Author
: Lee An TS501
Starring
:
Kim
Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Uee’s
After School as Kim Yoo Jin
Kim
Jae Joong as Himself (Yoo Jin Ex Boyfriend)
Kim
Kyu Jong as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)
Kim Hyun Joong as Kim Shi Lang (Ji Hoo & Jae Joong's Friend)
Yeyen
Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend) Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)
Jung Somin as Hong Mo Nae (The Girl Who Love Yoon Ji Hoo)
“WISHING
STAR 8 – SS501 &
Uee Fanfiction”
“CHAPTER 8 :
ONE MORE CHANCE”
Kim Yoo Jin POV :
Mataku
terbelalak lebar saat melihat namanya muncul dilayar
ponselku.Setelah hampir sebulan tak ada kabar darinya sekarang dia meneleponku. Aku sempat tidak mempercayai
penglihatanku. Apakah aku hanya berminpi ??
Baru sedetik tadi aku memikirkannya, dan sekarang namanya muncul dilayar
ponselku. Dengat sedikit gemetar dan jantung
berdebar kencang aku meraih ponselku dan menjawab panggilan itu.
“Kau
??”, ujarku begitu telepon diangkat, tidak sanggup menutupi keterkejutanku.
“Dasar
bodoh !! Yoo Jin, apa
yang kau lakukan ??”, seruku
memarahi diriku sendiri.
Terdengar
suara tawa kecil dari ujung telepon dan aku tahu dia tersenyum melihat
kekonyolanku.
“Ya. Ini aku, Yoo Jin-ah
!! Apa aku mengganggu tidurmu ??”, tanyanya lembut. Suara itu. Suara
yang sangat kurindukan. Suara
yang membuatku menangis dalam mimpi.
“Ji
Hoo Sunbae, apa benar ini kau ?? Aku sedang tidak bermimpi kan ??”, tanyaku pelan dan ragu.
“Ini
benar aku, gadis bodoh !! Apa kau tidak senang menerima telepon dariku ??”, candanya padaku. Kubayangkan dia sedang tersenyum
diujung sana.
“Tidak. Bukan begitu !! Hanya saja aku tidak
menyangka kau akan meneleponku”, jawabku
jujur, mendadak aku merasa sangat gugup.
“Apa
kau lebih berharap Jae Joong-lah yang meneleponmu ??”, tanyanya lagi, masih
dengan kalimat bercanda tapi aku mendengar rasa sedih dalam suaranya.
“Aku
merindukanmu, Ji Hoo Sunbae”, ujarku, tidak
ingin membawa Jae Joong dalam percakapan kami, aku
putuskan mengalihkan pembicaraan.
Terdiam
sesaat sebelum akhirnya dia menjawab pelan “aku juga”, ujarnya
lebih menyerupai bisikan. Mendadak
hatiku dipenuhi kebahagiaan.
“Dia
merindukanku..Dia merindukanku”, batinku
gembira seraya menarik napas dalam-dalam.
“Bagaimana
kabarmu disana ??”, lanjutnya
pelan.
“Baik”, jawabku berbohong.
”Benarkah ?? Seseorang mengatakan padaku kalau
kau..”, belum sempat dia selesai bicara aku
sudah terlebih dulu memotongnya.
“Dia
bohong”, jawabku spontan, walau aku tidak tahu apa yang ingin
dia katakan.
“Tapi
aku bahkan belum selesai bicara. Darimana
kau tahu kalau orang itu berbohong ??”, tanyanya bingung.
“Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja aku punya perasaan itu
bukan hal yang baik”, jawabku
ragu.Dia tertawa kecil.
“Kau
yakin kau baik-baik saja ?? Jika ada hal yang ingin kau
ceritakan padaku, aku akan
mendengarkannya”, bujuknya
lirih.
“Ji
Hoo Sunbae, jika seandainya ada satu kesempatan dimana kita bisa bertemu lagi, kau tidak akan menghindariku kan ??”, tanyaku ragu, dengan
hati yang berdebar kencang.
“Jika
seandainya suatu hari nanti kita bertemu lagi, kau
tidak akan pura-pura tidak mengenalku kan ??”, lanjutku, aku
tahu pertanyaanku terdengar aneh tapi aku benar-benar ingin menanyakan apa yang
ada dihatiku saat ini.
“Kenapa
kau bicara seperti itu, Yoo Jin ??”, tanyanya
bingung.
“Tidak apa-apa. Hanya saja mendadak aku takut, takut kau tidak akan mau bertemu
denganku lagi, takut kau akan berpura-pura tidak
mengenaliku saat kita bertemu lagi, takut
kau akan menghindariku, takut
kau akan membenciku. Aku begitu
bodoh, benarkan ??”, ujarku polos sambil tersenyum sedih
pada diriku sendiri.
“Gadis
bodoh !! Kenapa kau berpikir seperti itu ? Kita adalah teman kan ?? Teman selamanya”, jawabnya pelan dan datar. Hatiku sakit saat mendengar dia
menyebut kata “teman”.
“Hanya
teman ?? Bagimu
aku hanya seorang teman ?? Bagaimana jika
seandainya aku
tidak mau menjadi temanmu ?? Ji Hoo Sunbae, benarkah
kau tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaanku ??”, seruku hampir menangis.
Aku
tidak sanggup lagi menutupi perasaanku. Aku
jatuh cinta padanya. Entah sejak
kapan, tapi tanpa dia, aku merasa hidupku hancur berantakan.
“Yoo Jin-ah..”, ujarnya lirih diseberang sana.
“Saranghae..Saranghae..Saranghae”, jeritku spontan, sambil menangis pelan.
“Aku
pernah mengatakan ini sebelumnya dan aku tahu kalau kau sama sekali tidak
percaya. Tapi aku tidak peduli, aku tidak akan menyerah. Walau kau tidak ada disini, aku akan mengejarmu dimanapun kau
berada. Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, aku tidak akan menyerah. Jika aku ingin menyerah pasti sudah ku
lakukan sejak awal kan ??”, ujarku
bertekad.
“Yoo Jin..”, ujarnya lagi. Kutebak
dia pasti sangat terkejut sekarang.
“Apa
yang harus ku lakukan agar kau mau percaya padaku ?? Akan ku lakukan apapun Ji Hoo Oppa..Katakan
padaku !! Bagaimana caranya agar kau percaya perasaanku ??
Katakan aku harus bagaimana ??”, jeritku ditelepon dengan airmata mengalir
deras.
“Yoo Jin-ah,
kurasa sekarang kau sedang bingung”, jawabnya
lagi.
“TIDAK
!!! Aku tahu apa yang kurasakan. I
know I Love You. Tapi aku juga
tahu kalau kau tidak percaya padaku. Fine
!! Kalau begitu akan ku buktikan. Tidak
peduli kau ada dimana, aku pastikan aku akan mencari dan menemukanmu dan begitu
aku menemukanmu, aku tidak akan
pernah melepaskanmu lagi. Tidak
peduli walau Somin berlutut sekali lagi. Aku
tidak mau kehilangan cinta lagi. Cukup
sudah !! Aku sudah cukup ditinggalkan. Cukup
bagiku kehilangan orang-orang yang aku sayang”, seruku
dalam tangis.
“Mo Nae
berlutut padamu agar kau mau melepaskan aku ??
Benarkah itu ??”, tanyanya
tidak percaya.
“Benar. Dia berlutut dan memohon padaku agar
aku membiarkanmu pergi. Tapi
aku tidak ingin kau pergi, benar-benar
tidak ingin. Tanpamu, aku
lemah. Tanpamu, aku
kehilangan arah. Tanpamu, aku bagaikan sebatang pohon yang bisa
tumbang kapan saja. Tanpamu, aku seperti kapal yang kehilangan
nahkoda. Aku benar-benar tidak tahu harus
bagaimana. Apakah sekarang aku sudah terlambat ?? Tidak bisakah kau beri aku satu
kesempatan ?? Aku
hanya ingin satu kesempatan. Jika
kau sudah memberiku satu kesempatan itu tapi kau tetap tidak mencintaiku maka
aku akan melepaskanmu”, bisikku
memohon.
“Tapi
Jae Joong sudah kembali”, ujarnya
lirih.
“Tapi
aku tidak mencintainya lagi. Aku
mencintaimu, Ji Hoo Sunbae. Bukankah
cinta itu harus dikejar ?? Tidak peduli terpisah sejauh apa, cinta sejati tetap akan bertemu pada
akhirnya, benarkan ??”, bujukku lagi.
“Jae
Joong masih mencintaimu”, jawabnya
lagi.
“Kenapa
selalu Jae Joong ?? Tidak
bisakah kau pikirkan perasaanmu sendiri ?? Baik. Kita
serahkan semua pada takdir. Jika
takdir ingin kita bersama, kita
pasti bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Tapi
jika takdir ingin kita berpisah, bagaimanapun
aku berusaha mencarimu, aku
yakin pasti tidak bisa menemukanmu. Kau
tetaplah disana. Ditempat sekarang
kau berada, aku yang akan kesana mencarimu. Untuk membuktikan bahwa kita memang
ditakdirkan untuk bersama”, putusku,
dengan ragu-ragu.
“Kalau
begitu aku akan menunggumu disini, berharap
kau akan menemukanku. Satu
kesempatan. Jika takdir memberi kita satu
kesempatan dan kita bisa bertemu lagi, maka
aku tidak akan pernah lagi lari darimu”, janjinya
padaku.
“Kau
tunggulah aku. Aku pasti akan segera ke tempatmu”, jawabku mantap.
“Aku
akan menunggumu. Ada sesuatu
yang sangat ingin ku katakan padamu sejak dulu. Jika
kita bertemu lagi, aku akan
mengatakannya tepat di hadapanmu”, jawabnya
lagi.
“Walau
aku tahu apa yang akan kau katakan, tapi
aku ingin mendengarkannya langsung dari bibirmu. Baik. Tunggu aku disana. Berjanjilah kau tidak akan pergi
kemana-mana”, ujarku mantap dan percaya diri.
“Aku
menunggumu dan aku tidak akan pergi kemanapun hingga kau datang dan menemukan
aku”, janjinya padaku. Aku tersenyum lega dan perlahan ku
hapus airmata dipipiku.
“Kau
harus menepati janjimu ya. Tunggu
aku. Aku pasti akan datang”, seruku, kembali
bersemangat.
“Selamat
malam, Yoo Jin !! Kau harus tetap semangat hingga
kita bertemu lagi. Saat kita
bertemu lagi, aku tidak ingin melihat Yoo Jin
yang sedih”, godanya padaku dan aku pun tertawa
kecil.
“Tentu
Oppa..Selamat malam dan sampai jumpa lagi”, jawabku
senang.
“I
MISS YOU”, lanjutku lagi dengan malu-malu.
“Nado
bogoshippoyo”, jawabnya sebelum telepon ditutup.
Begitu
telepon ditutup, aku langsung
mengambil keputusan untuk memberi Ayah satu kesempatan yang dimintanya. Aku membutuhkan satu kesempatan, jadi aku juga akan memberikan Ayah
satu kesempatan.
“Annyeonghaseyo. Appa..”, ujarku canggung
ditelepon.
“Putriku.. Ayah senang mendengarmu memanggilku
Ayah. Rasanya sudah lama Ayah tidak mendengarmu
memanggil Ayah seperti itu”, jawabnya
gembira, dengan nada penuh sayang seorang Ayah.
Hatiku
mendadak dipenuhi kehangatan. Selama
ini aku memang merindukan sosok Ayah yang tidak pernah kumiliki sejak kecil. Sejauh yang ku ingat, Ayah selalu bersikap sangat dingin
padaku, tapi sejak kematian kakak dan sejak
dia mengetahui kebenaran test DNA itu, sikapnya
langsung berubah 360 derajat padaku. Tidak
ada lagi Ayah yang dingin, tidak
ada lagi Ayah yang galak, dia
memperlakukan aku sama seperti dia memperlakukan kakak selama ini. Bahkan dengan bangga dia
memperkenalkan aku sebagai Putri Kesayangannya.
“POLARIS,
terima kasih. Berkat kau, perlahan tapi pasti aku
merasa harapanku akan kembali muncul. Kakak
terima kasih. Aku tahu kau melihatku dari atas
sana”, batinku sambil tersenyum.
“Ayah, apa tawaran Ayah masih berlaku ??”, tanyaku ragu-ragu.
“Jadi
kau putuskan akan pulang bersama Ayah ke Shanghai ?? Benarkah
saying ??”, tanyanya
antusias.
“Iya. Bukankah Ayah meminta satu kesempatan
pada kami ?? Aku putuskan untuk memberi Ayah satu
kesempatan. Jujur, aku
memang menginginkan memiliki sebuah keluarga yang utuh, dengan
Ibu dan ayah ada disisiku. Walau
kakak sudah tidak ada lagi bersama kita, tapi
setidaknya aku masih memiliki kalian. Bisakah
keluarga kita kembali seperti dulu ??”, tanyaku ragu-ragu.
“Tentu
Yoo Jin sayang. Maafkan
Ayah yang telah bersikap buruk padamu selama ini. Ini
semua salah Ayah hingga kau tumbuh tanpa sosok seorang Ayah. Tapi mulai sekarang kita lupakan semua
itu dan kita mulai semuanya dari awal. Walau
Lee An tidak ada lagi bersama kita, tapi Ayah masih memilikimu kan ?? Kau satu-satunya harapan Ayah
sekarang. Pulanglah bersama Ayah dan kita mulai
semuanya dari awal”, ujarnya
bersemangat. Aku mengangguk pelan walau aku tahu
dia tidak bisa melihatnya.
“Kapan
kita berangkat Ayah ??”, tanyaku, mulai tidak sabar. Aku ingin secepatnya pergi ke Shanghai
agar bisa bertemu Ji Hoo disana.
“Kapan
pun kau mau, Putriku”, jawabnya
santai.
“Benarkah ???
Bagaimana jika 3 hari lagi ?? Apa Ayah
tidak keberatan ??”, tanyaku
lagi, berharap dia menyetujuinya, karena aku sangat ingin bertemu Ji Hoo.
“Kalau
kau dan Ibumu tidak ada masalah, Ayah juga tidak masalah sayang”, jawabnya lagi. Aku
hampir saja melompat kegirangan karena tidak
lama lagi bisa bertemu Ji Hoo.
“Terima
kasih, Ayah. Aku
sayang Ayah”, jawabku spontan dengan manja.
“Ayah
juga sayang padamu, Yoo Jin-ah”, jawabnya
haru dan kudengar suara tangis kecil diseberang sana.
“Ayah
menangis ??”, tanyaku
polos.
“Ayah
menangisi kebodohan Ayah yang telah menyia-nyiakanmu sejak kecil. Kau pasti masih membenci Ayah kan ??”, jawabnya dengan nada terluka.
"Tidak
!! Semuanya sudah berlalu. Bukankah
Ayah yang bilang kalau kita akan mulai dari awal ?? No one can go
back and make a new beginning, but anyone can start from now and make a happy
ending, right ??”, jawabku
tulus.
“Kau
memang anak yang baik, Yoo Jin-ah. Ibumu
berhasil mendidikmu menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Ayah salut padanya”, ujarnya terharu.
“Ibu
adalah Ibu yang terbaik didunia. Selamat Malam Ayah. Semoga
mimpi indah”, jawabku ceria. Dan
begitu telepon ditutup, akupun
mulai mengemasi barang-barangku, tidak sabar untuk segera sampai disana.
***********************
2 Hari kemudian..
Sudah
2 hari ini aku sibuk mengurus kepindahanku. Aku
memutuskan untuk ikut pulang bersama Ayah ke Shanghai, itu
berarti aku juga akan kuliah disana. Besok
adalah hari keberangkatanku, itulah sebabnya hari ini aku
mengajak teman-temanku makan siang bersama untuk
berpamitan.
“Jadi akhirnya kau putuskan untuk mengejar cintamu ??”, tanya Kyu Jong
padaku dan aku mengangguk mantap.
“Aku
tahu ini akan terjadi. Suatu
hari kau pasti ikut Ayahmu pergi. Bagaimanapun
juga dia adalah Ayahmu kan ?? Walau selama ini dia sudah bersikap
buruk padamu dan Ibumu, tapi
itu hanya kesalahpahaman di masa lalu. Kau
berhak untuk bahagia, Yoo Jin. Aku
tahu sejak kecil kau merindukan sosok seorang Ayah, benarkan ?? Sekarang saatnya memulai semuanya dari
awal. Hidup yang baru sudah menantimu. Jadi kau harus pergi dan hiduplah
dengan bahagia bersama keluarga yang utuh yang
selama ini kau impikan. Selamat
kawan. Akhirnya kau memiliki Ayah lagi”, ujarnya tulus.
“Aku akan kehilangan sahabat terbaikku.. Tapi aku berharap kau akan
bahagia, dan aku yakin satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia HANYALAH YOON
JI HOO seorang.. Kim Yoo Jin, kali ini apapun yang terjadi jangan lepaskan dia,
kau mengerti ??”, Yeon Hee terlihat tidak rela, tapi dia tetap memberiku
semangat.
Aku tersenyum dan memeluknya erat. Kim Yeon Hee adalah sahabat terbaik yang
ku miliki di dunia. Tanpa Yeon Hee mungkin aku sudah menyerah sejak awal.
Dialah yang selalu memberiku semangat untuk mengejar cintaku pada Ji Hoo.
“Yeon Hee-ah, Maafkan aku”,ujarku sambil memeluknya lembut.
“Dan Gomawo !! Kau sahabat terbaik yang ku miliki di dunia. Berjanjilah
padaku, kau juga akan hidup dengan bahagia”, bisikku lagi saat aku memeluknya.
Kurasakan setetes air jatuh di bahuku, aku tau dia menangis.
“Aku akan kesepian tanpamu, teman. Kau harus bahagia ya. Walau aku sedih karena kita harus berjauhan, tapi persahabatan kita akan abadi
selamanya kan ?? Bukankah jaman sudah canggih
sekarang ?? Kita bisa mengirim email, whats app, line,
kakao, instagram dan apapun lah namanya. Jarak bukan masalah Yoo Jin, selama hati kita tetap bersama”, jawabnya
tulus. Aku membelai rambutnya sayang.
“Tentu !! Kau juga harus bahagia”, jawabku berterima kasih, lalu aku
melepaskan pelukanku dan berpaling pada Shi Lang.
“Shi Lang Sunbae, boleh aku minta 1 hal padamu ?? Anggap saja ini
permintaan terakhirku sebelum aku pindah dari sini”, ujarku pada Shi Lang yang
langsung menatapku dengan bingung.
“Kau mau minta aku lakukan apa, Yoo Jin ??”, tanyanya bingung. Aku
tersenyum penuh arti seraya melirik Yeon Hee.
“Tolong jaga sahabat terbaikku, Kim Yeon Hee.. Aku tau hanya kau yang bisa
lakukan itu. Buat dia bahagia ya”, ujarku sambil tersenyum penuh arti. Kulihat
mereka berdua salah tingkah. Kyu Jong dan Hyung Jun yang juga ada disana juga
ikut tertawa melihatnya.
“Kenapa harus aku ?? Kan masih ada yang lain ??”, protes Shi Lang salah
tingkah.
“I..Iya, aku kan bisa jaga diriku sendiri Yoo Jin. Kenapa minta dia
menjagaku ?? Kau ini sungguh lucu”, Yeon Hee ikut memprotes dengan wajah
bersemu merah.
“Hahaha.. Sudahlah !! Akui saja kalau kalian saling menyukai. Yeon Hee, kami
melihat kalian berciuman mesra di Bandara. Dan bukan hanya kami tapi juga
seluruh penumpang yang ada disana”, cerocos Hyung Jun, membuat keduanya semakin
salah tingkah.
“Shi Lang Hyung, tidak perlu jual mahal lagi dan sok gengsi seperti itu.
Raih dia selama dia masih ada di dekatmu, kau tidak ingin seperti Jae Joong
Hyung kan ?? Jika sekarang kau menyia-nyiakan wanita yang kau cintai, jangan
salahkan dia jika suatu hari nanti wanita itu jatuh cinta pada pria lain”, goda
Kyu Jong pada Shi Lang. Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya.
“APA ?? Si..siapa yang suka padanya ??”, Shi Lang masih menyangkal.
“Begitu ?? Jadi kau tidak suka Yeon Hee ?? benarkah ?? Baiklah !! Kalau begitu, kau tidak marah kan
jika aku mengajaknya pacaran ?”, tanya Kyu Jong, mendadak dia berubah menjadi
sangat serius.
“Sun..Sunbae..Kau tidak serius kan ??”, tanya Yeon Hee shock.
“Aku serius !! Aku suka padamu. Maukah kau jadi pacarku, Yeon Hee ??”,
tanyanya lembut sambil menarik wajah Yeon Hee dan mencium pipinya lembut. Aku
dan Hyung Jun hanya terpaku melihatnya.
“YAAAA !!! Siapa yang mengizinkanmu menciumnya ??”, Shi Lang spontan
berdiri dan menarik Yeon Hee menjauh dari Kyu Jong dengan marah-marah.
“Kenapa ?? Bukankah tadi kau bilang kau tidak suka padanya ?? Kalau kau
tidak suka, kenapa kau harus marah melihat aku menciumnya ??”, tantang Kyu Jong
dengan santai.
“CUKUP !! Tolong jangan permainkan perasaanku lagi. Aku bukan boneka”,
jawab Yeon Hee kesal. Lalu langsung mengambil tasnya dan berlari keluar.
“Yoo Jin-ah, lain kali kau harus undang aku ke Shanghai. Sampai jumpa
Teman. Semoga kau bahagia !!”, ujar Yeon Hee padaku sebelum benar-benar berlari
keluar, meninggalkan aku yang hanya bisa bengong.
“Yeon Hee-ah, tunggu !!”, Seru Shi Lang seraya berlari mengejar Yeon Hee
yang terlihat seperti ingin menangis. Sementara aku dan Hyung Jun hanya bengong
melihat mereka.
“Maaf, kau harus melihat ini sebelum kau pergi. Kau pasti jadi tidak tenang
kan melihat sahabatmu seperti itu ?? Jangan khawatir. Shi Lang akan menjaganya
Yoo Jin. Mereka harus dipanasi dulu baru mau mengaku. Benar-benar kekanakan”,
ujar Kyu Jong santai.
“Jadi itu hanya pura-pura Hyung ?? Kau sengaja seperti itu agar Shi Lang
mengakui perasaannya pada Yeon Hee ??”, tanya Hyung Jun bingung.
“Tentu saja. Kau tau sendiri kalau Shi Lang itu tidak peka”, jawab Kyu Jong
santai.
“Astaga !! Aiiissshh Jinja.. Kau buat kami berdua bingung setengah hidup”,
ujar Hyung Jun Kesal. Aku hanya tertawa saja melihat mereka.
“Yoo Jin-ah, jika kau sudah bertemu Ji Hoo Hyung, sampaikan salamku padanya
ya”, ujar Kyu Jong padaku.
“Tentu. Pasti akan ku sampaikan”, jawabku sambil tersenyum.
“Aku juga. Sampaikan salamku padanya. Aku berharap saat kami ke Shanghai,
itu adalah saat kalian berdua menikah atau setidaknya bertunangan. Semoga
kalian bahagia. Tapi apa Jae Joong Hyung sudah tau ??”, tanya Hyung Jun lagi.
Mendengar nama Jae Joong, aku mendadak jadi tidak enak.
“Aku akan memberitaunya malam ini”, jawabku singkat.
“Cinta segitiga yang rumit. Aku bahagia karena akhirnya cinta terpendam Ji
Hoo Hyung akhirnya terbalas, tapi di satu sisi aku juga kasihan pada Jae Joong
Hyung. Kecelakaan itu bukan keinginan siapapun”, ujar Hyung Jun lagi. Tiba-tiba
saja aku merasa bersalah, bersalah karena telah membuat banyak orang menderita.
Tapi bagaimanapun juga, keputusan harus dibuat, benarkan ?? Dan cepat atau lambat
aku harus memilih salah satunya.
“Yoo Jin-ah, aku mendukungmu dengan siapapun selama kau bahagia. Semangat
ya !! Beberapa bulan ini kau banyak meneteskan airmata. Kau juga berhak untuk
bahagia”, ujar Kyu Jong tulus sambil tersenyum ramah.
“Terima kasih. Kalian juga. Bahagialah.. Carilah kekasih dan hiduplah
dengan bahagia”, ujarku tulus.
“POLARIS,
aku akan mulai mengejar kebahagiaanku, kau
akan memberiku petunjuk kan ??”, batinku
sambil tersenyum pada mereka.
Setelah
cukup lama kami berbincang-bincang dan setelah mengucapkan salam perpisahan,
aku pun berlalu dari restoran itu dan pergi menemui seseorang
yang dulu pernah berarti dalam hidupku.
Han River, Kim
Yoo Jin..
Aku
berjalan masuk kedalam restoran di tepi Sungai Han, tempat dulu dia memberikan
cincin ini. Dalam hati aku berkali-kali meminta
maaf karena aku tahu aku pasti akan menyakitinya.
Kulirik
jam tanganku, masih sekitar 30 menit lagi dari waktu yang dijanjikan, kupikir aku yang datang lebih dulu
tapi ternyata dia sudah menungguku disana. Dia
tersenyum senang saat melihatku datang. Hatiku
mendadak terasa berat.
Aku
duduk dikursi yang ada dihadapannya seraya mencari kalimat yang tepat agar
tidak menyakiti hatinya.
“Yoo Jin,
kau ingin minum apa ??”, tanyanya
santai, tanpa curiga sedikitpun.
“Cappucino
Ice”, jawabku singkat. Lalu kulihat dia mulai memanggil
pelayan. Kulihat dia memesan dengan tersenyum
ramah, Jae Joong pasti sedang gembira.
“kau
tahu Yoo Jin, aku sama sekali tidak menyangka kau
akan meneleponku dan mengajakku bertemu. Kau
tahu aku sangat bahagia”, jawabnya
sambil tersenyum senang. Mendadak
aku bingung dan merasa bersalah. Aku
sungguh tidak tega melukai hatinya. Tapi
bagaimanapun juga ini harus dikatakan.Lebih cepat lebih baik agar dia tidak
terluka.
“Jae
Joong Sunbae, maaf aku harus memintamu repot-repot datang kemari”, ujarku mulai bicara dengan ragu.
“Sunbae ?? Sejak kapan kau memanggilku Sunbae ??”, tanyanya bingung.
Aku
memutuskan untuk menghiraukan pertanyaan itu dan focus pada misiku.
“Aku
memintamu datang kemari karena ingin mengembalikan cincin ini”, ujarku lalu menyodorkan sebuah kotak
kecil berwarna merah berisi sebuah cincin.
Dia
menatapku dengan terkejut, mendadak
senyum diwajahnya mulai menghilang.
”Apa
kau tidak bisa memaafkan aku yang pernah meninggalkanmu ??”, tanyanya dengan ekspresi sedih dan
terluka.
“Tidak
ada yang perlu dimaafkan lagi. Hanya
saja, aku memang merasa semua ini sudah
berakhir. Aku sudah katakan sejak awal, aku tidak bisa. Maafkan aku, Sunbae”, jawabku
pelan, tidak ingin melukainya.
“Apa
ini karena Ji Hoo ?? Kau jatuh cinta padanya kan ??
Dia berhasil merebutmu saat aku tidak ada disisimu, benarkan ??”, tanyanya sinis, dengan ekspresi sedih, kecewa dan menyesal bercampur jadi
satu.
“Maafkan
aku. Tapi karena dia atau bukan, bagiku
semua ini sudah berakhir”, jawabku
lirih. Walau hatiku juga sakit melihatnya
terluka seperti ini. Bagaimanapun
juga, Jae Joong pernah menempati posisi yang sangat penting dihatiku.
“Tapi
bukankah kau pernah bilang kau akan memberiku satu kesempatan ??”, sekarang suara dan ekspresinya berubah
menjadi sebuah permohonan. Kulihat
rasa sakit dimatanya. Tapi
aku seratus kali lebih sakit darinya
saat dia melupakan aku, mencampakkan
aku dan lebih memilih kakak daripada aku.
“Aku
hanya berjanji akan mempertimbangkannya”, jawabku
datar dan tanpa ekspresi.
“Kau
juga pernah bilang kau akan menungguku, selamanya
menungguku”, lanjutnya lagi.
“Apa
kau juga ingat ?? Waktu
itu kau juga bilang kalau masa lalu sudah tidak penting lagi bagimu. Waktu itu, walau kata-katamu sangat melukaiku
tapi aku berusaha keras menerima keputusanmu. Jadi
aku mohon, sekarang terimalah keputusanku. Jika dulu aku bisa lakukan itu, aku minta sekarang kau juga bisa
lakukan itu”, jawabku datar.
“Bagaimana
caramu melupakan aku ?? Dengan
membakar semua barang pemberianku ??”, tanyanya mendadak sinis.
“Harus
kuakui, aku memang sudah melakukan itu”, jawabku jujur.
"MWO ??”, matanya melebar karena terkejut. Mungkin dia sama sekali tidak
menyangka, aku tega lakukan itu.
“Apa
kau pikir dengan membakar semua barang pemberianku, kau
bisa melupakan semua kenangan kita ?? Kau salah Nona Besar !! Tidak ada
seorang pun yang bisa mengambil sebuah kenangan !!”, ujarnya padaku, berat dan dalam. Aku tahu aku melukainya, tapi aku tidak punya pilihan. Aku sudah tidak mencintainya lagi. Cintaku sudah mati.
“Kumohon
Jae Joong Sunbae !! Sudahlah !! Jangan memaksaku !! Kalau kau mencintaiku, tolong biarkan aku bahagia. Bukankah dulu aku juga membiarkanmu
bahagia dengan kakak ?? Begitulah
seharusnya mencintai, benarkan ??”, pintaku lembut. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Benar-benar tidak ingin.
Kulihat
dia termenung sesaat, kemudian
menatapku dengan pandangan mata memelas.
“Apa
kau benar-benar tidak ingin bersamaku lagi Yoo Jin-ah ??”, tanyanya lembut dan penuh harap.
“Maafkan
aku”, jawabku pelan. Aku
merasa airmataku mulai mengalir. Melihat
kesedihan dimatanya. Membayangkan
bagaimana sakitnya dia, tanpa
sadar membuatku meneteskan airmata.
“Kau
bilang, tidak ada seorang pun yang bisa
mengambil sebuah kenangan kan ?? Aku
sungguh berharap aku hanya punya satu kenangan. Tapi
aku punya dua dan aku harus memilih salah satunya kan ?? Aku benar-benar tidak bisa melupakan
kenanganku dengannya. Percayalah
!! Aku sudah mencoba. Saat
dia pergi, semakin aku sadari aku tidak bisa
menghapus semua kenangan itu. Benar-benar
tidak bisa !! Aku sudah berusaha !! Aku sudah berusaha !!”, ujarku ditengah-tengah tangisanku. Memang itulah yang kurasakan, aku tidak bisa berbohong lagi.
“Saat kau tidak ada, dengan setia dia menemaniku. Sedikit demi sedikit,
dia mulai mengambil hatiku. Saat aku tersesat, saat aku tidak tahu
kemana harus melangkah, dia datang dan membukakan jalan. Saat aku berjalan dalam
kegelapan, dia datang dan membawakan seberkas cahaya lilin dan menemaniku
mencari cahaya terang. Saat aku aku bersedih dan ingin menangis, dia membuka
tangannya dan membiarkan aku menangis di pundaknya. Saat aku jatuh, dialah yang
membuatku bangkit. Apa
aku harus melupakan semua itu ?? Katakan
padaku bagaimana caranya ?? Bagaimana caranya ??”,
ujarku sambil menangis lirih. Aku
berusaha mengontrol suaraku tapi tidak berhasil.
“ Walau
ada jutaan bintang di langit, tapi hanya ada satu bintang yang mampu menerangi
langkahku. DIA.. POLARISKU !!! Dia Bintang Harapanku !!! Dia yang selalu
menyinari langkahku.. Dia.. Pilihanku !!! Aku mencintainya, bukan kau !!! Mianhe
Oppa”, ujarku sambil menangis pelan.
“Jadi
aku sudah kalah, benarkan ??”, tanyanya
pahit.
“Katakan kau mencintaiku.. Bisikkan kalimat itu di telingaku. Tolong
kembalilah padaku. Akan kulakukan apapun agar kau bisa memaafkan aku. Yoo Jin..
Kembalilah !! Aku mencintaimu.. Lebih dari Ji Hoo. Tidak bisakah kau kembali
padaku seperti dulu ?? Maafkan aku yang pernah meninggalkanmu. Tapi tidak
bisakah kau memaafkan aku ??”, pintanya memohon padaku.
“Sunbae.. Tolong jangan seperti ini”, ujarku padanya.
“Maafkan
aku, Yoo Jin-ah !! Akulah yang lebih dulu
meninggalkanmu. Ini semua
bukan salahmu”, jawabnya
dengan setetes air jatuh dimatanya, tapi
dengan cepat dia menghapusnya.
“Maaf. Aku tidak ingin melukaimu. Benar-benar
tidak ingin. Selamat tinggal, Jae Joong Sunbae”, seruku seraya bangkit berdiri dan
berlari meninggalkannya.
Kim Jae Joong POV :
“Jadi seperti ini rasanya di
tinggalkan ?? Andai saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, aku tidak mungkin
kehilanganmu seperti ini, Yoo Jin. Benarkah kisah kita telah berakhir ?? Siapa
yang harus ku salahkan ??”, aku menegak sekali habis alkohol di hadapanku.
“Kau memang tidak berguna, Kim Jae
Joong !! Kau bahkan tidak bisa merebut kembali kekasihmu. Kau sungguh
menyedihkan. Pantas saja Kim Yoo Jin meninggalkanmu. Kalau aku jadi kau, aku
akan berjuang sampai akhir”, seru seorang wanita, dingin dan menusukku bagai
belati. Aku mengangkat kepalaku perlahan dan kulihat Hong Mo Nae disana,
berdiri dengan marah dan kesal.
“Apa yang kau lakukan disini ??”,
tanyaku dingin.
“Kupikir kau bisa menghalanginya,
ternyata aku salah. Kau memang laki-laki tidak berguna”, ujarnya dingin dan
menyebalkan.
“Lalu apa maumu ?? Kau pasti kecewa
karena Yoo Jin berniat merebut kembali Ji Hoo kan ??”, tanyaku dengan nada
menyindir.
“Jika kau tidak bisa memisahkan
mereka, maka aku sendiri yang akan melakukannya”, ujarnya mantap.
Kutatap dia dengan sinis. “Jika kau
berani menyakiti Yoo Jin seujung rambut saja, aku akan buat perhitungan
denganmu”, ancamku padanya. Tapi bukannya takut dia hanya tersenyum mencibir.
“Kau pikir aku takut dengan ancamanmu
?? Sungguh lucu. Seorang pria yang bahkan tidak bisa mempertahankan kekasihnya,
memang apa yang bisa dia lakukan ?? Setidaknya aku akan berusaha. Ji Hoo di
Shanghai kan ?? Sebelum Yoo Jin menemukannya, aku yang akan lebih dulu
menemukannya, dan bila aku yang lebih dulu menemukannya, aku tidak akan biarkan
Yoo Jin merampasnya”, ujarnya angkuh dan dingin.
“Walau kau menemukannya, kurasa Ji Hoo
tidak akan pernah mau menerimamu”, ujarku tak kalah dingin. Dia menatapku
dengan mata sedingin es.
“Aku tidak peduli. Akan ku buat dia
menerimaku bagaimanapun caranya”, jawabnya yakin.
“Itu bukan cinta. Itu obsesi. Karena
jika kau sungguh mencintainya, kau pasti lebih memikirkan kebahagiaannya, bukan
memikirkan bagaimana kau bisa memilikinya. Cintamu sangat mengerikan. Aku
kasihan pada Ji Hoo, karena cintamu hanya akan membuatnya menderita”, cibirku
sinis pada gadis angkuh di depanku.
“Menderita atau tidak, bukan kau yang
putuskan”, jawabnya lalu berlalu pergi dengan angkuh.
“Hong Mo Nae, aku tidak akan
membiarkanmu menyakiti Yoo Jin”, sumpahku dalam hati, sambil menatap
punggungnya perlahan menjauh keluar dari restoran ini.
Kim Yoo Jin POV :
Dalam
perjalanan pulang aku melewati taman itu, tempat dimana Ji Hoo memberiku sebuah
kalung Polaris. Aku berdiri
terpaku sambil mengingat kenanganku dengannya. Perlahan
aku menggenggam kalung Polaris dan berjanji dalam hati.
“Ji
Hoo Oppa, tidak peduli kau ada dimana, aku
pastikan aku akan mencari dan menemukanmu. Jadi tunggulah aku. Seterang
Polaris yang bersinar menyinari Langit Utara, sekuat itulah
keinginanku untuk bertemu denganmu”, ujarku dalam hati seraya menatap ke
langit yang bertabur bintang.
****************************
Kim Mansion At SHANGHAI...
“Yoo Jin
sayang, bangunlah !!”, perlahan
aku mendengar suara Ibuku memanggil. Dengan
berat ku buka mataku dan kulihat Ibu sedang berada didepan jendela kamarku dan
membuka kordennya.
Aku
mengerjap-ngerjapkan mataku mencoba beradaptasi dengan cahaya yang perlahan
menyinari seisi kamarku.
“Apa
aku sedang bermimpi ?? Tempat
apa ini ?? Aku
ada dimana ??”, gumamku
bingung. Kulihat Ibu perlahan mendekatiku dan
duduk di sampingku seraya membelai lembut rambutku.
“Ini
dulu kamar Kakakmu, sayang. Mulai hari ini, kamar ini akan jadi
kamarmu”, jawabnya lembut sambil tersenyum. Perlahan aku terbangun dan bersandar
pada sandaran ranjang dibelakangku.
“Maksud
Ibu apa ??’, tanyaku
masih tidak mengerti.
“Welcome
to Shanghai”, ujarnya lagi.
“Jadi
kita ada di Shanghai ?? Ini
rumah Ayah ??’, tanyaku
ragu-ragu seraya memandang kagum kamar kakak yang indah dan besar juga sangat
mewah.
“kamar
kakak sangat indah. Bagaikan kamar
seorang Putri Raja”, pujiku kagum.
“Kenapa
aku tidak ingat kita tiba disini ??’, tanyaku bingung tapi Ibu hanya tertawa
lembut.
“Kau
tertidur sepanjang perjalanan. Ayahmu
yang menggendongmu sejak di bandara hingga pulang ke rumah semalam”, jawab Ibu sambil menjitak kepalaku
lembut.
“Dasar
anak nakal !!”, ujarnya lagi.
“Ouchh..
Sakit”, ujarku manja seraya berpura-pura
sakit.
“Sekarang
bangun dan berdandanlah yang cantik. Ayahmu
akan mengajakmu ke Rumah Sakit dan memperkenalkanmu pada semua orang. Ayahmu sudah menunggumu di meja makan”, perintah Ibuku lembut seraya menarikku
berdiri dari ranjang dan mendorongku lembut ke kamar mandi.
“Baik, Yang Mulia”, godaku
sambil tersenyum manja lalu masuk ke kamar mandi dan berdandan. Dalam hati aku
bahagia, mimpiku untuk memiliki keluarga yang
utuh dan hangat perlahan mulai terwujud.
“Tuhan, aku tahu Kau pasti akan menjadikan
segala sesuatu indah pada waktunya”, ujarku
dalam hati sambil tersenyum bahagia.
Shanghai United Family Hospital..
Beberapa
orang Dokter Muda yang sedang kerja Praktek di Rumah Sakit itu sedang sibuk membicarakan
Putri pemilik Rumah Sakit yang baru saja diperkenalkan tadi pagi.
“Hei, apa kau sudah bertemu dengan Putri Pemilik
Rumah Sakit ini ?? Dia
sangat cantik sekali. Sayang
sekali kau datang terlambat tadi”, ujar
salah seorang Dokter muda pada temannya.
“Putri
Pemilik Rumah Sakit ?? Bukankah dulu kau pernah bilang bahwa
Direktur Rumah Sakit ini hanya punya seorang Putri yang sekarang sudah
meninggal ??”, Tanya
temannya bingung.
“Well, dari gossip yang kudengar, Pemilik Rumah Sakit ini bercerai dengan
istrinya dan si bungsu ikut bersama ibunya. Tapi
karena Nona Besar sudah meninggal dan Direktur tidak memiliki anak lain, itulah
sebabnya dia membawa si Bungsu dan Ibunya kembali”, jawab
Dokter Muda itu.
“Oh”, jawab temannya singkat.
“Dia
sudah punya pacar belum ya ??”, ujar Dokter Muda itu sambil tersenyum
aneh.
“Kita
disini untuk praktek Kerja Lapangan. Seriuslah
jika kau ingin diluluskan”, jawab
temannya sambil tersenyum geli.
“YAAA
!! Yoon Ji Hoo, kita sebagai pria pasti
menyukai wanita kan ??”, elak dokter muda itu.
“Dasar
playboy !!”, ujar temannya yang tidak lain adalah Yoon
Ji Hoo. Kemudian berjalan meninggalkan
temannya dan berniat memeriksa keadaan pasien yang lain. Tapi saat dia sedang berdiri di depan
jendela dan memandang ke bawah, kearah
taman, dia melihat seorang gadis yang sedang
berdiri disamping seorang pria setengah baya.
“Kim Yoo Jin
!!”, ujar Ji Hoo pada dirinya sendiri
dengan terkejut.
Secepat
kilat dia berlari menuruni tangga menuju arah gadis itu. Tapi begitu kecewanya dia saat
ternyata gadis itu menghilang begitu dia sampai disana.
“Aku
yakin itu Yoo Jin. Tapi
dimana dia ??”, ujarnya
kecewa seraya mengedarkan pandangannya kesekeliling taman Rumah Sakit.
“Kita serahkan semua pada takdir. Jika takdir ingin kita
bersama, kita pasti bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Tapi
jika takdir ingin kita berpisah, bagaimanapun aku
berusaha mencarimu, aku yakin pasti tidak bisa menemukanmu. Kau
tetaplah disana. Ditempat sekarang kau berada, aku yang akan kesana
mencarimu. Untuk membuktikan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama”, kenangnya pada ucapan Yoo Jin
ditelepon malam itu.
“Aku
disini dan aku menunggumu. Yoo Jin, cepatlah datang. Aku merindukanmu”, ujarnya dalam hati, seraya tetap memandang ke sekeliling tempat
itu, berharap menemukan sosok yang dirindukannya.
To Be
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar