manja.

Seperti penggalan film, semua kenangannya bersama Ji Hoo mulai berhamburan keluar, Saat dibalkon hotel, disepanjang jalan dia menempel kertas, saat mereka bermain di taman hiburan ditengah malam, saat memandang bintang dan saat Ji Hoo menghadiahkannya sebuah kalung berliontin bintang yang sangat indah. Semuanya begitu jelas. Sungguh merupakan sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan.

“ For me, it’s a long long journey till I find my way home to you”, lanjut Yoo Jin dengan mata berkaca-kaca. Lalu perlahan melepaskan pelukannya dan berdiri disamping Ji Hoo, dengan pandangan hampa memandang kelangit biru.

“Kau pikir aku akan mengingkari janjiku ?”, Tanya Ji Hoo dengan tersenyum tipis. “Aku pernah berjanji padamu, Tidak peduli sepanjang apapun jalan yang kau lalui, aku akan bersamamu melalui jalan itu dan bila suatu saat nanti kau sampai di ujung jalan itu, maka aku akan sampai di ujung jalan itu bersamamu. Itu janjiku !!”, lanjut Ji Hoo, lembut dan dalam.

“Aku begitu takut. Saat kita berpisah, aku membayangkan bagaimana jadinya hidupku jika aku kehilanganmu”, ujar Yoo Jin sekali lagi, sambil tetap memandang langit.
“Jangan bodoh !! Kau tidak akan pernah kehilanganku. Aku akan selalu disisimu “, jawab Ji Hoo berjanji.

“Tapi kau punya niat meninggalkan aku kan ?? Buktinya berkali-kali kau menghilang”, Yoo Jin berpura-pura marah tapi Ji Hoo hanya tertawa.

“AKu tidak menghilang, aku hanya sedang bersembunyi. Sama seperti Polaris yang tidak akan pernah menghilang, Polaris akan tetap ada ditempatnya apapun yang terjadi, walau bintang-bintang yang lain akan menghilang seiring perputaran bumi terhadap matahari, tapi Polaris akan tetap ada. Polaris hanya akan bersembunyi saat langit tertutup awan, tapi dia akan tetap ada selamanya, sama seperti aku”, jawab Ji Hoo seraya menunjuk ke langit Utara.

“Lihatlah !!! Polaris bersanding bersama Andromeda dengan indahnya di langit Utara”, seru Ji Hoo lagi. 
“Polaris dan Andromeda”, ulang Yoo Jin. Ji Hoo mengangguk.

“Benar. POLARIS, SANG BINTANG HARAPAN dan Andromeda, Sang Putri yang terikat di batu karang. Bagiku, kaulah Andromeda-ku. Ijinkan aku menjadi Perseusmu ??”, ujar Ji Hoo tulus seraya menarik tangan Yoo Jin agar mendekat.

Baru saja Ji Hoo akan mencium Yoo Jin, tiba-tiba terlihat kembang api lagi dilangit malam. 
 “Hei, kembang apinya indah kan ?? Lihat itu !!”, tunjuk Yoo Jin dengan gembira, sementara Ji Hoo hanya tersenyum pasrah melihat tingkah gadisnya yang seperti anak kecil yang kegirangan melihat kembang api.

“Benar !! sangat indah !! Malam ini adalah malam yang sangat indah, Malam yang tidak akan pernah ku lupakan. Merry Christmas Yoo Jin !! Merry Christmas, My Girl !!!”, ujar Ji Hoo lalu menarik tangan Yoo Jin sekali lagi dan langsung menciumnya.

Ciuman yang hangat dan lembut. Ji Hoo merasa hari ini adalah yang paling indah dalam hidupnya karena penantiannya selama 7 tahun akhirnya terbayar. Kim Yoo Jin, gadis yang selama ini di impikannya telah ada dalam pelukannya dan sekarang berbagi ciuman mesra dengannya, dan mulai sekarang gadis ini adalah miliknya, miliknya selamanya.

“Bibir ini adalah milikku, rambut ini, tangan ini, semuanya, Kau adalah milikku sekarang, dan aku tidak akan membiarkan orang lain merebutmu lagi. Sudah cukup aku mengalah selama 7 tahun. You Are Mine Forever !!”, bisik Ji Hoo parau ditelinga Yoo Jin, sementara Yoo Jin hanya tersenyum lembut.

“Apa kau sangat mencintaiku ??”, goda Yoo Jin. Ji Hoo mengangguk mantap. 
“Kalau begitu katakan !!”, tantang Yoo Jin dengan berani. 
“Bukankah tadi sudah ku katakan !!”, protes Ji Hoo malu. 
“Katakan sekali lagi !!”, Yoo Jin memohon dengan manja seraya menunjukkan senyum polosnya.

“Aku tidak mau !!”, jawab Ji Hoo malu. 
“Kalau begitu aku akan kembali pada Jae Joong Sunbae”, goda Yoo Jin sambil melepaskan pelukan Ji Hoo dan berpura-pura melangkah pergi.

“Jae Joong ?? No way !!!”, batin Ji Hoo ketakutan saat melihat gadisnya perlahan melangkah menjauh. 
“KIM YOO JIN, SARANGHAE !!! JEONGMAL SARANGHAEYO !!!”, teriaknya lantang dan berkumandang di udara.

Yoo Jin menghentikan langkahnya dan perlahan berbalik. Gadis itu tersenyum manis kearah Ji Hoo dan spontan berlari ke dalam pelukan pemuda itu. 
“Akhir yang indah. Aku suka akhir yang indah”, ujar Yoo Jin dalam hati.

Untuk beberapa saat mereka hanya saling berpelukan dengan erat, hingga Ji Hoo merasakan tubuh Yoo Jin bergetar karena kedinginan.
"Kau kedinginan ??", tanya Ji Hoo peda kekasihnya. Yoo Jin mengangguk dalam pelukannya. "Ayo pulang.. Kita cari tempat yang lebih hangat untuk bicara", ajaknya lembut seraya melepaskan pelukannya dan memeluk pinggang kekasihnya sambil melangkah turun dari atap gedung rumah sakit.

Bersama, mereka berjalan diantara kerumunan orang yang bersukacita merayakan Natal di sepanjang jalan di kota Shanghai sampai akhirnya tiba di sebuah gereja kecil tak jauh disana. Sepasang kekasih itu melangkah masuk ke dalam gereja dan berdoa.

"Kau tau kenapa aku membawamu kemari ??", tanya Ji Hoo pada Yoo Jin.
"Karena sekarang hari Natal ??", tanya Yoo Jin lembut.
"Iya.. Karena sekarang Hari Natal, aku ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena telah mempertemukan kita berdua. Terima kasih karena telah membuat kita bersama, terima kasih karena cintaku tidak bertepuk sebelah tangan, terima kasih karena penantianku selama 7 tahun tidak sia-sia.. Kau tau Yoo Jin ?? Ini adalah Natal terindah seumur hidupku.. You are My Ultimate Present Christmas..", ujar Ji Hoo tulus, Yoo Jin terharu mendengarnya.

"Apa selama ini kau selalu merayakan Natal sendirian ??", tanya Yoo Jin ragu-ragu.
Ji Hoo mengangguk pelan. "Aku selalu merayakan Natal sendirian selama ini dan berharap suatu saat nanti aku bisa merayakan Natal denganmu.. Tidak kusangka hari ini akhirnya tiba juga. Rasanya sangat bahagia bisa merasakan Natal yang istimewa dengan seseorang yang istimewa di sampingku", jawab Ji Hoo seraya menatap Yoo Jin lembut.

"Mulai sekarang, kita akan merayakan Natal bersama.. Bukan hanya Natal, tapi juga Tahun Baru, Valentine, Halloween dan berbagai hari lainnya, setiap hari, selamanya.. Karena bila bersamamu, Everyday is Christmas. I Love You, Ji Hoo Oppa and I always do", ujar Yoo Jin seraya meletakkan tangannya di pipi Ji Hoo dan membelainya lembut.

Ji Hoo tersenyum lembut dan mencium Yoo Jin dengan hangat, mereka berciuman di dalam gereja selama beberapa saat.
"I Love you too, My Angel", ujarnya lagi. Lalu segera mengajak Yoo Jin berdiri dan menggandengnya ke suatu tempat.
"Oppa, kita mau kemana ??", tanya Yoo Jin bingung.

"Kau belum makan kan ?? Kita akan merayakan Natal sekaligus makan malam", jawab Ji Hoo lalu mengajak Yoo Jin ke salah satu restoran paling mewah dan romantis di kota Shanghai, tepatnya di Xin Dian Di Shanghai..

Di sana, Ji Hoo memesankan menu yang paling mahal untuk kekasihnya, berdua, mereka menikmati Malam Natal pertama mereka sebagai sepasang kekasih. Ada banyak pengunjung yang juga merayakan Natal bersama orang-orang terdekat mereka, semua orang di sana terlihat sangat gembira, lagu Natal terputar mengiringi makan malam romantis sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Ji Hoo mengajak Yoo Jin bersulang dan juga berdansa, semua orang disana bisa melihat bahwa mereka berdua saling mencintai.

Saat sedang berdansa, tiba-tiba Ji Hoo mengeluarkan sebuah kota kecil dari dalam saku celananya dan membuka isinya. Dengan malu-malu dia berkata "Aku sudah lama memesan cincin ini, saking lamanya, aku sampai tidak ingat lagi kapan tepatnya aku membuat cincin ini. AKu selalu berharap suatu saat nanti, aku bisa memasangkan cincin ini di jarimu. Awalnya aku berpikir, mungkin selamanya aku hanya akan menyimpan cincin ini. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa suatu hari nanti, kau akan membalas cintaku. Mencintaimu dengan diam-diam selama 7 tahun ini bagiku sudah cukup, asal aku melihatmu bahagia, aku rela walau orang yang ada disampingmu bukan aku tapi orang lain. Itu sebabnya saat kau katakan kau mencintaiku, jujur aku sangat sulit untuk percaya. Aku takut kalau ini hanya mimpi dan bila aku terbangun nanti, maka semuanya akan menghilang. Maafkan aku yang pengecut.. Maafkan aku yang telah meragukan cintamu, tapi sekarang aku tak ragu lagi. Dan aku berharap kau bisa menemaniku selama sisa hidupku", Ji Hoo terdiam sejenak sebelum melanjutkan kembali kalimatnya.

"KIM YOO JIN, WILL YOU MARRY ME ??", ucapnya mantap dengan sorot mata penuh damba, menatap wanita cantik di hadapannya.

"Aku tidak minta kau menjawabnya sekarang. Akupun tau ini tidak bisa di anggap sebagai lamaran. Aku belum mempersiapkan sesuatu yang romantis dan pantas untuk melamarmu. Tapi aku ingin kau beri aku sedikit waktu untuk mempersiapkan lamaran yang lebih pantas, dan bila saat itu tiba, aku ingin kau berkata iya. Untuk sementara, aku hanya ingin kau memikirkannya", lanjut Ji Hoo malu-malu.

Yoo Jin hanya memandangnya tanpa bicara, lalu sedetik kemudian dia melingkarkan tangannya di leher Ji Hoo dan menciumnya penuh hasrat, menciumnya di hadapan semua pengunjung restoran. Ji Hoo terkejut dengan keberanian gadis itu tapi kemudian mulai membalas ciumannya. Mereka baru berhenti setelah pengunjung restoran itu bertepuk tangan untuk mereka. Seolah baru tersadar, mereka berdua spontan memisahkan diri dengan malu-malu.

Ji Hoo masih menggenggam erat cincinnya. "Jadi ??", tanyanya lagi.
"Jadi apa ??", tanya Yoo Jin dengan wajah merona.
"Apa jawabanmu ??", tanya Ji Hoo lagi, dengan sinar mata penuh harap.

Yoo Jin menggeleng pelan seraya berjalan meninggalkan restoran. Ji Hoo tersentak dan spontan berlari mengejarnya. Setelah ciuman panas mereka, apakah sekarang Yoo Jin menolak lamarannya.

"Jawabanku adalah TIDAK !!!", jawab gadis itu tanpa ragu. Sejenak Ji Hoo terdiam membisu, berusaha mencerna semuanya.
"Kau tidak mau..", kalimat Ji Hoo mendadak terpotong dengan senyum nakal gadis itu.
"Benar. Aku tidak mau.. Aku tidak mau menolak lamaranmu", ujarnya dengan senyum menggoda. Ji Hoo tercengang. Sadar bahwa kekasihnya sedang menggodanya. Dia berjalan kearah gadis itu dengan gemas lalu menciumnya dengan penuh nafsu.

"Kau tau ?? ini adalah hukuman karena kau berani menggodaku", ujar Ji Hoo setelah ciuman mereka terhenti.
"Aku suka hukumanmu. Aku tidak keberatan kau berkali-kali menghukumku", jawab Yoo Jin nakal dan manja. Ji Hoo tersenyum lalu memeluknya hangat sekali lagi.
"Kau tau Oppa ?? Ini adalah Natal terindah dalam hidupku.. Dan cincin itu adalah hadia Natal terindah sepanjang hidupku", ujarnya malu-malu dipelukan Ji Hoo.

"MERRY CHRISTMAS, YOO JIN !! Kaulah hadiah terindah yang pernah dikirimkan Tuhan untukku. Terima kasih karena telah memilihku. Terima kasih karena telah membuat impianku menjadi kenyataan", ujar Ji Hoo lagi.

"MERRY CHRISTMAS too, Oppa !! Aku lah yang seharusnya berterima kasih. Terima kasih karena tidak pernah lelah mencintaiku. Kau, adalah anugerah terindah dalam hidupku", ujar gadis itu lirih. Malam ini adalah malam terindah dalam hidupnya. Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya dia bisa bersama orang yang dia cintai dan juga mencintainya.

"POLARIS, terima kasih sudah menerangi jalanku. Tuhan, terima kasih karena sudah hadirkan dia dalam hidupku", ujar Yoo Jin dalam hatinya, berterima kasih dengan segenap hatinya. Dan sepasang kekasih itupun kembali berciuman dengan hangat di bawah hujan salju yang turun semakin lebat di Kota Shanghai di iringi dengan lagu-lagu pujian Natal yang mengalun dengan sangat merdu dari dalam restoran.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads