Minggu, 01 Desember 2013

Wishing Star 8 - SS501 & Uee Fanfiction



Author : Lee An TS501

Starring : 
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo 
Uee’s After School as Kim Yoo Jin 
Kim Jae Joong as Himself (Yoo Jin Ex Boyfriend) 
Kim Kyu Jong as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Kim Hyun Joong as Kim Shi Lang (Ji Hoo & Jae Joong's Friend)
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend)   
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)  
Jung Somin as Hong Mo Nae (The Girl Who Love Yoon Ji Hoo)



“WISHING STAR 8 – SS501 & Uee Fanfiction”





“CHAPTER 8  : ONE MORE CHANCE


Kim Yoo Jin POV : 
        Mataku terbelalak lebar saat melihat namanya muncul dilayar ponselku.Setelah hampir sebulan tak ada kabar darinya sekarang dia meneleponku. Aku sempat tidak mempercayai penglihatanku. Apakah aku hanya berminpi ?? Baru sedetik tadi aku memikirkannya, dan sekarang namanya muncul dilayar ponselku. Dengat sedikit gemetar dan jantung berdebar kencang aku meraih ponselku dan menjawab panggilan itu.

“Kau ??”, ujarku begitu telepon diangkat, tidak sanggup menutupi keterkejutanku. 
“Dasar bodoh !! Yoo Jin, apa yang kau lakukan ??”, seruku memarahi diriku sendiri.

Terdengar suara tawa kecil dari ujung telepon dan aku tahu dia tersenyum melihat kekonyolanku. 
“Ya. Ini aku, Yoo Jin-ah !! Apa aku mengganggu tidurmu ??”, tanyanya lembut. Suara itu. Suara yang sangat kurindukan. Suara yang membuatku menangis dalam mimpi. 
“Ji Hoo Sunbae, apa benar ini kau ?? Aku sedang tidak bermimpi kan ??”, tanyaku pelan dan ragu.

“Ini benar aku, gadis bodoh !! Apa kau tidak senang menerima telepon dariku ??”, candanya padaku. Kubayangkan dia sedang tersenyum diujung sana. 
“Tidak. Bukan begitu !! Hanya saja aku tidak menyangka kau akan meneleponku”, jawabku jujur, mendadak aku merasa sangat gugup.

“Apa kau lebih berharap Jae Joong-lah yang meneleponmu ??”, tanyanya lagi, masih dengan kalimat bercanda tapi aku mendengar rasa sedih dalam suaranya. 
“Aku merindukanmu, Ji Hoo Sunbae”, ujarku, tidak ingin membawa Jae Joong dalam percakapan kami, aku putuskan mengalihkan pembicaraan.

Terdiam sesaat sebelum akhirnya dia menjawab pelan “aku juga”, ujarnya lebih menyerupai bisikan. Mendadak hatiku dipenuhi kebahagiaan. 
“Dia merindukanku..Dia merindukanku”, batinku gembira seraya menarik napas dalam-dalam.

“Bagaimana kabarmu disana ??”, lanjutnya pelan. 
“Baik”, jawabku berbohong.  
”Benarkah ?? Seseorang mengatakan padaku kalau kau..”, belum sempat dia selesai bicara aku sudah terlebih dulu memotongnya. 

“Dia bohong”, jawabku spontan, walau aku tidak tahu apa yang ingin dia katakan. 
“Tapi aku bahkan belum selesai bicara. Darimana kau tahu kalau orang itu berbohong ??”, tanyanya bingung.
“Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja aku punya perasaan itu bukan hal yang baik”, jawabku ragu.Dia tertawa kecil. 

“Kau yakin kau baik-baik saja ?? Jika ada hal yang ingin kau ceritakan padaku, aku akan mendengarkannya”, bujuknya lirih. 
“Ji Hoo Sunbae, jika seandainya ada satu kesempatan dimana kita bisa bertemu lagi, kau tidak akan menghindariku kan ??”, tanyaku ragu, dengan hati yang berdebar kencang.

“Jika seandainya suatu hari nanti kita bertemu lagi, kau tidak akan pura-pura tidak mengenalku kan ??”, lanjutku, aku tahu pertanyaanku terdengar aneh tapi aku benar-benar ingin menanyakan apa yang ada dihatiku saat ini.

“Kenapa kau bicara seperti itu, Yoo Jin ??”, tanyanya bingung. 
“Tidak apa-apa. Hanya saja mendadak aku takut, takut kau tidak akan mau bertemu denganku lagi, takut kau akan berpura-pura tidak mengenaliku saat kita bertemu lagi, takut kau akan menghindariku, takut kau akan membenciku. Aku begitu bodoh, benarkan ??”, ujarku polos sambil tersenyum sedih pada diriku sendiri.

“Gadis bodoh !! Kenapa kau berpikir seperti itu ? Kita adalah teman kan ?? Teman selamanya”, jawabnya pelan dan datar. Hatiku sakit saat mendengar dia menyebut kata “teman”.

“Hanya teman ?? Bagimu aku hanya seorang teman ?? Bagaimana jika seandainya aku tidak mau menjadi temanmu ?? Ji Hoo Sunbae, benarkah kau tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaanku ??”, seruku hampir menangis.

Aku tidak sanggup lagi menutupi perasaanku. Aku jatuh cinta padanya. Entah sejak kapan, tapi tanpa dia, aku merasa hidupku hancur berantakan. 
“Yoo Jin-ah..”, ujarnya lirih diseberang sana.
“Saranghae..Saranghae..Saranghae”, jeritku spontan, sambil menangis pelan.
  
“Aku pernah mengatakan ini sebelumnya dan aku tahu kalau kau sama sekali tidak percaya. Tapi aku tidak peduli, aku tidak akan menyerah. Walau kau tidak ada disini, aku akan mengejarmu dimanapun kau berada. Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, aku tidak akan menyerah. Jika aku ingin menyerah pasti sudah ku lakukan sejak awal kan ??”, ujarku bertekad.

“Yoo Jin..”, ujarnya lagi. Kutebak dia pasti sangat terkejut sekarang.  
“Apa yang harus ku lakukan agar kau mau percaya padaku ?? Akan ku lakukan apapun Ji Hoo Oppa..Katakan padaku !! Bagaimana caranya agar kau percaya perasaanku ?? Katakan aku harus bagaimana ??”, jeritku ditelepon dengan airmata mengalir deras. 

“Yoo Jin-ah, kurasa sekarang kau sedang bingung”, jawabnya lagi. 
“TIDAK !!! Aku tahu apa yang kurasakan. I know I Love You. Tapi aku juga tahu kalau kau tidak percaya padaku. Fine !! Kalau begitu akan ku buktikan. Tidak peduli kau ada dimana, aku pastikan aku akan mencari dan menemukanmu dan begitu aku menemukanmu, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi. Tidak peduli walau Somin berlutut sekali lagi. Aku tidak mau kehilangan cinta lagi. Cukup sudah !! Aku sudah cukup ditinggalkan. Cukup bagiku kehilangan orang-orang yang aku sayang”, seruku dalam tangis.

“Mo Nae berlutut padamu agar kau mau melepaskan aku ?? Benarkah itu ??”, tanyanya tidak percaya. 

“Benar. Dia berlutut dan memohon padaku agar aku membiarkanmu pergi. Tapi aku tidak ingin kau pergi, benar-benar tidak ingin. Tanpamu, aku lemah. Tanpamu, aku kehilangan arah. Tanpamu, aku bagaikan sebatang pohon yang bisa tumbang kapan saja. Tanpamu, aku seperti kapal yang kehilangan nahkoda. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Apakah sekarang aku sudah terlambat ?? Tidak bisakah kau beri aku satu kesempatan ?? Aku hanya ingin satu kesempatan. Jika kau sudah memberiku satu kesempatan itu tapi kau tetap tidak mencintaiku maka aku akan melepaskanmu”, bisikku memohon.

“Tapi Jae Joong sudah kembali”, ujarnya lirih. 
“Tapi aku tidak mencintainya lagi. Aku mencintaimu, Ji Hoo Sunbae. Bukankah cinta itu harus dikejar ?? Tidak peduli terpisah sejauh apa, cinta sejati tetap akan bertemu pada akhirnya, benarkan ??”, bujukku lagi. 
“Jae Joong masih mencintaimu”, jawabnya lagi.

“Kenapa selalu Jae Joong ?? Tidak bisakah kau pikirkan perasaanmu sendiri ?? Baik. Kita serahkan semua pada takdir. Jika takdir ingin kita bersama, kita pasti bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Tapi jika takdir ingin kita berpisah, bagaimanapun aku berusaha mencarimu, aku yakin pasti tidak bisa menemukanmu. Kau tetaplah disana. Ditempat sekarang kau berada, aku yang akan kesana mencarimu. Untuk membuktikan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama”, putusku, dengan ragu-ragu.

“Kalau begitu aku akan menunggumu disini, berharap kau akan menemukanku. Satu kesempatan. Jika takdir memberi kita satu kesempatan dan kita bisa bertemu lagi, maka aku tidak akan pernah lagi lari darimu”, janjinya padaku.

“Kau tunggulah aku. Aku pasti akan segera ke tempatmu”, jawabku mantap. 
“Aku akan menunggumu. Ada sesuatu yang sangat ingin ku katakan padamu sejak dulu. Jika kita bertemu lagi, aku akan mengatakannya tepat di hadapanmu”, jawabnya lagi.

“Walau aku tahu apa yang akan kau katakan, tapi aku ingin mendengarkannya langsung dari bibirmu. Baik. Tunggu aku disana. Berjanjilah kau tidak akan pergi kemana-mana”, ujarku mantap dan percaya diri.

“Aku menunggumu dan aku tidak akan pergi kemanapun hingga kau datang dan menemukan aku”, janjinya padaku. Aku tersenyum lega dan perlahan ku hapus airmata dipipiku.

“Kau harus menepati janjimu ya. Tunggu aku. Aku pasti akan datang”, seruku, kembali bersemangat.

“Selamat malam, Yoo Jin !! Kau harus tetap semangat hingga kita bertemu lagi. Saat kita bertemu lagi, aku tidak ingin melihat Yoo Jin yang sedih”, godanya padaku dan aku pun tertawa kecil.

“Tentu Oppa..Selamat malam dan sampai jumpa lagi”, jawabku senang.  
“I MISS YOU”, lanjutku lagi dengan malu-malu. 
“Nado bogoshippoyo”, jawabnya sebelum telepon ditutup.

Begitu telepon ditutup, aku langsung mengambil keputusan untuk memberi Ayah satu kesempatan yang dimintanya. Aku membutuhkan satu kesempatan, jadi aku juga akan memberikan Ayah satu kesempatan.

“Annyeonghaseyo. Appa..”, ujarku canggung ditelepon. 
“Putriku.. Ayah senang mendengarmu memanggilku Ayah. Rasanya sudah lama Ayah tidak mendengarmu memanggil Ayah seperti itu”, jawabnya gembira, dengan nada penuh sayang seorang Ayah.

Hatiku mendadak dipenuhi kehangatan. Selama ini aku memang merindukan sosok Ayah yang tidak pernah kumiliki sejak kecil. Sejauh yang ku ingat, Ayah selalu bersikap sangat dingin padaku, tapi sejak kematian kakak dan sejak dia mengetahui kebenaran test DNA itu, sikapnya langsung berubah 360 derajat padaku. Tidak ada lagi Ayah yang dingin, tidak ada lagi Ayah yang galak, dia memperlakukan aku sama seperti dia memperlakukan kakak selama ini. Bahkan dengan bangga dia memperkenalkan aku sebagai Putri Kesayangannya.

POLARIS, terima kasih. Berkat kau, perlahan tapi pasti aku merasa harapanku akan kembali muncul. Kakak terima kasih. Aku tahu kau melihatku dari atas sana”, batinku sambil tersenyum.

“Ayah, apa tawaran Ayah masih berlaku ??”, tanyaku ragu-ragu. 
“Jadi kau putuskan akan pulang bersama Ayah ke Shanghai ?? Benarkah saying ??”, tanyanya antusias. 

“Iya. Bukankah Ayah meminta satu kesempatan pada kami ?? Aku putuskan untuk memberi Ayah satu kesempatan. Jujur, aku memang menginginkan memiliki sebuah keluarga yang utuh, dengan Ibu dan ayah ada disisiku. Walau kakak sudah tidak ada lagi bersama kita, tapi setidaknya aku masih memiliki kalian. Bisakah keluarga kita kembali seperti dulu ??”, tanyaku ragu-ragu.

“Tentu Yoo Jin sayang. Maafkan Ayah yang telah bersikap buruk padamu selama ini. Ini semua salah Ayah hingga kau tumbuh tanpa sosok seorang Ayah. Tapi mulai sekarang kita lupakan semua itu dan kita mulai semuanya dari awal. Walau Lee An tidak ada lagi bersama kita, tapi Ayah masih memilikimu kan ?? Kau satu-satunya harapan Ayah sekarang. Pulanglah bersama Ayah dan kita mulai semuanya dari awal”, ujarnya bersemangat. Aku mengangguk pelan walau aku tahu dia tidak bisa melihatnya.

“Kapan kita berangkat Ayah ??”, tanyaku, mulai tidak sabar. Aku ingin secepatnya pergi ke Shanghai agar bisa bertemu Ji Hoo disana. 
“Kapan pun kau mau, Putriku”, jawabnya santai. 

“Benarkah ??? Bagaimana jika 3 hari lagi ?? Apa Ayah tidak keberatan ??”, tanyaku lagi, berharap dia menyetujuinya, karena aku sangat ingin bertemu Ji Hoo.
“Kalau kau dan Ibumu tidak ada masalah, Ayah juga tidak masalah sayang”, jawabnya lagi. Aku hampir saja melompat kegirangan karena tidak lama lagi bisa bertemu Ji Hoo.

“Terima kasih, Ayah. Aku sayang Ayah”, jawabku spontan dengan manja. 
“Ayah juga sayang padamu, Yoo Jin-ah”, jawabnya haru dan kudengar suara tangis kecil diseberang sana. 
“Ayah menangis ??”, tanyaku polos. 
“Ayah menangisi kebodohan Ayah yang telah menyia-nyiakanmu sejak kecil. Kau pasti masih membenci Ayah kan ??”, jawabnya dengan nada terluka.

"Tidak !! Semuanya sudah berlalu. Bukankah Ayah yang bilang kalau kita akan mulai dari awal ?? No one can go back and make a new beginning, but anyone can start from now and make a happy ending, right ??”, jawabku tulus.

“Kau memang anak yang baik, Yoo Jin-ah. Ibumu berhasil mendidikmu menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Ayah salut padanya”, ujarnya terharu.

“Ibu adalah Ibu yang terbaik didunia. Selamat Malam Ayah. Semoga mimpi indah”, jawabku ceria. Dan begitu telepon ditutup, akupun mulai mengemasi barang-barangku, tidak sabar untuk segera sampai disana.

***********************

2 Hari kemudian.. 
Sudah 2 hari ini aku sibuk mengurus kepindahanku. Aku memutuskan untuk ikut pulang bersama Ayah ke Shanghai, itu berarti aku juga akan kuliah disana. Besok adalah hari keberangkatanku, itulah sebabnya hari ini aku mengajak teman-temanku makan siang bersama untuk berpamitan.

“Jadi akhirnya kau putuskan untuk mengejar cintamu ??”, tanya Kyu Jong padaku dan aku mengangguk mantap.

“Aku tahu ini akan terjadi. Suatu hari kau pasti ikut Ayahmu pergi. Bagaimanapun juga dia adalah Ayahmu kan ?? Walau selama ini dia sudah bersikap buruk padamu dan Ibumu, tapi itu hanya kesalahpahaman di masa lalu. Kau berhak untuk bahagia, Yoo Jin. Aku tahu sejak kecil kau merindukan sosok seorang Ayah, benarkan ?? Sekarang saatnya memulai semuanya dari awal. Hidup yang baru sudah menantimu. Jadi kau harus pergi dan hiduplah dengan bahagia bersama keluarga yang utuh yang selama ini kau impikan. Selamat kawan. Akhirnya kau memiliki Ayah lagi”, ujarnya tulus.

“Aku akan kehilangan sahabat terbaikku.. Tapi aku berharap kau akan bahagia, dan aku yakin satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia HANYALAH YOON JI HOO seorang.. Kim Yoo Jin, kali ini apapun yang terjadi jangan lepaskan dia, kau mengerti ??”, Yeon Hee terlihat tidak rela, tapi dia tetap memberiku semangat.

Aku tersenyum dan memeluknya erat. Kim Yeon Hee adalah sahabat terbaik yang ku miliki di dunia. Tanpa Yeon Hee mungkin aku sudah menyerah sejak awal. Dialah yang selalu memberiku semangat untuk mengejar cintaku pada Ji Hoo.

“Yeon Hee-ah, Maafkan aku”,ujarku sambil memeluknya lembut. 
“Dan Gomawo !! Kau sahabat terbaik yang ku miliki di dunia. Berjanjilah padaku, kau juga akan hidup dengan bahagia”, bisikku lagi saat aku memeluknya. Kurasakan setetes air jatuh di bahuku, aku tau dia menangis.

“Aku akan kesepian tanpamu, teman. Kau harus bahagia ya. Walau aku sedih karena kita harus berjauhan, tapi persahabatan kita akan abadi selamanya kan ?? Bukankah jaman sudah canggih sekarang ?? Kita bisa mengirim email, whats app, line, kakao, instagram dan apapun lah namanya. Jarak bukan masalah Yoo Jin, selama hati kita tetap bersama”, jawabnya tulus. Aku membelai rambutnya sayang.

“Tentu !! Kau juga harus bahagia”, jawabku berterima kasih, lalu aku melepaskan pelukanku dan berpaling pada Shi Lang. 
“Shi Lang Sunbae, boleh aku minta 1 hal padamu ?? Anggap saja ini permintaan terakhirku sebelum aku pindah dari sini”, ujarku pada Shi Lang yang langsung menatapku dengan bingung.

“Kau mau minta aku lakukan apa, Yoo Jin ??”, tanyanya bingung. Aku tersenyum penuh arti seraya melirik Yeon Hee. 
“Tolong jaga sahabat terbaikku, Kim Yeon Hee.. Aku tau hanya kau yang bisa lakukan itu. Buat dia bahagia ya”, ujarku sambil tersenyum penuh arti. Kulihat mereka berdua salah tingkah. Kyu Jong dan Hyung Jun yang juga ada disana juga ikut tertawa melihatnya.

“Kenapa harus aku ?? Kan masih ada yang lain ??”, protes Shi Lang salah tingkah. 
“I..Iya, aku kan bisa jaga diriku sendiri Yoo Jin. Kenapa minta dia menjagaku ?? Kau ini sungguh lucu”, Yeon Hee ikut memprotes dengan wajah bersemu merah.

“Hahaha.. Sudahlah !! Akui saja kalau kalian saling menyukai. Yeon Hee, kami melihat kalian berciuman mesra di Bandara. Dan bukan hanya kami tapi juga seluruh penumpang yang ada disana”, cerocos Hyung Jun, membuat keduanya semakin salah tingkah.

“Shi Lang Hyung, tidak perlu jual mahal lagi dan sok gengsi seperti itu. Raih dia selama dia masih ada di dekatmu, kau tidak ingin seperti Jae Joong Hyung kan ?? Jika sekarang kau menyia-nyiakan wanita yang kau cintai, jangan salahkan dia jika suatu hari nanti wanita itu jatuh cinta pada pria lain”, goda Kyu Jong pada Shi Lang. Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya.

“APA ?? Si..siapa yang suka padanya ??”, Shi Lang masih menyangkal. 
“Begitu ?? Jadi kau tidak suka Yeon Hee ?? benarkah ??  Baiklah !! Kalau begitu, kau tidak marah kan jika aku mengajaknya pacaran ?”, tanya Kyu Jong, mendadak dia berubah menjadi sangat serius.

“Sun..Sunbae..Kau tidak serius kan ??”, tanya Yeon Hee shock. 
“Aku serius !! Aku suka padamu. Maukah kau jadi pacarku, Yeon Hee ??”, tanyanya lembut sambil menarik wajah Yeon Hee dan mencium pipinya lembut. Aku dan Hyung Jun hanya terpaku melihatnya.

“YAAAA !!! Siapa yang mengizinkanmu menciumnya ??”, Shi Lang spontan berdiri dan menarik Yeon Hee menjauh dari Kyu Jong dengan marah-marah. 
“Kenapa ?? Bukankah tadi kau bilang kau tidak suka padanya ?? Kalau kau tidak suka, kenapa kau harus marah melihat aku menciumnya ??”, tantang Kyu Jong dengan santai.

“CUKUP !! Tolong jangan permainkan perasaanku lagi. Aku bukan boneka”, jawab Yeon Hee kesal. Lalu langsung mengambil tasnya dan berlari keluar. 
“Yoo Jin-ah, lain kali kau harus undang aku ke Shanghai. Sampai jumpa Teman. Semoga kau bahagia !!”, ujar Yeon Hee padaku sebelum benar-benar berlari keluar, meninggalkan aku yang hanya bisa bengong.

“Yeon Hee-ah, tunggu !!”, Seru Shi Lang seraya berlari mengejar Yeon Hee yang terlihat seperti ingin menangis. Sementara aku dan Hyung Jun hanya bengong melihat mereka.

“Maaf, kau harus melihat ini sebelum kau pergi. Kau pasti jadi tidak tenang kan melihat sahabatmu seperti itu ?? Jangan khawatir. Shi Lang akan menjaganya Yoo Jin. Mereka harus dipanasi dulu baru mau mengaku. Benar-benar kekanakan”, ujar Kyu Jong santai.

“Jadi itu hanya pura-pura Hyung ?? Kau sengaja seperti itu agar Shi Lang mengakui perasaannya pada Yeon Hee ??”, tanya Hyung Jun bingung. 
“Tentu saja. Kau tau sendiri kalau Shi Lang itu tidak peka”, jawab Kyu Jong santai. 
“Astaga !! Aiiissshh Jinja.. Kau buat kami berdua bingung setengah hidup”, ujar Hyung Jun Kesal. Aku hanya tertawa saja melihat mereka.

“Yoo Jin-ah, jika kau sudah bertemu Ji Hoo Hyung, sampaikan salamku padanya ya”, ujar Kyu Jong padaku. 
“Tentu. Pasti akan ku sampaikan”, jawabku sambil tersenyum.

“Aku juga. Sampaikan salamku padanya. Aku berharap saat kami ke Shanghai, itu adalah saat kalian berdua menikah atau setidaknya bertunangan. Semoga kalian bahagia. Tapi apa Jae Joong Hyung sudah tau ??”, tanya Hyung Jun lagi. Mendengar nama Jae Joong, aku mendadak jadi tidak enak.

“Aku akan memberitaunya malam ini”, jawabku singkat. 
“Cinta segitiga yang rumit. Aku bahagia karena akhirnya cinta terpendam Ji Hoo Hyung akhirnya terbalas, tapi di satu sisi aku juga kasihan pada Jae Joong Hyung. Kecelakaan itu bukan keinginan siapapun”, ujar Hyung Jun lagi. Tiba-tiba saja aku merasa bersalah, bersalah karena telah membuat banyak orang menderita. Tapi bagaimanapun juga, keputusan harus dibuat, benarkan ?? Dan cepat atau lambat aku harus memilih salah satunya.

“Yoo Jin-ah, aku mendukungmu dengan siapapun selama kau bahagia. Semangat ya !! Beberapa bulan ini kau banyak meneteskan airmata. Kau juga berhak untuk bahagia”, ujar Kyu Jong tulus sambil tersenyum ramah.

“Terima kasih. Kalian juga. Bahagialah.. Carilah kekasih dan hiduplah dengan bahagia”, ujarku tulus. 
“POLARIS, aku akan mulai mengejar kebahagiaanku, kau akan memberiku petunjuk kan ??”, batinku sambil tersenyum pada mereka. 

Setelah cukup lama kami berbincang-bincang dan setelah mengucapkan salam perpisahan, aku pun berlalu dari restoran itu dan pergi menemui seseorang yang dulu pernah berarti dalam hidupku.

Han River, Kim Yoo Jin.. 
Aku berjalan masuk kedalam restoran di tepi Sungai Han, tempat dulu dia memberikan cincin ini. Dalam hati aku berkali-kali meminta maaf karena aku tahu aku pasti akan menyakitinya.
 
Kulirik jam tanganku, masih sekitar 30 menit lagi dari waktu yang dijanjikan, kupikir aku yang datang lebih dulu tapi ternyata dia sudah menungguku disana. Dia tersenyum senang saat melihatku datang. Hatiku mendadak terasa berat.

Aku duduk dikursi yang ada dihadapannya seraya mencari kalimat yang tepat agar tidak menyakiti hatinya. 
“Yoo Jin, kau ingin minum apa ??”, tanyanya santai, tanpa curiga sedikitpun. 
“Cappucino Ice”, jawabku singkat. Lalu kulihat dia mulai memanggil pelayan. Kulihat dia memesan dengan tersenyum ramah, Jae Joong pasti sedang gembira.

“kau tahu Yoo Jin, aku sama sekali tidak menyangka kau akan meneleponku dan mengajakku bertemu. Kau tahu aku sangat bahagia”, jawabnya sambil tersenyum senang. Mendadak aku bingung dan merasa bersalah. Aku sungguh tidak tega melukai hatinya. Tapi bagaimanapun juga ini harus dikatakan.Lebih cepat lebih baik agar dia tidak terluka.

“Jae Joong Sunbae, maaf aku harus memintamu repot-repot datang kemari”, ujarku mulai bicara dengan ragu. 
“Sunbae ?? Sejak kapan kau memanggilku Sunbae ??”, tanyanya bingung. 
Aku memutuskan untuk menghiraukan pertanyaan itu dan focus pada misiku.

“Aku memintamu datang kemari karena ingin mengembalikan cincin ini”, ujarku lalu menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah berisi sebuah cincin. 
Dia menatapku dengan terkejut, mendadak senyum diwajahnya mulai menghilang. 
”Apa kau tidak bisa memaafkan aku yang pernah meninggalkanmu ??”, tanyanya dengan ekspresi sedih dan terluka.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan lagi. Hanya saja, aku memang merasa semua ini sudah berakhir. Aku sudah katakan sejak awal, aku tidak bisa. Maafkan aku, Sunbae”, jawabku pelan, tidak ingin melukainya.

“Apa ini karena Ji Hoo ?? Kau jatuh cinta padanya kan ?? Dia berhasil merebutmu saat aku tidak ada disisimu, benarkan ??”, tanyanya sinis, dengan ekspresi sedih, kecewa dan menyesal bercampur jadi satu.

“Maafkan aku. Tapi karena dia atau bukan, bagiku semua ini sudah berakhir”, jawabku lirih. Walau hatiku juga sakit melihatnya terluka seperti ini. Bagaimanapun juga, Jae Joong pernah menempati posisi yang sangat penting dihatiku.

“Tapi bukankah kau pernah bilang kau akan memberiku satu kesempatan ??”, sekarang suara dan ekspresinya berubah menjadi sebuah permohonan. Kulihat rasa sakit dimatanya. Tapi aku  seratus kali lebih sakit darinya saat dia melupakan aku, mencampakkan aku dan lebih memilih kakak daripada aku.

“Aku hanya berjanji akan mempertimbangkannya”, jawabku datar dan tanpa ekspresi. 
“Kau juga pernah bilang kau akan menungguku, selamanya menungguku”, lanjutnya lagi.

“Apa kau juga ingat ?? Waktu itu kau juga bilang kalau masa lalu sudah tidak penting lagi bagimu. Waktu itu, walau kata-katamu sangat melukaiku tapi aku berusaha keras menerima keputusanmu. Jadi aku mohon, sekarang terimalah keputusanku. Jika dulu aku bisa lakukan itu, aku minta sekarang kau juga bisa lakukan itu”, jawabku datar.

“Bagaimana caramu melupakan aku ?? Dengan membakar semua barang pemberianku ??”, tanyanya mendadak sinis. 
“Harus kuakui, aku memang sudah melakukan itu”, jawabku jujur.
"MWO ??”, matanya melebar karena terkejut. Mungkin dia sama sekali tidak menyangka, aku tega lakukan itu. 

“Apa kau pikir dengan membakar semua barang pemberianku, kau bisa melupakan semua kenangan kita ?? Kau salah Nona Besar !! Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil sebuah kenangan !!”, ujarnya padaku, berat dan dalam. Aku tahu aku melukainya, tapi aku tidak punya pilihan. Aku sudah tidak mencintainya lagi. Cintaku sudah mati.

“Kumohon Jae Joong Sunbae !! Sudahlah !! Jangan memaksaku !! Kalau kau mencintaiku, tolong biarkan aku bahagia. Bukankah dulu aku juga membiarkanmu bahagia dengan kakak ?? Begitulah seharusnya mencintai, benarkan ??”, pintaku lembut. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Benar-benar tidak ingin.

Kulihat dia termenung sesaat, kemudian menatapku dengan pandangan mata memelas. 
“Apa kau benar-benar tidak ingin bersamaku lagi Yoo Jin-ah ??”, tanyanya lembut dan penuh harap. 
“Maafkan aku”, jawabku pelan. Aku merasa airmataku mulai mengalir. Melihat kesedihan dimatanya. Membayangkan bagaimana sakitnya dia, tanpa sadar membuatku meneteskan airmata.

“Kau bilang, tidak ada seorang pun yang bisa mengambil sebuah kenangan kan ?? Aku sungguh berharap aku hanya punya satu kenangan. Tapi aku punya dua dan aku harus memilih salah satunya kan ?? Aku benar-benar tidak bisa melupakan kenanganku dengannya. Percayalah !! Aku sudah mencoba. Saat dia pergi, semakin aku sadari aku tidak bisa menghapus semua kenangan itu. Benar-benar tidak bisa !! Aku sudah berusaha !! Aku sudah berusaha !!”, ujarku ditengah-tengah tangisanku. Memang itulah yang kurasakan, aku tidak bisa berbohong lagi.

“Saat kau tidak ada, dengan setia dia menemaniku. Sedikit demi sedikit, dia mulai mengambil hatiku. Saat aku tersesat, saat aku tidak tahu kemana harus melangkah, dia datang dan membukakan jalan. Saat aku berjalan dalam kegelapan, dia datang dan membawakan seberkas cahaya lilin dan menemaniku mencari cahaya terang. Saat aku aku bersedih dan ingin menangis, dia membuka tangannya dan membiarkan aku menangis di pundaknya. Saat aku jatuh, dialah yang membuatku bangkit. Apa aku harus melupakan semua itu ?? Katakan padaku bagaimana caranya ?? Bagaimana caranya ??”, ujarku sambil menangis lirih. Aku berusaha mengontrol suaraku tapi tidak berhasil.

Walau ada jutaan bintang di langit, tapi hanya ada satu bintang yang mampu menerangi langkahku. DIA.. POLARISKU !!! Dia Bintang Harapanku !!! Dia yang selalu menyinari langkahku.. Dia.. Pilihanku !!! Aku mencintainya, bukan kau !!! Mianhe Oppa”, ujarku sambil menangis pelan. 

“Jadi aku sudah kalah, benarkan ??”, tanyanya pahit.
“Katakan kau mencintaiku.. Bisikkan kalimat itu di telingaku. Tolong kembalilah padaku. Akan kulakukan apapun agar kau bisa memaafkan aku. Yoo Jin.. Kembalilah !! Aku mencintaimu.. Lebih dari Ji Hoo. Tidak bisakah kau kembali padaku seperti dulu ?? Maafkan aku yang pernah meninggalkanmu. Tapi tidak bisakah kau memaafkan aku ??”, pintanya memohon padaku.

“Sunbae.. Tolong jangan seperti ini”, ujarku padanya. 
“Maafkan aku, Yoo Jin-ah !! Akulah yang lebih dulu meninggalkanmu. Ini semua bukan salahmu”, jawabnya dengan setetes air jatuh dimatanya, tapi dengan cepat dia menghapusnya.
“Maaf. Aku tidak ingin melukaimu. Benar-benar tidak ingin. Selamat tinggal, Jae Joong Sunbae”, seruku seraya bangkit berdiri dan berlari meninggalkannya.

Kim Jae Joong POV :
      “Jadi seperti ini rasanya di tinggalkan ?? Andai saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, aku tidak mungkin kehilanganmu seperti ini, Yoo Jin. Benarkah kisah kita telah berakhir ?? Siapa yang harus ku salahkan ??”, aku menegak sekali habis alkohol di hadapanku.

       “Kau memang tidak berguna, Kim Jae Joong !! Kau bahkan tidak bisa merebut kembali kekasihmu. Kau sungguh menyedihkan. Pantas saja Kim Yoo Jin meninggalkanmu. Kalau aku jadi kau, aku akan berjuang sampai akhir”, seru seorang wanita, dingin dan menusukku bagai belati. Aku mengangkat kepalaku perlahan dan kulihat Hong Mo Nae disana, berdiri dengan marah dan kesal.

       “Apa yang kau lakukan disini ??”, tanyaku dingin.
    “Kupikir kau bisa menghalanginya, ternyata aku salah. Kau memang laki-laki tidak berguna”, ujarnya dingin dan menyebalkan. 
       “Lalu apa maumu ?? Kau pasti kecewa karena Yoo Jin berniat merebut kembali Ji Hoo kan ??”, tanyaku dengan nada menyindir.
       “Jika kau tidak bisa memisahkan mereka, maka aku sendiri yang akan melakukannya”, ujarnya mantap.

       Kutatap dia dengan sinis. “Jika kau berani menyakiti Yoo Jin seujung rambut saja, aku akan buat perhitungan denganmu”, ancamku padanya. Tapi bukannya takut dia hanya tersenyum mencibir.

      “Kau pikir aku takut dengan ancamanmu ?? Sungguh lucu. Seorang pria yang bahkan tidak bisa mempertahankan kekasihnya, memang apa yang bisa dia lakukan ?? Setidaknya aku akan berusaha. Ji Hoo di Shanghai kan ?? Sebelum Yoo Jin menemukannya, aku yang akan lebih dulu menemukannya, dan bila aku yang lebih dulu menemukannya, aku tidak akan biarkan Yoo Jin merampasnya”, ujarnya angkuh dan dingin.

      “Walau kau menemukannya, kurasa Ji Hoo tidak akan pernah mau menerimamu”, ujarku tak kalah dingin. Dia menatapku dengan mata sedingin es.
       “Aku tidak peduli. Akan ku buat dia menerimaku bagaimanapun caranya”, jawabnya yakin.

     “Itu bukan cinta. Itu obsesi. Karena jika kau sungguh mencintainya, kau pasti lebih memikirkan kebahagiaannya, bukan memikirkan bagaimana kau bisa memilikinya. Cintamu sangat mengerikan. Aku kasihan pada Ji Hoo, karena cintamu hanya akan membuatnya menderita”, cibirku sinis pada gadis angkuh di depanku.

       “Menderita atau tidak, bukan kau yang putuskan”, jawabnya lalu berlalu pergi dengan angkuh.
      “Hong Mo Nae, aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Yoo Jin”, sumpahku dalam hati, sambil menatap punggungnya perlahan menjauh keluar dari restoran ini.

Kim Yoo Jin POV : 
        Dalam perjalanan pulang aku melewati taman itu, tempat dimana Ji Hoo memberiku sebuah kalung Polaris. Aku berdiri terpaku sambil mengingat kenanganku dengannya. Perlahan aku menggenggam kalung Polaris dan berjanji dalam hati.

“Ji Hoo Oppa, tidak peduli kau ada dimana, aku pastikan aku akan mencari dan menemukanmu. Jadi tunggulah aku. Seterang Polaris yang bersinar menyinari Langit Utara, sekuat itulah keinginanku untuk bertemu denganmu, ujarku dalam hati seraya menatap ke langit yang bertabur bintang.

****************************

Kim Mansion At SHANGHAI... 
“Yoo Jin sayang, bangunlah !!”, perlahan aku mendengar suara Ibuku memanggil. Dengan berat ku buka mataku dan kulihat Ibu sedang berada didepan jendela kamarku dan membuka kordennya.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku mencoba beradaptasi dengan cahaya yang perlahan menyinari seisi kamarku. 
“Apa aku sedang bermimpi ?? Tempat apa ini ?? Aku ada dimana ??”, gumamku bingung. Kulihat Ibu perlahan mendekatiku dan duduk di sampingku seraya membelai lembut rambutku. 

“Ini dulu kamar Kakakmu, sayang. Mulai hari ini, kamar ini akan jadi kamarmu”, jawabnya lembut sambil tersenyum. Perlahan aku terbangun dan bersandar pada sandaran ranjang dibelakangku. 
“Maksud Ibu apa ??’, tanyaku masih tidak mengerti.

“Welcome to Shanghai”, ujarnya lagi. 
“Jadi kita ada di Shanghai ?? Ini rumah Ayah ??’, tanyaku ragu-ragu seraya memandang kagum kamar kakak yang indah dan besar juga sangat mewah. 
“kamar kakak sangat indah. Bagaikan kamar seorang Putri Raja”, pujiku kagum. 
“Kenapa aku tidak ingat kita tiba disini ??’, tanyaku bingung tapi Ibu hanya tertawa lembut.

“Kau tertidur sepanjang perjalanan. Ayahmu yang menggendongmu sejak di bandara hingga pulang ke rumah semalam”, jawab Ibu sambil menjitak kepalaku lembut. 
“Dasar anak nakal !!”, ujarnya lagi. 
“Ouchh.. Sakit”, ujarku manja seraya berpura-pura sakit.

“Sekarang bangun dan berdandanlah yang cantik. Ayahmu akan mengajakmu ke Rumah Sakit dan memperkenalkanmu pada semua orang. Ayahmu sudah menunggumu di meja makan”, perintah Ibuku lembut seraya menarikku berdiri dari ranjang dan mendorongku lembut ke kamar mandi.

“Baik, Yang Mulia”, godaku sambil tersenyum manja lalu masuk ke kamar mandi dan berdandan. Dalam hati aku bahagia, mimpiku untuk memiliki keluarga yang utuh dan hangat perlahan mulai terwujud.

“Tuhan, aku tahu Kau pasti akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya”, ujarku dalam hati sambil tersenyum bahagia.

Shanghai United Family Hospital.. 
        Beberapa orang Dokter Muda yang sedang kerja Praktek di Rumah Sakit itu sedang sibuk membicarakan Putri pemilik Rumah Sakit yang baru saja diperkenalkan tadi pagi.

“Hei, apa kau sudah bertemu dengan Putri Pemilik Rumah Sakit ini ?? Dia sangat cantik sekali. Sayang sekali kau datang terlambat tadi”, ujar salah seorang Dokter muda pada temannya.

“Putri Pemilik Rumah Sakit ?? Bukankah dulu kau pernah bilang bahwa Direktur Rumah Sakit ini hanya punya seorang Putri yang sekarang sudah meninggal ??”, Tanya temannya bingung.

“Well, dari gossip yang kudengar, Pemilik Rumah Sakit ini bercerai dengan istrinya dan si bungsu ikut bersama ibunya. Tapi karena Nona Besar sudah meninggal dan Direktur tidak memiliki anak lain, itulah sebabnya dia membawa si Bungsu dan Ibunya kembali”, jawab Dokter Muda itu.

“Oh”, jawab temannya singkat. 
“Dia sudah punya pacar belum ya ??”, ujar Dokter Muda itu sambil tersenyum aneh. 
“Kita disini untuk praktek Kerja Lapangan. Seriuslah jika kau ingin diluluskan”, jawab temannya sambil tersenyum geli. 
“YAAA !! Yoon Ji Hoo, kita sebagai pria pasti menyukai wanita kan ??”, elak dokter muda itu. 

“Dasar playboy !!”, ujar temannya yang tidak lain adalah Yoon Ji Hoo. Kemudian berjalan meninggalkan temannya dan berniat memeriksa keadaan pasien yang lain. Tapi saat dia sedang berdiri di depan jendela dan memandang ke bawah, kearah taman, dia melihat seorang gadis yang sedang berdiri disamping seorang pria setengah baya.

“Kim Yoo Jin !!”, ujar Ji Hoo pada dirinya sendiri dengan terkejut. 
Secepat kilat dia berlari menuruni tangga menuju arah gadis itu. Tapi begitu kecewanya dia saat ternyata gadis itu menghilang begitu dia sampai disana. 
“Aku yakin itu Yoo Jin. Tapi dimana dia ??”, ujarnya kecewa seraya mengedarkan pandangannya kesekeliling taman Rumah Sakit.

Kita serahkan semua pada takdir. Jika takdir ingin kita bersama, kita pasti bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Tapi jika takdir ingin kita berpisah, bagaimanapun aku berusaha mencarimu, aku yakin pasti tidak bisa menemukanmu. Kau tetaplah disana. Ditempat sekarang kau berada, aku yang akan kesana mencarimu. Untuk membuktikan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama, kenangnya pada ucapan Yoo Jin ditelepon malam itu.

“Aku disini dan aku menunggumu. Yoo Jin, cepatlah datang. Aku merindukanmu”, ujarnya dalam hati, seraya tetap memandang ke sekeliling tempat itu, berharap menemukan sosok yang dirindukannya.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads