Author : Liana Wijaya aka Lee An TS501
Starring :
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Uee’s After School as Kim Yoo Jin (Herself)
Kim Jae Joong as Himself ( Yoo Jin’s Ex Boyfriend )
Author as Kim Lee An (Kim Yoo Jin’s sister )
Kim Hyun Joong as Shi Lang (Ji Hoo and Jae Joong’s
Friend)
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best
Friend)
Kim Kyu Jong as himself (Ji Hoo and Jae Joong’s Best
Friend)
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo and Jae Joong’s Best
Friend)
JUNG SOMIN as HERSELF (Wanita murahan dan perebut suami
orang, IBU TIRI Lee An)
“ WISHING STAR / SS501 & Uee Fanfiction ”
CHAPTER 4 : ANOTHER TRUTH REVEAL
Purple Rose Bar...
Yoon Ji Hoo, Kim Kyu Jong, Kim Shi
Lang dan Kim Yeon Hee sedang berkumpul bersama di sebuah bar saat tiba-tiba
telepon Kyu Jong berdering.
“Yoboseyo Junnie.. Whats wrong ??”,
tanya Kyu pada penelponnya.
“Apa kau bersama Ji Hoo Hyung ?? Aku
menelpon ke ponselnya tapi tidak tersambung”, ujar Hyung Jun dengan panik.
“Iya dia bersamaku, Kurasa dia
memasang mode silent.. Memang kenapa kau mencarinya ??”, tanya Kyu Jong saat
menyadari Hyung Jun terlihat cemas.
“Aku melihat dia pergi sambil
menangis..Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Minta Ji Hoo Hyung
mencarinya sekarang. Dia pasti hancur dan sedih sekarang”, jawab Hyung Jun
cemas.
“Dia.. Dia siapa yang kau bicarakan ??”,
tanya Kyu bingung.
“Kim Yoo Jin..”, jawab Hyung Jun.
“Ada apa dengan Yoo Jin ??”, tanya Kyu
mendadak cemas. Semua mata disana menatapnya spontan.
“Aku menghadiri pesta pertunangan Putri rekan bisnis ayahku, dan ternyata
Putri rekan bisnis ayahku adalah Kim Lee An, gadis yang di cari Jae Joong di
kampus dan yang lebih parahnya, gadis itu adalah kakak Yoo Jin.. Dan Kakak Yoo
Jin bertunangan dengan Jae Joong Hyung. Yoo Jin pergi sambil menangis. Tolong
sampaikan pada Ji Hoo Hyung, cepat cari Yoo Jin. Aku takut dia berbuat nekat”,
cerocos Hyung Jun, membuat Kyu semakin bingung.
“MWO ??? Jadi Maksudmu adalah Kim Jae
Joong.. Jae Joong Hyung kita bertunangan dengan gadis yang adalah kakak Yoo Jin
??”, ulang Kyu Jong dengan suara keras terkejut.
“APA ??”, Yeon Hee dan Shi Lang
berseru bersama.
Ji Hoo terdiam menyimak. Dia bisa
membayangkan pasti Yoo Jin sedang menangis sekarang.
“Jae Joong bertunangan dengan kakak
Yoo Jin ?? Ji Hoo Oppa, apa kau tau semua ini ??”, tanya Yeon Hee kaget. Ji Hoo
menggeleng pelan.
“Aku hanya tau Jae Joong kehilangan
ingatan, tapi aku tidak tau jika dia mencintai gadis lain dan bahkan bertunangan
dengannya” jelas Ji Hoo, kecemasan tergambar jelas di wajahnya.
“Yoo Jin pasti hancur, ku harap dia
tidak melakukan hal yang bodoh yang membahayakan nyawanya”, ujar Shi Lang
kasihan.
“Tutup mulutmu !! Jangan menambah
keruh suasana”, bentak Yeon Hee kesal.
“Aku akan mencarinya”, Ji Hoo
memutuskan. Dia segera berdiri dan berlalu pergi dari sana tanpa pikir panjang
lagi.
Kyu menutup teleponnya dengan cemas. “Kuharap
Ji Hoo Hyung bisa menghiburnya. Kasihan Yoo Jin”, ujarnya lirih.
At Hotel Garden..
“Cukup !! Hentikan sandiwaranya !!”, seru Lee An
seraya mendorong Jae Joong menjauh.
“Ini
adalah perjodohan bisnis. Aku
tidak mencintaimu. Aku bersedia
bertunangan denganmu hanya agar Ibu dan adikku bisa kembali ke rumah.Hanya
itu”, sahut Lee An
dingin.
“Kau bohong kan ? Aku
tahu dari caramu menciumku kalau kau juga nerasakan hal yang sama”, Jae Joong bersikeras.
“Apa itu cinta ? Jika karena cintamu aku harus
kehilangan adikku, maka aku
memilih untuk tidak akan mencintaimu selamanya. Maafkan
aku !! Tapi aku tidak bisa menyakiti
adikku sendiri. Dia
mencintaimu. Dan aku juga yakin kau mencintainya
hanya saja kau tidak ingat”, ujar
Lee An mencoba mengingatkan.
“Tolong jangan paksa aku !! Kalau kau terus seperti ini, aku justru tidak ingin mengingat
apapun”,ujar Jae Joong marah lalu berjalan meninggalkannya.
“Pergilah!! Harusnya memang bukan
disini tempatmu. Jae Joong
maafkan aku”, batin Lee An
sedih. Dia jatuh cinta pada pria itu, tapi dia tahu dia tidak bisa menyakiti
hati adiknya.
“Sudah terlalu banyak yang kurebut
darimu, Yoo Jin .Aku tidak ingin merebut apapun lagi”, batin Lee An
sedih.
*****************
Kim Yoo Jin
POV, Mansion Kim..
Aku
berdiri dengan tatapan kosong memandang langit dari balkon kamarku.Aku tidak
tahu kenapa Ibu setuju pindah ke rumah ini. Aku
lebih suka tinggal di rumahku yang kecil berdua dengan Ibuku daripada harus
tinggal di istana dingin ini.
Sesaat kemudian kudengar ponselku
berbunyi.
“Ji Hoo Sunbae..”, mendadak hatiku senang saat aku
melihat namanya muncul di layar ponselku. Kuangkat
ponselku dan kujawab dengan senang.
“Yoboseyo..Ji Hoo Sunbae”, ujarku riang. Entah
kenapa ditengah hatiku yang sakit dan sedih karena pertunangan kakak dan mantan
pacarku, telepon dari Ji Hoo mendadak membuatku
kembali bersemangat.Dia bilang dia ada didepan pagar
rumahku.
“Kenapa malam-malam kau datang kemari ?”, tanyaku
penasaran, saat aku mempersilakannya masuk dan
kami duduk mengobrol di bangku ditengah taman.
“Entah kenapa, sinyal
pemadam kebakaranku terus berbunyi, seolah
ada seseorang yang membutuhkan bantuanku”, godanya
sambil tersenyum.
“Aku terkejut saat mendengar tentang
pertunangan kakakmu dan Jae Joong, terlebih
lagi dengan keputusan Ibumu yang setuju pindah kemari. Apa
kau ingin menangis ? Apa yang harus ku lakukan untuk membuat
perasaanmu lebih baik ?”, lanjutnya lagi.
“kau datang kemari, aku sudah merasa lebih baik”, jawabku tulus.
“Jeongmal ?”, tanyanya tidak percaya.
“Kehadiranmu sudah cukup bagiku. Setidaknya aku tahu masih ada kau dan
Ibuku yang selamanya tidak akan meninggalkan aku”, jawabku
sambil memaksakan diri tersenyum.
“Senyummu yang terpaksa, menunjukkan betapa hatimu sangat
terluka.Yoo Jin-ah, jika
kau bersedia, kau bisa membagi separuh lukamu denganku”, ujarnya lembut dan tulus. Mendadak aku merasa mataku mulai
berair. Ji Hoo begitu hangat dan perhatian. Kenapa selama ini aku begitu bodoh dan
tidak menyadarinya ?
“Kenapa kau selalu tahu apa yang ku
pikirkan ? Kenapa
kau selalu ada disaat aku butuh sandaran ? Ji Hoo Sunbae, benarkah
kau manusia ? Ataukah
kau Malaikat yang dikirim Tuhan untuk melindungiku dan menghiburku disaat aku
sedih dan menderita ?”, tanyaku tiba-tiba. Tapi dia hanya tertawa lembut dan
menjitak pelan kepalaku dengan sayang.
“Dasar gadis bodoh !! Sudah ku bilang aku adalah Malaikat
Pelindungmu. Sudah !! Jangan mulai menangis lagi. Bukankah
Kim Yoo Jin dulu adalah gadis yang kuat ?”, hiburnya
sambil tersenyum.
“Kau adalah rumput liar yang akan
terus tumbuh meskipun diinjak orang kan ? Teruslah seperti itu dan jangan pernah
berubah”, tambahnya memberi semangat.
“Gomawo..Jeongmal gomawo”, ujarku sambil menyeka airmataku.
Ji Hoo tersenyum tapi tiba-tiba dia
berseru kaget.
“Apa
yang dilakukan Ibu tirimu di kamar Ibumu malam-malam begini ?”, tanyanya
penasaran seraya menunjuk kearah seorang wanita muda yang berjalan
mengendap-endap kekamar ibuku. Merasa
mendapat firasat buruk, aku
memutuskan mengikutinya.
“Perasaanku tidak enak. Kita ikuti
dia”, ujarku lalu berlari mengejar wanita
itu.
Ternyata apa yang kutakutkan menjadi
kenyataan, saat kami tiba disana, kulihat dia sedang menarik rambut
Ibuku, menyeretnya ke lemari pakaian dan
menyuruhnya berkemas.
“Dasar wanita tua brengsek !! Susah payah dulu aku
menyingkirkanmu, kenapa sekarang
kau kembali lagi kemari ? Cepat kemasi barangmu dan pergi dari
sini. Jangan sampai besok pagi aku masih melihatmu
ada disini !!”, serunya
kasar seraya menghempaskan Ibuku ke lantai hingga dahi Ibuku membentur
pinggiran meja dan berdarah.Secepat kilat aku menerjang masuk dan menolong
Ibuku.
“Ibu..Ibu tidak apa-apa ?”, tanyaku
cemas sambil memeluk ibuku yang gemetar.
“Baguslah kau datang !! Bawa ibumu
pergi dari sini gadis sialan !! Setelah aku menyingkirkan kalian berdua,
aku akan singkirkan kakakmu juga. Kalian berdua sama-sama menyebalkan.
Yang satu Nona Besar yang manja, yang satu lagi gadis miskin yang tidak
tahu diri. Semuanya sama seperti kau Ibunya. Dasar Pelacur !!”, wanita
simpanan itu, JUNG SOMIN berani menghina Ibuku.
Spontan aku berdiri dan menamparnya
keras.
PLAKKKKK..Kutampar keras wajah
palsunya yang menyebalkan itu.
“Kau berani menamparku ?”, tanyanya
terkejut.
“Kenapa aku harus takut ?”, tantangku
berani. Kulihat Ji Hoo mendekat membantu Ibuku
berdiri.
“Harusnya
kau sadar, kaulah yang pelacur !!
kau datang merayu suami orang dan menghancurkan rumah tangga orang lain,
apa itu namanya kalau bukan pelacur?”, tantangku berani.
“Dasar kau anak kurang ajar!!”, serunya marah lalu menarik rambutku
dan membenturkan kepalaku ke lemari. AKu
berusaha membalasnya, kutarik
rambutnya juga. Ji Hoo
mendekat dan berusaha memisahkan kami.
“Paman Kim..Lee An,cepat
kemari !!”, teriaknya memanggil semua orang. Beberapa saat kemudian, orang yang disebut ibuku sebagai Ayah
datang kemari.
“Apa yang terjadi ?”, teriaknya
marah lalu menarik Istri keduanya menjauh dariku. Sementara
kakakku memeluk dan menenangkan Ibuku yang ketakutan.
“Wanita brengsek ini memukul Ibuku
!!”, teriakku marah. Tidak terima dia menyakiti Ibuku.
“Benar
itu Ibu ?”, Tanya
kakak. Ibu mengangguk pelan.
“Itu tidak benar, sayang !! Anak ini
berbohong. Aku hanya memintanya pindah ke kamar
yang lebih besar. Bagaimanapun
juga dia ibu Lee An kan ? Jadi aku menghormatinya. Tapi dia salah paham dan mengira aku
memukul Ibunya lalu dia menamparku, terang
saja aku membalas”, rayunya pada
orang yang mereka bilang Ayahku. Aku
melotot tak percaya. JUNG SOMIN memang rubah betina yang menyebalkan.
“Dia bohong !!
Dia memukul Ibuku, Anda harus
percaya padaku !! Itu buktinya !! Dahi Ibuku berdarah
karena wanita itu mendorongnya dan Ibuku jatuh menabrak pinggiran meja”, seruku tidak terima.
“Itu tidak benar, sayang !! Ibunya terpeleset”, bantah wanita itu dengan airmata
palsunya.
“Ayah..Ayah harus percaya padaku
kalau..”, seruku bersikeras, tapi dia memotong kalimatku dan
berkata dengan kasar.
“Diam !! Kau tidak berhak bicara
dirumah ini !! Kalau bukan karena Lee An, aku tidak sudi melihat kalian lagi
!!”, ujarnya dingin, menikamku bagai belati. Mendadak airmataku mengalir lagi. Tidak kusangka dia tega bicara seperti
itu pada kami. Aku bisa terima dia tidak pernah menyayangiku, tapi aku tidak terima dia lebih percaya
wanita itu daripada aku, jelas-jelas
wanita itu memukul Ibuku.
“AYAH !! Tolong jangan bicara seperti
itu !!”, teriak kakak membela kami.
“Kenapa ? Apa salahku ? Kenapa Ayah begitu membenciku ? Kenapa Ayah selalu bersikap tidak
adil padaku ? Kenapa ? Apa
yang sudah ku lakukan sehingga pantas mendapatkan semua ini ?”, tanyaku sambil menangis sedih.
“Ayah boleh membenciku tapi Ayah tidak
boleh membiarkan wanita ini menyakiti Ibuku”, lanjutku
lagi. Ji Hoo berdiri disampingku, menggenggam erat tanganku, tapi tidak mengatakan apapun.
“Karena sikapmu sudah keterlaluan”, jawabnya kejam.
“Keterlaluan ? Aku membela Ibu yang telah mengandung
dan melahirkan aku, apakah itu
keterlaluan ? Ibu
yang telah berjuang mati-matian untuk menjagaku dan menghidupiku Selama 15 tahun
sejak Ayah meninggalkan kami, apa
itu keterlaluan ?”, tanyaku tak percaya.
“Aku tidak tahu apa salahku ? Kenapa
sejak kecil Ayah tidak pernah menyukaiku ? Padahal aku selalu menuruti apa yang
Ayah katakan. Tapi kenapa Ayah tidak pernah
menyayangiku seperti Ayah menyayangi kakak ? Katakan padaku kenapa ??”, jeritku
frustasi. Dia terdiam.
“Apa ayah ingat ? Waktu
kecil Ayah melarangku bermain piano diruang tengah, dengan
alasan takut aku merusakkannya, tapi
begitu kakak merusakkannya, ayah
tidak marah. Ayah juga memarahiku saat aku
memecahkan gelas, tapi begitu
kakak memecahkan guci antik kesayangan Ayah, Ayah
juga tidak marah. Waktu ulang
tahun kakak, Ayah selalu memberinya hadiah-hadiah yang indah, tapi begitu ulang
tahunku, jangankan hadiah, ucapan selamat saja tidak pernah
kudengar. Ayah selalu mengantar kakak ke sekolah
dengan mobil mewah, tapi aku harus
jalan kaki dengan hanya ditemani seorang pembantu saja. Apa itu adil untukku ?”, aku bicara sambil menangis, aku
tidak sanggup membendung airmataku.
“Ayah boleh membenciku. Ayah boleh tidak menyukaiku, tapi aku minta jangan sakiti Ibuku”, lanjutku lagi.
“Yoo Jin-ah,
sudah..”,ujar Ibuku sambil menangis juga.
“Apa kau iri pada kakakmu, hah ?”, tanya JUNG SOMIN, wanita Iblis itu dengan sinis.
“Aku tidak pernah iri pada kakak, aku hanya kecewa pada Ayah. Aku tidak pernah berharap dilahirkan
menjadi anak ayah, jika aku bisa
memilih, aku lebih memilih dilahirkan menjadi
anak orang lain”, jawabku sambil
menangis dan menatap tajam pria itu.
“Dikabulkan !!
Kau tahu kenapa Ayahmu tidak pernah menyukaimu ? Karena kau bukan Anak kandungnya, kau hanya anak hasil selingkuhan
Ibumu”,jawab JUNG SOMIN dengan kejam.
“Itu tidak benar !! Itu fitnah kejam
yang kau tuduhkan padaku agar kau bisa menghancurkan rumah tanggaku, kan ?”,Ibuku membela diri.
Kali ini kata-kata wanita itu bahkan
terdengar lebih tajam dari benda tajam apapun di dunia ini, tapi aku
berusaha keras tidak kecewa, dan dengan senyum yang dipaksakan aku
bicara dengan mantap pada mereka.
“Benarkah ? Tahukah Anda bahwa berita ini adalah
berita paling menggembirakan seumur hidupku ? Seperti yang ku bilang, aku akan lebih bahagia menjadi anak
orang lain daripada menjadi anak Anda.Selamat Malam”,ujarku dingin dan datar,
dengan senyum terpaksa dari bibirku.
“Yoo Jin-ah..”, bisik Ji Hoo yang sedari tadi hanya
berdiri disampingku tanpa mengatakan apapun.
“Nona Kim, aku titip Ibuku sebentar”, ujarku pada kakak, lalu berjalan pergi dari sana.
“Kim Yoo Jin, kau mau kemana malam-malam begini ?”, bentak
Ayah.
“Kim Yoo Jin
sudah mati, aku bukan Kim Yoo Jin
lagi. Lagipula untuk apa Anda peduli ? Bukankah aku tidak berhak atas
apapun dirumah ini ? Satu hal lagi, aku
sungguh berharap di kehidupan berikutnya, aku
tidak perlu bertemu denganmu lagi, Tuan
Kim yang terhormat !!”, jawabku sinis, sambil
tetap melangkah pergi tanpa menoleh lagi.
Aku tidak tahu akan pergi kemana, yang aku tahu hanyalah aku ingin pergi
sejauh-jauhnya dari rumah ini, dari
mimpi buruk ini.
“Aku akan menemanimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian”,
ujar Ji Hoo padaku, berlari
menyusulku.
“Lee An
akan menjaga Ibumu, kita akan
menjemputnya besok pagi”, ujarnya
padaku lirih.
Setelah berjalan cukup jauh, aku mendadak berhenti. Aku spontan berbalik dan memeluknya, menangis
di dadanya sekali lagi. Dia
langsung memelukku lembut seraya membelai rambutku.
“Jangan menangis !! Bukankah besok
ulang tahunmu ? Aku
kemari karena ingin memberikan hadiah padamu, bukan
untuk melihat airmatamu Yoo Jin..”, ujarnya
lembut.
Aku
mendadak tersadar. Benar. Besok hari ulang tahunku, tapi kenapa aku sama sekali tidak
ingat. Ini adalah hari Ulang Tahun paling
buruk dalam hidupku. Malam sebelum
Ulang Tahunku, aku justru mendapat berita sedih
bertubi-tubi. Setelah mantan pacarku bertunangan
dengan kakakku, lalu wanita
simpanan Ayah mengatakan aku bukan anak kandung Ayah. Tuhan, apa ini hadiah Ulang Tahun yang Kau
siapkan untukku?
“Untukmu..Saengilchukkae Hamnida, Yoo Jin-ah”, ujar Ji Hoo Sunbae seraya mendorong
tubuhku menjauh dan merogoh kantong mantelnya dan menyodorkan sebuah kotak
kecil.
“Tapi bukankah masih besok ?”, tanyaku
bingung. Dia tersenyum lalu menunjukkan jam di
ponselnya.
“Sekarang pukul 00.01 tengah malam. Aku orang pertama yang mengucapkan selamat.
Sangilchukkae hamnida, wish
the best for you.Tapi Maaf, aku tidak membawa rumput laut ataupun kue tart untukmu”, ujarnya
sambil tersenyum tulus.
“Kau datang menemuiku malam-malam
begini memang sengaja untuk memberiku selamat kan ? Kenapa tidak katakan sejak awal ? Kenapa
harus mengatakan kalau bel pemadam kebakaranmu berbunyi ? Kau ini sungguh lucu”, ujarku sambil tertawa geli, akhirnya
dia pun ikut tertawa.
“Tertawa
begitu baru benar. Ini hari ulang
tahunmu. Setidaknya untuk sesaat, lupakan semua masalah dan kesedihanmu
dan kita rayakan ulang tahunmu dengan sesuatu yang menggembirakan”, jawabnya menghiburku.
“Terima kasih hadiahnya”, jawabku seraya kuhapus airmataku dan
ku buka kotaknya perlahan. Sebuah
kalung berbentuk bintang yang indah terlihat berkilau saat kotak itu ku buka.
“Ini..Indah sekali.Kalung Meteor ?”,ujarku
kagum.
“Kalung Polaris lebih tepatnya. Sama seperti bintang
Polaris yang melambangkan harapan,kalung ini juga melambangkan harapan.Dengan memakai kalung ini,Polaris
akan selalu menemanimu kemanapun kau melangkah.Saat kau tidak bisa menemukan Polaris di
angkasa,genggamanlah kalung ini maka kau pasti merasa harapanmu
akan kembali muncul”,ujarnya seraya mengambil kalung itu dari
genggamanku dan memakaikannya.
“Mulai sekarang aku membagi Polarisku
denganmu”, lanjutnya seraya memakaikan kalungnya.
“Terima kasih sekali lagi”, ujarku sekali lagi seraya merapikan
rambutku.
“Bagaimana jika seandainya ingatan Jae
Joong Oppa tidak kembali ?”, sebuah pertanyaan bodoh tiba-tiba
meluncur dari mulutku.
“Tidak akan ada yang berubah. Matahari tetap terbit disebelah timur. Burung-burung tetap berkicau di pagi
hari. Dunia tetap berputar. Hidup masih terus berjalan..”, jawabnya sambil menerawang.
“Satu-satunya yang berubah hanyalah
dia sudah melupakan aku”, jawabku
sedih.
“Aku tidak ingin melihat airmatamu, tidak untuk malam ini”, ujarnya tampak serius.
“Hei, kau
ingin main ice skeating ?”, tanyanya tiba-tiba.
“Haah ?”, aku
hanya bisa memandangnya bingung.
“Malam-malam
begini ? Tapi
dimana ?”, lanjutku
lagi.
“Everland.
Come on !!”, ujarnya seraya menarik tanganku menuju
mobilnya dan membawaku ke Taman Bermain Everland.
“Ji Hoo Sunbae, tempatnya sudah tutup”, protesku.
“Siapa bilang ? Tempat ini terbuka untuk kita”, jawabnya lalu menelpon seseorang dan
beberapa menit kemudian seseorang datang dan membukakan pintunya.
“Bukankah sudah ku bilang kalau aku
adalah Malaikat Pelindungmu ? Tidak ada yang tidak bisa dilakukan
oleh Malaikat. Come On !!”,ujarnya
sambil tersenyum dan menggandeng tanganku, membimbingku
berseluncur di es agar aku tidak terjatuh.
Ji Hoo benar-benar baik. Untuk sesaat aku bisa melupakan semua
kesedihanku.
“Terima kasih, Ji Hoo. Selain Ibuku, kau
lah yang terbaik yang pernah di kirimkan Tuhan padaku”, batinku
sambil berseluncur bersamanya. Semalam
suntuk kami bermain dan bersenang-senang di taman hiburan ini. Kami mencoba semua permainan, tertawa dan gembira. Aku tidak tahu kapan terakhir aku
tertawa, tapi rasanya sudah sangat lama. Ketika fajar menjelang, Ji Hoo mengajakku ke pantai untuk
melihat matahari terbit.
“Matahari terbit sangat indah, benarkan ?”, tanyanya padaku sambil tersenyum siluet matahari terbit yang berwarna jingga.
“Apa kau tidak lelah menemaniku semalaman ?”, tanyaku
padanya.
“Bagaimana jika tidur sebentar setelah
ini ?’, jawabnya
lalu setelah melihat matahari terbit di ufuk timur, kami
kembali ke mobilnya dan tertidur sesaat.
Terbangun pukul 7 pagi, Ji Hoo mengajakku sarapan disebuah
restoran cepat saji.Tidak lupa dia memesan rumput laut untukku.
“Happy Birthday Yoo Jin-ah. Makan rumput laut itu dan
ucapkan permohonanmu”, ujarnya
sambil tersenyum tulus.
“Aku ingin Jae Joong mengingatku. Aku ingin ada seseorang yang tulus
mencintaiku dan aku ingin keluargaku kembali seperti dulu. Walau sedikit, aku ingin Ayah
menyayangiku, karena bagaimana pun juga hanya dia satu-satunya
Ayah yang ku kenal”,batinku berdoa, berharap
Tuhan bisa mengabulkan semua harapanku.
Setelah makan dengan lahap, kami putuskan untuk kembali ke rumah
itu dan menjemput Ibuku, tapi
ternyata sekali lagi aku melihat pemandangan yang menyedihkan.
Aku melihat Wanita kejam itu, JUNG SOMIN,
menyeret koper Ibuku dan melemparkannya ke luar pintu. Di
belakangnya, kakak mengejar dan berusaha
menghentikannya.
Aku melihat kakak menolong Ibu dan
mengancam wanita itu.
“Bibi
harusnya berhati-hati. Kelak
jika semua harta Ayah jatuh ke tanganku,aku akan mengusir Bibi dari sini. Jangan lupa kalau aku adalah Putri
Kesayangannya. Lebih baik Bibi menjaga sikap”, ancam kakak dengan berani.
“Kalau begitu aku juga harus
menyingkirkanmu.15 tahun aku bersabar menghadapimu, harusnya
ku singkirkan kau sejak dulu”, seru
wanita kejam itu sambil menarik rambut Lee An
dan berusaha memukulnya.Tapi aku menghalanginya, aku gigit tangannya sehingga
dia melepaskan kakak.
“Tidak akan kubiarkan seorang pun
menyakiti Ibu dan kakakku”, teriakku
marah lalu mendorongnya jatuh ketanah.Tapi rupanya iblis wanita itu belum
menyerah, dia berdiri dan mencengkeram rambutku
lalu membenturkan kepalaku ke pagar besi berkali-kali. Rasanya
sakit sekali.
“Yoo Jin !!”, teriak kakak, berusaha
menolongku.Dia berusaha menarik tubuh wanita itu agar menjauh dariku, tapi
wanita itu menampik tangannya dan mendorongnya ke tanah dengan keras. Aku melihat kakak jatuh ke tanah dan
kepalanya membentur batu hias di taman dan mengeluarkan darah.
“HENTIKAN!! JUNG SOMIN,
TIDAK KUSANGKA KAU KAU BEGITU KEJAM !!”, teriak
ayah menghampiri kami. Spontan dia melepaskan aku dan aku terjatuh ke tanah
dengan keras.
“Yoo Jin-ah”, ujar Ji Hoo menahan tubuhku.
“Aku tidak percaya waktu Ji Hoo memberitahuku
apa yang terjadi.TIDAK!! Sampai aku melihat sendiri apa yang terjadi dengan
mata kepalaku.Terima kasih kepada Ji Hoo yang sudah memberitahuku dan membuka
mataku. Aku jadi tahu siapa kau”, samar-samar
ku dengar ayah berteriak.
“Aku tidak sengaja !! Sungguh !! Aku
hanya membela diri”, dia
menyangkal.
“Kemasi barang-barangmu dan pergi dari
sini !! Kita bercerai !! Aku tidak ingin melihatmu lagi”, teriak ayah tegas.
“Kakak…
Kakakku..”, bisikku lirih sebelum akhirnya aku tidak
sadarkan diri.
**************************
Kim Yoo Jin POV, Seoul Hospital...
Aku
tidak tahu berapa lama aku pingsan, saat
aku terbangun,Ji Hoo sudah ada disampingku, menyambutku
dengan senyumannya yang hangat.
“Hei, apa kau sudah merasa baikan?”,tanyanya
lembut.Aku memaksakan diri tersenyum agar dia tidak merasa cemas.
“Apa
yang terjadi?”,tanyaku bingung.
“Ibu
tirimu, JUNG SOMIN sudah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Aku rasa dia akan lama tinggal disana.Obsesinya
pada harta telah membutakan mata hatinya”, jawab
Ji Hoo menjelaskan.
“Baguslah !! Lalu bagaimana dengan kakak dan
ibuku ?”, tanyaku
lagi.
“Kakakmu
ada di ruang sebelah, ibumu
sedang menemaninya”, sahutnya lagi.
Aku
baru saja akan meminta Ji Hoo menemaniku kesana saat tiba-tiba pintu kamarku
terbuka dan pria itu, pria
yang disebut Ibu sebagai ayahku berjalan masuk ke kamar.
“Baguslah
jika kau sudah sadar. Ji
Hoo, bolehkah aku bicara dengan Putriku ?”, tanyanya pada Ji Hoo. Ji Hoo menatapku
sekilas.
"Hanya
berdua”, lanjutnya lagi. Aku mengangguk pasrah sebelum akhirnya
mengangangguk pada Ji Hoo.Aku masih lemas, aku
tidak punya tenaga dan kekuatan untuk bertengkar dengannya.Jadi aku hanya bisa
mendengarkan apa maunya.
“Apa
yang Anda inginkan,Tuan ?”, tanyaku
dingin tanpa sekalipun memandang wajahnya.
“Yoo Jin-ah, ayah tahu kau masih marah. Tapi Ayah kemari ingin bicara soal
kakakmu”, ujarnya, mencoba
bersikap lembut padaku tapi gagal.
“Ingin
memintaku mengalah lagi ? Kali ini soal apa ? Soal
Jae Joong kah ?”, tanyaku
tanpa basa-basi.
“Kau
memang gadis yang cerdas”, jawabnya
sambil salah tingkah, karena
aku sudah bisa menebak apa maunya.
“Jangan
khawatir. Aku tidak akan mengambil kembali Jae
Joong dari kakak.Jae Joong tidak ingat lagi padaku, tidak
ada lagi yang bisa ku lakukan. Apa
Anda puas sekarang ? Sekarang bisakah Anda tinggalkan aku
sendiri ?”, sahutku
dingin dan datar.
“Ayah
tahu kau menganggap Ayah adalah Ayah yang kejam, tapi
Ayah tidak punya pilihan. Kakakmu
sedang sakit parah. Dokter
menemukan gumpalan darah di kepalanya. Gumpalan
darah itu muncul akibat kecelakaan yang dialami Lee An
saat kecil dulu. Sekarang gumpalan darah itu pecah akibat benturan di
kepalanya. Gumpalan darah itu perlahan menekan
saraf matanya dan bila tidak segera diobati juga bisa mencabut nyawanya kapan
saja. Itu sebabnya Ayah ingin
melihatnya bahagia”, pria itu menjelaskan.
“Walau
tanpa kakak sakit sekalipun, Anda
tetap memintaku mengalah kan ? Jadi kurasa pembicaraan ini tidak ada
artinya jika Anda sudah tahu jawabannya. Aku
lelah. Aku ingin istirahat”, jawabku perih, lalu
kutarik selimutku menutupi wajahku dan menangis sekali lagi.
Tidak
berapa lama kemudian, kudengar
pintu kamar terbuka lagi.
“Sudah
kubilang tinggalkan aku sendiri !!”, teriakku
tanpa melihat siapa orangnya.
“Yoo Jin-ah,
ini aku. Apa kau ingin aku pergi juga ?”, tanya
Ji Hoo lembut. Spontan aku terbangun dan berteriak.
“TIDAK
!! JANGAN PERGI !! Jangan tinggalkan aku juga, Ji Hoo Sunbae !! Hanya kau yang
kumiliki saat ini”,ujarku menangis.
Perlahan
dia mendekatiku dan mendekapku dalam pelukannya.
“Apa
aku harus mengalah lagi ?”, tanyaku ditengah tangisanku.
“Lakukan
yang
menurutmu baik.Ikuti kata hatimu.Tapi satu hal yang pasti, aku tidak
akan pernah meninggalkanmu”, jawabnya menenangkan aku sambil memelukku
lembut.
*************************
Myeong Dong
Street..
Sementara itu, Jae Joong yang
mendengar kabar bahwa Tunangannya, Kim Lee An
masuk Rumah Sakit sedang membeli bunga untuk diberikan padanya,
saat tiba-tiba dia melihat sebuah kecelakaan terjadi didepan matanya, membangunkan ingatannya yang tertidur.
Dia
melihat bagaimana seorang pemuda sedang berlari menyeberang jalan saat
tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang kearahnya dan menabraknya, hingga membuatnya terpental.
Lalu lintas mendadak kacau.Semua mobil
berhenti untuk menolong orang itu. Perlahan
Jae Joong berjalan kearah pria yang terluka itu dan terdiam terpaku.
“Sebuah
mobil menabrakmu, aku
tidak tahu siapa. Akulah
yang menolongmu”, kenangnya
pada ucapan Lee An waktu itu.
“Apa
masa lalu tidak penting lagi bagimu ? Aku akan menunggumu, selamanya menunggumu.Tulisan itukah
yang kau lihat ?”, sekarang giliran ucapan Yoo Jin
yang memenuhi pikirannya.
Mendadak rasa sakit menjalari
kepalanya. Dia berjalan mundur dan bersandar pada
salah satu pertokoan sambil memegangi kepalanya. Memukul-mukulnya.
“Peristiwa seperti ini sepertinya
pernah terjadi.Tapi dimana ?”,
batinnya bingung.
Dia
berlutut seraya memegangi kepalanya dan memejamkan matanya dan
kenangan-kenangan itu pun mulai muncul.
“Malam ini aku akan melamar Yoo Jin.Setelah
kami lulus kuliah dan bekerja, baru
aku akan memintanya menikah denganku”, Jae
Joong melihat dirinya sendiri berkata dengan gembira.
Dengan tersenyum bahagia, dia keluar dari toko perhiasan dengan
tangan masih menggenggam kotak cincin yang dibelinya. Dia
baru saja akan masuk ke dalam mobilnya, saat
tiba-tiba dia melihat seorang anak kecil menyeberang jalan, tepat di
depannya sebuah mobil melaju
kearahnya dengan kecepatan tinggi. Dia
melihat dirinya sendiri berlari menyelamatkan anak kecil itu. Dan dia
pun tertabrak. Mobil itu menabraknya, dia terbaring berlumuran darah.
“Aku ingat !! Aku ingat semuanya. Yoo Jin,
aku harus membeli cincin lagi”, ujarnya
senang. Dia baru saja akan melangkah pergi
saat tiba-tiba kenangan yang lain muncul. Kenangannya
bersama Lee An muncul bergantian dengan kenangannya
bersama Yoo Jin.
“Bagaimana ini ? Apa yang sudah kulakukan ? Bagaimana
bisa aku melupakan Yoo Jin begitu saja dan bertunangan dengan
gadis lain ?”, Jae
Joong berperang dengan hatinya, tapi
akhirnya dia sudah memutuskan pilihannya.
Secepat kilat dia berlari ke Rumah
Sakit untuk menemui Lee An disana.Lee An
yang baru saja sadar langsung tersenyum senang saat melihat Jae Joong datang
menemuinya. Spontan dia memeluk Jae Joong dengan
manja. Jae Joong yang terkejut pun hanya diam saja tidak melawan.Dia sendiri
pun bingung bagaimana harus menjelaskannya.Gadis yang ada didepannya terlihat
sangat rapuh dan bisa roboh kapan saja. Dengan
perlahan dia mendorong gadis itu menjauh. Mencoba
mencari cara untuk bicara.
“Lee An, syukurlah kau baik-baik saja”, ujarnya canggung. Lee An
yang mencium gelagat sikapnya yang aneh pun mulai curiga.
“Iya, aku
baik-baik saja.Tapi kenapa kau terlihat salah tingkah ? Ada sesuatu yang terjadi, Jae Joong-ah?”,tanya Lee An
penasaran seraya membetulkan letak duduknya diatas ranjang.
“Aku tidak tau bagaimana harus
mengatakannya..Lee An..Aku..Aku..” Jae Joong terlihat ragu-ragu.
“Ada
apa denganmu?”,tanya Lee An tidak sabar.
“Aku sudah ingat semuanya. Tentang masa laluku.Tentang Yoo Jin. Tentang cintaku padanya. Aku juga
ingat soal pertunangan kita”, ujarnya
lirih.
Lee An
terkejut, tapi
dia berusaha tabah. Dengan
berbesar hati dan tersenyum pahit dia berkata “Aku tahu suatu hari nanti hal
ini akan terjadi.Aku tahu cepat atau lambat ingatanmu pasti akan pulih. Aku juga tahu kalau kau pasti akan
kembali pada Yoo Jin begitu ingatanmu pulih.Aku hanya
orang asing yang tiba-tiba saja muncul ditengah jalan.Tidak perlu merasa bersalah
padaku. Pergilah, Jae Joong-ah !!”,ujar Lee An
tulus dengan airmata menetes pelan.
“Lee An, Mianhe..”, ujar
Jae Joong tulus, merasa
bersalah.
“Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Itu bukan salahmu !! Bukan salah
siapapun.Aku tahu ini pasti akan terjadi cepat atau lambat.Lagipula kau dan Yoo Jin
memang saling mencintai, aku
tidak seharusnya muncul diantara kalian”, jawab
Lee An berbesar hati.
“Lee An, kau gadis yang baik. Aku yakin pasti ada seseorang untukmu
di luar sana”, hibur Jae Joong.
“Aku
tahu itu. Lagipula selama ini Yoo Jin
selalu mengalah padaku, sekarang
giliranku. Giliranku menjadi kakak yang baik
untuknya. Aku bahagia bila Yoo Jin
juga bahagia, dia sudah terlalu banyak meneteskan
airmata”, jawab Lee An
tulus.
“Terima kasih, Lee An
!!”, ujar Jae Joong sambil tersenyum.
“Bolehkah aku memelukmu untuk yang
terakhir kali ?”, pinta
Lee An lirih. Jae
Joong tidak menjawab,dia hanya tersenyum kemudian berjalan maju dan memeluknya
lembut, Lee An menangis pelan saat membalas pelukan
itu.
“Pergilah !!
Kejarlah kebahagiaanmu !!”, bisiknya
ditengah pelukannya.
Mereka berdua tidak menyadari kalau Yoo Jin
ada disana melihat mereka berpelukan dari celah
pintu kamar yang terbuka.
******************
Kim Yoo Jin POV :
Aku dan Ji Hoo berada ditengah taman
Rumah Sakit, aku duduk di kursi roda dengan Ji Hoo
duduk disampingku di salah satu bangku taman.
“Mereka pasangan yang serasi kan ? Sepertinya
mereka memang saling mencintai.Ji Hoo Sunbae, kurasa
seharusnya aku memang lepaskan Jae Joong sejak awal”, ujarku
datar tapi Ji Hoo hanya terdiam.
“Bukan hanya Jae Joong pria
didunia.Tidakkah kau lihat ada aku disini ?”, ujarnya lirih. Aku
spontan menoleh bingung padanya “Apa maksudmu ?”, tanyaku bingung.
“Bukan apa-apa. Ayo kita masuk”, jawabnya mengalihkan pembicaraan.
Setelah
insiden hari itu, sikap ayah padaku dan Ibu sedikit
lebih baik, tapi kurasa ini hanya karena Kakak
yang memintanya. Pada dasarnya
dia tetap bersikap dingin padaku dan atas permintaan Kakak, kami pun
kembali ke rumah dingin itu. Hari itu aku pulang dari kampus agak
malam dan tiba-tiba saja aku mendengar pertengkaran dari kamar kakak
yang
terletak tepat disebelah kamarku.
"Ayah tidak mengerti !! Bukankah kau mencintai Jae Joong ? Kenapa
meminta Ayah untuk membatalkan pertunangan ini ? Apa karena Yoo Jin ?”,Tanya
Ayah pada kakak.
Mendengar
namaku disebut, spontan aku
menghentikan langkahku.Aku tau menguping itu salah, tapi
dengan suara pertengkaran mereka yang begitu keras, kurasa tanpa mengupingpun
aku bisa mendengar semuanya.
“Tidak !!
Itu keputusanku !! Apa Ayah
tahu kalau ingatan Jae Joong sudah pulih ? Apa Ayah tahu kalau Jae Joong ingat
bahwa dia mencintai Yoo Jin ? Jika Yoo Jin mau,dia
dengan mudah bisa merebut Jae Joong kembali. Kenapa
Ayah selalu curiga padanya ? Demi Tuhan, Ayah !! Yoo Jin
gadis yang baik dan dia Putri Ayah juga, kenapa Ayah bersikap seperti itu padanya ?”,Tanya Kakak dengan suara sedih.
Aku terhenyak dan diam.”Ingatan Jae
Joong sudah kembali ? Tapi kenapa dia tidak mengatakan
apapun padaku ? Kenapa
dia menghilang begitu saja selama seminggu ? Apa ini berarti bahwa hubungan kami
benar-benar sudah berakhir ? Dia ingat padaku tapi dia lebih
memilih diam dan tidak mengatakan apapun”, batinku
sedih sambil tertawa pahit.
Merasa
sudah cukup mendengar semuanya, akupun
berjalan kekamar dengan lesu. Dengan
hati kacau aku berjalan kearah balkon kamarku dan memandang langit yang
mendung.
“Polarisku, kau dimana ? Apa kau sedang bersembunyi sekarang ? Jika
aku tidak bisa menemukan Bintang Harapan, apa
itu berarti aku benar-benar tidak memiliki harapan ? Kenapa beberapa hari ini langit selalu
tertutup awan ?’, batinku
kesal.
Perlahan
aku menggenggam Kalung Polaris yang tergantung dileherku,sambil tersenyum tipis
aku mengingat ucapan Ji Hoo padaku waktu itu.
“Kalung Polaris
lebih tepatnya. Sama seperti bintang
Polaris yang melambangkan harapan, kalung ini juga melambangkan harapan.Dengan
memakai kalung ini,Polaris akan selalu menemanimu kemanapun kau melangkah.Saat kau tidak
bisa menemukan Polaris di angkasa,genggamlah kalung ini maka kau pasti merasa harapanmu
akan kembali muncul”,aku tersenyum mengenang
kata-katanya.
“Polarisku..Aku masih punya
Polarisku”, ujarku sedikit lega. Saat aku memikirkan kata-kata Ji Hoo,
mendadak ponselku berdering.
“Yoboseyo.. Ji Hoo Sunbae..”, ujarku
riang, entah sejak kapan aku jadi bersemangat menerima telepon darinya.
“Langit tertutup awan, kurasa Polaris sedang bersembunyi
sekarang. Tapi aku tahu dimana kita bisa
melihatnya”, ujarnya ditelepon, seolah mengerti apa
yang kupikirkan.
“Sunbae, ini
benar-benar ajaib. Bagaimana kau
tahu aku sedang memikirkan Polaris ?”, tanyaku kagum pdanya.Kudengar suara
tawa kecil diujung sana.
“Entahlah..Sekarang aku sedang
memandang bintang dan tiba-tiba saja aku teringat padamu. Bukankah itu berarti kita sehati ?”, ujarnya
lirih. Mendadak hatiku dipenuhi kehangatan. Dia benar-benar bagaikan Malaikat
Pelindung yang diutus Tuhan untukku. Saat
aku sedih dan putus asa, dia
selalu muncul dan memberiku cahaya terang.
“Apa kau mau melihat Polaris bersamaku ?”, tanyanya
lagi.
“Dengan senang hati.Tapi bukankah
Polaris sedang bersembunyi ?”, tanyaku ragu sambil memandang kearah
langit.
“Aku akan menjemputmu 30 menit
lagi.Bersiaplah !! Kita akan
mencari Polaris”, ajaknya
padaku.Aku tersenyum senang,mendengar ajakannya.
“Baiklah !!
Aku akan bersiap”, jawabku
mendadak penuh semangat. Aku
bagaikan anak remaja yang menanti kencan pertamanya.
Aku membuka lemari pakaianku dan
kecewa karena tidak ada apapun yang bisa kupakai.”Aku tidak punya baju. Apa yang harus kupakai nanti ?”, gumamku
seraya memandang sedih kearah lemari pakaianku.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan
dipintu kamarku dan Kakak melangkah masuk dengan heran.
”Sudah
malam, kenapa belum tidur ? kau
ingin pergi dari sini ? Kenapa kau mengeluarkan semua
pakaianmu ? Yoo Jin, aku tahu hubunganmu dengan Jae Joong
dan aku tidak berniat merampasnya darimu. Percayalah, pertunangan itu
hanyalah kesalahan. Aku sudah meminta Ayah membatalkannya. Tolong jangan
pergi dari sini”, pinta Kakak memohon, terlihat panik. Aku tersenyum
menenangkannya.
“Hubunganku dengan Jae Joong sudah
berakhir. Kakak tidak perlu cemas. Aku akan tetap disini selama Kakak
menginginkannya. Aku hanya akan
pergi keluar bersama temanku.Hanya itu !!”, ujarku menenangkannya.Dia terlihat
ragu.
“Jeongmal ?”, tanyanya ragu. Aku
mengangguk mantap.
“Aku tidak akan pergi dari sini. Aku hanya akan pergi memandang
bintang. Kakak mau ikut ?”, ajakku tulus.
”Dengan
Ji Hoo ?”, tanyanya
menebak. Aku mengangguk mantap.
“Kurasa ini bagus.Pakai ini
saja”,ujarnya seraya menyodorkan sebuah Gaun berwarna
putih yang
cantik. Aku menerimanya dan mencobanya didepan
cermin.
“Gomawo, Unnie”, jawabku lalu memeluknya sayang.
“Ji Hoo pria yang baik.Tapi aku tetap
ingin kau kembali pada Jae Joong.Bukankah dia yang kau cintai ? Jangan
hanya karena kau mengalah padaku lantas kau membuang perasaanmu”, ujar kakak padaku. Aku terdiam sejenak, berpikir.
“Jangan bicarakan ini lagi. Sekarang sudah malam, kakak tidurlah. Ji Hoo Sunbae akan menjemputku
sebentar lagi”, ujarku
mengalihkan pembicaraan.Terlihat tidak puas, tapi
akhirnya dia menurut dan kembali ke kamar.
“Aku tidak ingin kau mengalah lagi. Aku hanya ingin melihatmu bahagia.
Tidak peduli Jae Joong atau Ji Hoo, selama kau bahagia, aku akan puas.
Tolong
jangan mengalah lagi untukku jika itu membuatmu menderita”, ujarnya
sebelum meninggalkan kamarku. Aku hanya tersenyum tipis mendengar
ucapannya. Aku tidak mau memikirkan masalah ini, tidak untuk malam ini.
Akhirnya aku putuskan untuk memakai
Gaun putih pilihan Kakak. Ji
Hoo suka warna putih. Sejak
aku mengenalnya hingga sekarang, Ji
Hoo tidak pernah lepas dari warna putih. Pangeran
Berkuda Putih, itulah julukan yang diberikan para
gadis untuknya. Dia bagaikan
Pangeran yang muncul dari dalam cerita dongeng. Ji
Hoo tampan, kaya, pintar,baik
dan perhatian. Dia impian semua gadis dikampus kami. Aku tersenyum geli saat melihat dia
selalu risih setiap mendapat surat cinta dilokernya atau kiriman coklat setiap
hari Valentine. Ji Hoo,
Pangeran Berkuda Putihku..
Aku tersenyum mengingat kebaikannya
padaku,bahkan Jae Joong pun selalu cemburu padanya saat dulu kami masih
pacaran. Jae Joong selalu berkata bahwa
sebenarnya Ji Hoo menyukaiku, tapi
aku hanya menganggapnya sebagai lelucon.Tapi entah kenapa, sekarang aku mulai memikirkan ucapan
Jae Joong dulu padaku.
“Benarkah Ji Hoo menyukaiku ?”, mendadak
hatiku berdebar kencang saat memikirkan masalah itu. Aku
berdiri didepan cermin sambil berputar-putar dengan jantung yang berdebar
kencang, khawatir apakah Ji Hoo akan menyukai
Gaunku atau tidak.
“Ada apa denganku ? Sejak
kapan aku peduli apa yang kukenakan ? Ji Hoo tidak pernah mengkomplain apa
yang ku kenakan”, batinku sambil
tertawa geli.
Tidak lama kemudian ponselku berdering
dan aku tersenyum senang saat melihat nama Ji Hoo muncul di layar ponselku.
”Sunbae..”, teriakku senang.
“Apa kau siap berburu bintang ?”, tanyanya
lembut.
“Aku akan keluar sekarang”, jawabku bersemangat.
Aku berjalan keluar dengan
mengendap-endap mengingat ini sudah malam, bagaikan
seorang gadis remaja yang diam-diam pergi berkencan dibelakang punggung orang
tuanya. Mendadak aku merasa ini sangat
menarik. Begitu aku sampai didepan mobilnya, aku melangkah masuk sambil tersenyum
hangat.
“Kau terlihat sangat..”, kalimatnya mendadak terhenti sambil
menatapku dengan aneh.
“Sangat apa ?”, tanyaku penasaran.
”Sangat
cantik malam ini”,lanjutnya lirih sambil terus memandangku, membuatku merasa malu. Diam sesaat, kami
berdua mendadak tidak tahu harus berkata apa.
”Maaf..Jika
kata-kataku membuatmu tidak nyaman”, ujarnya
salah tingkah saat dia sadar aku tau dia memandangiku dengan lekat.
“Kwencanayo Oppa..”,jawabku spontan.
“Oppa ? You call me Oppa ?”, tanyanya tidak percaya.
Aku
menutup mulutku dengan tangan karena menyadari telah salah bicara.
”Maksudku
Sunbae..”, jawabku malu-malu.
“Oppa..Tidak
begitu buruk. Aku lebih senang kau memanggilku
Oppa”, bisiknya lirih.
“Haahh ?”,ulangku bingung. Lalu spontan dia menggeleng pelan.
“Lupakan
saja. Kita pergi sekarang”,ujarnya pelan. Aku hanya mengangguk singkat.Sepanjang
perjalanan kami hanya terdiam.
”Ada
apa denganku ? Bukankah
ini bukan pertama kalinya kami pergi bersama ? Kenapa jantungku berdetak tak karuan ?”, batinku
bingung seraya meletakkan sebelah tanganku didada.
Menyadari
ada yang aneh denganku,dia pun melirikku dan bertanya “Kau kenapa ? Apa
kau kedinginan ?”,Tanyanya
cemas.
Aku
menggeleng pelan “Ani..Kwenchana”, jawabku
gugup.
Tidak
puas dengan jawabanku, dia
mendadak menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan melepas mantelnya dan
menyelimutkannya ditubuhku.
”Kau
tahu angin musim gugur sangat dingin, kenapa
memakai baju seperti itu ?”, ujarnya memarahiku pelan.
Wajah
kami sangat dekat saat dia menyelimutkan mantelnya ke tubuhku dan aku merasa
pipiku mendadak merah merona.Aku bisa mencium wangi parfum ditubuhnya,aku juga
bisa merasakan hembusan napasnya. Mataku
perlahan beralih pada bibirnya dan aku tidak tahu setan apa yang merasukiku, spontan aku melingkarkan lenganku
dilehernya dan mencium bibirnya lembut.
Bibir
Ji Hoo, terasa hangat dan lembut.Aku merasakan
jantungku berdetak semakin kencang saat bibir kami bersentuhan. Aku bisa merasakan Ji Hoo terdiam
sesaat sebelum dia mulai membalas ciumanku dan memelukku lembut. Dan kami
berciuman lembut didalam mobil malam itu.Ciuman pertama antara aku dan Ji Hoo.
Setelah
kami mulai kehabisan napas, Ji
Hoo perlahan melepaskan ciuman dan pelukannya dan menatapku dengan gugup.
“Kurasa
kau terlalu merindukan Jae Joong sehingga menciumku seperti itu.Kau pasti
berpikir aku adalah dia kan ?”, tanyanya dengan ekspresi pahit.
“Bukan
begitu..Sunbae,aku..”,belum sempat aku selesai bicara, dia
sudah memotong kalimatku.
“Tapi
aku bukan Jae Joong.Kami dua orang yang berbeda. Kau
pasti kecewa kan ?”, potongnya sedih.
“Jadi
kau benar-benar berpikir aku menciummu karena aku menganggapmu adalah Jae Joong ? Tidak !! Ini
tidak ada hubungannya dengan Jae Joong !!”, protesku tidak terima, setengah berteriak.
“Kurasa
kau sedang bingung sekarang.Perlukah aku mengantarmu pulang ?”, tanyanya
lirih.
“TIDAK !! Aku
ingin melihat bintang”, jawabku
keras kepala.Aku terluka saat dia menganggapku hanya menjadikannya pelarian. Aku akui aku masih tidak tahu apa yang
kurasakan, tapi aku tahu bahwa Ji Hoo adalah
orang yang istimewa, sangat
istimewa dihatiku.
Setelah
beberapa menit berada dalam keheningan,akhirnya kami tiba ditempat yang dia
tuju.Aku tidak menduga dia akan mengajakku kemari.
“Planetarium ? Kita
akan melihat Polaris disini ?”,tanyaku
ragu.
“Polaris
dilangit sedang bersembunyi, dimana
lagi kita bisa melihatnya jika bukan disini ? Akan kutunjukkan padamu satu lagi
bintang yang istimewa”, ujarnya
sambil tersenyum lembut.Aku membalas senyumannya dan mengikutinya berjalan
masuk.
Ini
pertama
kalinya aku masuk kedalam sebuah Planetarium.Saat kami membuka
pintunya, aku baru menyadari kalau seisi ruangan
sangat gelap.Tapi anehnya ada banyak cahaya yang bersinar diatas kami.
Dengan kagum aku memandang keatas, rasanya seperti terbang diantara
ribuan bintang. Sangat indah. Bagaikan aku sedang berenang di langit
yang bertabur bintang.
“indah
sekali.Banyak sekali bintang disini.Tapi yang mana Polaris ?”, tanyaku,kagum
bercampur bingung.
“Diantara ribuan
bintang yang bersinar di langit Utara,hanya ada satu bintang yang bersinar paling terang
diantara ribuan bintang lainnya yang bersinar.Dia adalah Polaris, Sang Bintang Utara yang
melambangkan Harapan.Itu disana.Polaris ada dikaki rasi
bintang biduk”, serunya seraya
menunjuk bintang yang bersinar terang dikumpulan bintang yang berbentuk seperti
gayung.
“Jadi
kita sedang berdiri memandang Langit Utara ?”, tanyaku kagum.
“Benar. Karena Polaris adalah bintang Utara. Bukankah kau hanya ingin melihat
Polaris?”,tanyanya seraya menatapku.
“Tentu.Aku
ingin melihat Bintang Harapanku”, jawabku
sambil menatapnya penuh arti.
“Tapi
kupikir awalnya Polaris ada disana”, ujarku
seraya menuding rasi bintang yang bersinar terang dengan dua bintang yang
berdampingan.
“Andromeda ? Itu
adalah rasi Bintang Andromeda”, jawabnya
lembut.
“Jadi
namanya Andromeda ? Tapi bukankah Andromeda adalah nama
Galaksi tetangga kita ?”, tanyaku bingung, aku memang tidak mengerti apapun soal
ilmu perbintangan.
Ji
Hoo tersenyum dan berkata “Andromeda bukan hanya nama sebuah Galaksi tapi juga nama
sebuah Rasi Bintang di Langit Utara.Langit Utara bukan hanya punya 1
Rasi Bintang tapi banyak sekali bintang-bintang didalamnya,tapi memang hanya
beberapa bintang yang bersinar sangat terang, salah satu contohnya adalah Rasi Bintang Andromeda dan Bintang POLARIS”, jawabnya menerangkan.
“Apa
kau tahu kalau Andromeda memiliki sebuah kisah ?”, tanyanya padaku. Aku
menggeleng pelan sambil tetap menatap replica langit utara yang sangat indah
didalam Planetarium ini.
“Seperti
apa kisahnya ? Apa
kau bisa menceritakannya padaku ?’, tanyaku ingin tahu seraya memandangnya
sekilas.
“Menurut Legenda, Andromeda adalah Seorang
Putri Raja yang cantik dan baik hati yang merupakan anak tunggal dari RAJA CEPHEUS dari Kerajaan Ethiopia dan
Ratu Cassiopeia adalah Ibunya. RATU
CASSIOPEIA sangat cantik tapi juga sangat sombong. Dia bahkan berani memproklamirkan
dirinya Lebih Cantik dari DEWI CINTA
APHRODITE dan PUTRI NEREIDS, Putri Dewa Laut Poseidon. DEWA LAUT
POSEIDON yang tidak terima karena Putrinya di hina, menjadi marah dan
mengirimkan seekor monster laut bernama CETUS
untuk menghancurkan pesisir Pantai Etiophia dan Kerajaan. Kemudian Para orang
bijak mengumumkan bahwa Raja harus mengorbankan Putrinya kepada si Monster Laut untuk menghentikan
kutukan itu “, Ji Hoo berhenti sejenak untuk melihat reaksiku.
“Apa
kau ingin berkata kalau Putri Andromeda harus dikorbankan demi menyelamatkan
kerajaan ? Tapi
ini tidak adil!! Putri Andromeda sangat baik,bukankah yang sombong itu Ibunya ?? Mengapa
harus Andromeda yang jadi korban ?? Menyebalkan !!”, protesku tidak terima.Tapi dia hanya
tersenyum penuh arti.
“Hidup
memang kadang tidak adil, Yoo Jin-ah
!!”,jawabnya lirih. Aku terdiam
mendengarkan.
“Lanjutkan !!”, pintaku
lagi. Kulihat dia kembali melemparkan
pandangannya ke langit lalu kembali bercerita.
“Keesokannya, PUTRI ANDROMEDA di rantai pada batu karang di tepi pantai. Menunggu
Sang Monster Laut datang untuk membunuhnya, tapi tiba-tiba seorang Pemuda
bernama PERSEUS, yang jatuh cinta
pada Putri Andromeda datang dan berusaha menyelamatkannya “, lanjut Ji Hoo.
Mendengar
ada seorang pemuda yang menyelamatkan Sang Putri,aku mendadak menjadi lega.
“Benarkah
? Ini
baru adil, benarkan ? Tidak adil jika ada seorang Putri yang
baik hati harus menjadi korban Monster Laut karena kesombongan Ibunya.
Lalu bagaimana ? Apa Perseus berhasil menyelamatkannya ? Andromeda
tidak jadi mati kan ? Tapi bagaimana caranya Perseus
menyelamatkan Putri itu ?”, tanyaku bertubi-tubi dengan penuh
semangat. Ji Hoo hanya menatapku sambil tersenyum.
“Perseus lalu pergi mencari MEDUSA dan
membunuhnya, kemudian mengambil kepalanya.
MEDUSA adalah seorang wanita berambut ular dan siapapun yang menatap
matanya akan berubah menjadi batu“,jawab Ji Hoo lalu menatapku penuh arti. Perlahan aku mulai menangkap kisah ini
dan mengerti maksudnya.
"Aku tau..Pasti PERSEUS ingin menggunakan kepala MEDUSA
untuk dihadapkan pada CETUS, supaya Monster Laut itu berubah menjadi batu saat
dia menatap mata MEDUSA,
benarkan ??”,ujarku menebak dengan
antusias.
Ji
Hoo mengangguk sambil tersenyum senang.“TEPAT SEKALI !!! Karena memang itulah satu-satunya cara untuk membunuh CETUS. Akhirnya
setelah melalui berbagai perjuangan, PERSEUS berhasil mengalahkan si Monster
Laut dan menyelamatkan PUTRI ANDROMEDA lalu melepaskannya dari rantai pada batu
karang ditepi laut itu “,jawabnya
sambil tersenyum.
“And
they lived happily ever after, right ?”, tanyaku
seraya tersenyum senang, puas
dengan hasil akhirnya. Ji
Hoo mengangguk mantap.
“Dan
setelah berbagai kesulitan dan rintangan akhirnya mereka bisa menikah dan
bahagia selamanya. Saat meninggal, Andromeda pun ditempatkan di Langit,
sebagai Galaksi yang paling dekat dengan bumi juga sebagai Rasi Bintang yang
menyala terang. Pada malam-malam cerah yang berbintang sangat mudah melihatnya”,
jawab Ji Hoo sambil memandang bintang di Langit Utara.
Aku
tersenyum puas.”Benar-benar kisah cinta yang indah kan ? Kisah tentang seorang Pangeran yang
menyelamatkan seorang Putri yang terikat di batu karang. Aku merasa Andromeda sangat beruntung, Perseus muncul disaat dia dalam
bahaya. Kisah ini bahkan lebih indah daripada
kisah Putri Cinderella, benarkan
Sunbae ?”, tanyaku
sambil tersenyum dan dia mengangguk lagi.
“Apa
kau tahu Sunbae ??”,tanyaku,menggantung
pertanyaanku.
”Tahu
soal apa ?”,tanyanya penasaran.
“Apa
kau tahu kalau Perseus sangat mirip denganmu ? Perseus mendadak muncul saat Andromeda
butuh bantuan dan menyelamatkannya, sama
seperti kau yang selalu muncul saat aku dalam kesulitan dan kesedihan.Bukankah
kalian mirip ?”, tanyaku
lirih.
“Bukankah
kau sudah memiliki Perseusmu sendiri ? Jangan lupa dia sudah kembali”, jawabnya lirih dan aku melihatnya
mendadak sedih.
“Kurasa
semuanya sudah berakhir untukku. Sudah
tidak ada lagi jalan untuk kembali”,jawabku pelan dan dalam.
“Bagaimana
jika seandainya dia muncul dihadapanmu dan ingin kembali ? Bagaimana
jika seandainya ingatannya sudah pulih ? Kau pasti akan langsung kembali
padanya kan ?”, tanyanya dengan ekspresi sedih.
“Sunbae…”,aku
tidak tahu harus berkata apa.Semakin hari aku semakin tidak mengerti perasaanku
sendiri.
”Sudah
malam.Ayo kita pulang”,ajaknya lembut, mengalihkan pembicaraan.
Tanpa
kata dia berjalan mendahuluiku, membuatku mau tidak mau harus mengikutinya.Aku
menatap bayangan punggungnya dari belakang, bayangan punggung Ji Hoo yang
terlihat selalu kesepian.
Ji
Hoo anak yang malang, kudengar
Ibunya meninggal waktu usianya masih 6
tahun karena kecelakaan, itu
sebabnya dia menjadi sangat pendiam dan tertutup.Tampan, pintar, kaya
tapi sangat misterius.. itu
yang semua orang katakan tentangnya dan harus kuakui, kadang
aku juga tidak memahami dirinya.
Beberapa
bulan sejak Jae Joong menghilang, hanya
dialah yang selalu ada disisiku dan menghiburku, perlahan
tapi pasti, dia membuat kesepian dihatiku mulai
terobati.Dia yang selalu membukakan jalan saat aku tidak tahu kemana harus
melangkah, tapi aku masih belum mengerti perasaan
apa ini yang sebenarnya.
“Terima
kasih telah menemaniku melihat bintang”,ujarnya saat kami sudah sampai didepan
gerbang rumahku.
Aku
menggeleng pelan dan berkata “Tidak!! Akulah yang seharusnya berterima
kasih.Terima kasih karena telah memberiku malam yang hebat
ini.Polaris..Andromeda..kau yang membuatku mengenal semuanya.Dengan melihat
Polaris,aku merasa harapanku kembali muncul.Gomawo Sunbae”,ujarku tulus.
Dia
tersenyum lalu mengantarku hingga ke depan gerbang rumah.Namun pada saat aku
akan membuka pintu gerbangnya, seseorang
memanggilku dengan penuh kerinduan.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar