Minggu, 17 November 2013

Wishing Star 4 - SS501 & Uee Fanfiction


Author : Liana Wijaya aka Lee An TS501

Starring :  
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo 
Uee’s After School as Kim Yoo Jin (Herself) 
Kim Jae Joong as Himself ( Yoo Jin’s Ex Boyfriend ) 
Author as Kim Lee An (Kim Yoo Jin’s sister ) 
Kim Hyun Joong as Shi Lang (Ji Hoo and Jae Joong’s Friend) 
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend) 
Kim Kyu Jong as himself (Ji Hoo and Jae Joong’s Best Friend) 
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo and Jae Joong’s Best Friend) 
JUNG SOMIN as HERSELF (Wanita murahan dan perebut suami orang, IBU TIRI Lee An)



“ WISHING STAR / SS501 & Uee Fanfiction




CHAPTER 4  : ANOTHER TRUTH REVEAL


Purple Rose Bar...
    Yoon Ji Hoo, Kim Kyu Jong, Kim Shi Lang dan Kim Yeon Hee sedang berkumpul bersama di sebuah bar saat tiba-tiba telepon Kyu Jong berdering.
     “Yoboseyo Junnie.. Whats wrong ??”, tanya Kyu pada penelponnya.
    “Apa kau bersama Ji Hoo Hyung ?? Aku menelpon ke ponselnya tapi tidak tersambung”, ujar Hyung Jun dengan panik.
     “Iya dia bersamaku, Kurasa dia memasang mode silent.. Memang kenapa kau mencarinya ??”, tanya Kyu Jong saat menyadari Hyung Jun terlihat cemas.

    “Aku melihat dia pergi sambil menangis..Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Minta Ji Hoo Hyung mencarinya sekarang. Dia pasti hancur dan sedih sekarang”, jawab Hyung Jun cemas.

     “Dia.. Dia siapa yang kau bicarakan ??”, tanya Kyu bingung.
     “Kim Yoo Jin..”, jawab Hyung Jun.
   “Ada apa dengan Yoo Jin ??”, tanya Kyu mendadak cemas. Semua mata disana menatapnya spontan.  

     “Aku menghadiri pesta pertunangan Putri rekan bisnis ayahku, dan ternyata Putri rekan bisnis ayahku adalah Kim Lee An, gadis yang di cari Jae Joong di kampus dan yang lebih parahnya, gadis itu adalah kakak Yoo Jin.. Dan Kakak Yoo Jin bertunangan dengan Jae Joong Hyung. Yoo Jin pergi sambil menangis. Tolong sampaikan pada Ji Hoo Hyung, cepat cari Yoo Jin. Aku takut dia berbuat nekat”, cerocos Hyung Jun, membuat Kyu semakin bingung.

    “MWO ??? Jadi Maksudmu adalah Kim Jae Joong.. Jae Joong Hyung kita bertunangan dengan gadis yang adalah kakak Yoo Jin ??”, ulang Kyu Jong dengan suara keras terkejut.
      “APA ??”, Yeon Hee dan Shi Lang berseru bersama.

    Ji Hoo terdiam menyimak. Dia bisa membayangkan pasti Yoo Jin sedang menangis sekarang.
     “Jae Joong bertunangan dengan kakak Yoo Jin ?? Ji Hoo Oppa, apa kau tau semua ini ??”, tanya Yeon Hee kaget. Ji Hoo menggeleng pelan.
     “Aku hanya tau Jae Joong kehilangan ingatan, tapi aku tidak tau jika dia mencintai gadis lain dan bahkan bertunangan dengannya” jelas Ji Hoo, kecemasan tergambar jelas di wajahnya.

   “Yoo Jin pasti hancur, ku harap dia tidak melakukan hal yang bodoh yang membahayakan nyawanya”, ujar Shi Lang kasihan.
    “Tutup mulutmu !! Jangan menambah keruh suasana”, bentak Yeon Hee kesal.
   “Aku akan mencarinya”, Ji Hoo memutuskan. Dia segera berdiri dan berlalu pergi dari sana tanpa pikir panjang lagi.
   Kyu menutup teleponnya dengan cemas. “Kuharap Ji Hoo Hyung bisa menghiburnya. Kasihan Yoo Jin”, ujarnya lirih.
 
At Hotel Garden.. 
   “Cukup !! Hentikan sandiwaranya !!”, seru Lee An seraya mendorong Jae Joong menjauh. 
   “Ini adalah perjodohan bisnis. Aku tidak mencintaimu. Aku bersedia bertunangan denganmu hanya agar Ibu dan adikku bisa kembali ke rumah.Hanya itu”, sahut Lee An dingin.
    “Kau bohong kan ? Aku tahu dari caramu menciumku kalau kau juga nerasakan hal yang sama”, Jae Joong bersikeras.

   “Apa itu cinta ? Jika karena cintamu aku harus kehilangan adikku, maka aku memilih untuk tidak akan mencintaimu selamanya. Maafkan aku !! Tapi aku tidak bisa menyakiti adikku sendiri. Dia mencintaimu. Dan aku juga yakin kau mencintainya hanya saja kau tidak ingat”, ujar Lee An mencoba mengingatkan. 

    “Tolong jangan paksa aku !! Kalau kau terus seperti ini, aku justru tidak ingin mengingat apapun”,ujar Jae Joong marah lalu berjalan meninggalkannya.

   “Pergilah!! Harusnya memang bukan disini tempatmu. Jae Joong maafkan aku”, batin Lee An sedih. Dia jatuh cinta pada pria itu, tapi dia tahu dia tidak bisa menyakiti hati adiknya.
  “Sudah terlalu banyak yang kurebut darimu, Yoo Jin .Aku tidak ingin merebut apapun lagi”, batin Lee An sedih.

*****************

Kim Yoo Jin POV, Mansion Kim.. 
Aku berdiri dengan tatapan kosong memandang langit dari balkon kamarku.Aku tidak tahu kenapa Ibu setuju pindah ke rumah ini. Aku lebih suka tinggal di rumahku yang kecil berdua dengan Ibuku daripada harus tinggal di istana dingin ini.

Sesaat kemudian kudengar ponselku berbunyi.
        “Ji Hoo Sunbae..”, mendadak hatiku senang saat aku melihat namanya muncul di layar ponselku. Kuangkat ponselku dan kujawab dengan senang.

    “Yoboseyo..Ji Hoo Sunbae”, ujarku riang. Entah kenapa ditengah hatiku yang sakit dan sedih karena pertunangan kakak dan mantan pacarku, telepon dari Ji Hoo mendadak membuatku kembali bersemangat.Dia bilang dia ada didepan pagar rumahku.

  “Kenapa malam-malam kau datang kemari ?”, tanyaku penasaran, saat aku mempersilakannya masuk dan kami duduk mengobrol di bangku ditengah taman.
    “Entah kenapa, sinyal pemadam kebakaranku terus berbunyi, seolah ada seseorang yang membutuhkan bantuanku”, godanya sambil tersenyum.

     “Aku terkejut saat mendengar tentang pertunangan kakakmu dan Jae Joong, terlebih lagi dengan keputusan Ibumu yang setuju pindah kemari. Apa kau ingin menangis ? Apa yang harus ku lakukan untuk membuat perasaanmu lebih baik ?”, lanjutnya lagi.

      “kau datang kemari, aku sudah merasa lebih baik”, jawabku tulus.
      “Jeongmal ?”, tanyanya tidak percaya.
     “Kehadiranmu sudah cukup bagiku. Setidaknya aku tahu masih ada kau dan Ibuku yang selamanya tidak akan meninggalkan aku”, jawabku sambil memaksakan diri tersenyum.

     “Senyummu yang terpaksa, menunjukkan betapa hatimu sangat terluka.Yoo Jin-ah, jika kau bersedia, kau bisa membagi separuh lukamu denganku”, ujarnya lembut dan tulus. Mendadak aku merasa mataku mulai berair. Ji Hoo begitu hangat dan perhatian. Kenapa selama ini aku begitu bodoh dan tidak menyadarinya ?

    “Kenapa kau selalu tahu apa yang ku pikirkan ? Kenapa kau selalu ada disaat aku butuh sandaran ? Ji Hoo Sunbae, benarkah kau manusia ? Ataukah kau Malaikat yang dikirim Tuhan untuk melindungiku dan menghiburku disaat aku sedih dan menderita ?”, tanyaku tiba-tiba. Tapi dia hanya tertawa lembut dan menjitak pelan kepalaku dengan sayang.

    “Dasar gadis bodoh !! Sudah ku bilang aku adalah Malaikat Pelindungmu. Sudah !! Jangan mulai menangis lagi. Bukankah Kim Yoo Jin dulu adalah gadis yang kuat ?”, hiburnya sambil tersenyum.

   “Kau adalah rumput liar yang akan terus tumbuh meskipun diinjak orang kan ? Teruslah seperti itu dan jangan pernah berubah”, tambahnya memberi semangat.
    “Gomawo..Jeongmal gomawo”, ujarku sambil menyeka airmataku.

     Ji Hoo tersenyum tapi tiba-tiba dia berseru kaget. 
   “Apa yang dilakukan Ibu tirimu di kamar Ibumu malam-malam begini ?”, tanyanya penasaran seraya menunjuk kearah seorang wanita muda yang berjalan mengendap-endap kekamar ibuku. Merasa mendapat firasat buruk, aku memutuskan mengikutinya.

     “Perasaanku tidak enak. Kita ikuti dia”, ujarku lalu berlari mengejar wanita itu.
   Ternyata apa yang kutakutkan menjadi kenyataan, saat kami tiba disana, kulihat dia sedang menarik rambut Ibuku, menyeretnya ke lemari pakaian dan menyuruhnya berkemas.

     “Dasar wanita tua brengsek !! Susah payah dulu aku menyingkirkanmu, kenapa sekarang kau kembali lagi kemari ? Cepat kemasi barangmu dan pergi dari sini. Jangan sampai besok pagi aku masih melihatmu ada disini !!”, serunya kasar seraya menghempaskan Ibuku ke lantai hingga dahi Ibuku membentur pinggiran meja dan berdarah.Secepat kilat aku menerjang masuk dan menolong Ibuku.

    “Ibu..Ibu tidak apa-apa ?”, tanyaku cemas sambil memeluk ibuku yang gemetar.
  “Baguslah kau datang !! Bawa ibumu pergi dari sini gadis sialan !! Setelah aku menyingkirkan kalian berdua, aku akan singkirkan kakakmu juga. Kalian berdua sama-sama menyebalkan. Yang satu Nona Besar yang manja, yang satu lagi gadis miskin yang tidak tahu diri. Semuanya sama seperti kau Ibunya. Dasar Pelacur !!”, wanita simpanan itu, JUNG SOMIN berani menghina Ibuku.

     Spontan aku berdiri dan menamparnya keras.
     PLAKKKKK..Kutampar keras wajah palsunya yang menyebalkan itu.
     “Kau berani menamparku ?”, tanyanya terkejut.
     “Kenapa aku harus takut ?”, tantangku berani. Kulihat Ji Hoo mendekat membantu Ibuku berdiri. 
   “Harusnya kau sadar, kaulah yang pelacur !! kau datang merayu suami orang dan menghancurkan rumah tangga orang lain, apa itu namanya kalau bukan pelacur?”, tantangku berani.

“Dasar kau anak kurang ajar!!”, serunya marah lalu menarik rambutku dan membenturkan kepalaku ke lemari. AKu berusaha membalasnya, kutarik rambutnya juga. Ji Hoo mendekat dan berusaha memisahkan kami.
      “Paman Kim..Lee An,cepat kemari !!”, teriaknya memanggil semua orang. Beberapa saat kemudian, orang yang disebut ibuku sebagai Ayah datang kemari.

     “Apa yang terjadi ?”, teriaknya marah lalu menarik Istri keduanya menjauh dariku. Sementara kakakku memeluk dan menenangkan Ibuku yang ketakutan.
      “Wanita brengsek ini memukul Ibuku !!”, teriakku marah. Tidak terima dia menyakiti Ibuku. 
       “Benar itu Ibu ?”, Tanya kakak. Ibu mengangguk pelan.

“Itu tidak benar, sayang !! Anak ini berbohong. Aku hanya memintanya pindah ke kamar yang lebih besar. Bagaimanapun juga dia ibu Lee An kan ? Jadi aku menghormatinya. Tapi dia salah paham dan mengira aku memukul Ibunya lalu dia menamparku, terang saja aku membalas”, rayunya pada orang yang mereka bilang Ayahku. Aku melotot tak percaya. JUNG SOMIN memang rubah betina yang menyebalkan.

     “Dia bohong !! Dia memukul Ibuku, Anda harus percaya padaku !! Itu buktinya !! Dahi Ibuku berdarah karena wanita itu mendorongnya dan Ibuku jatuh menabrak pinggiran meja”, seruku tidak terima.

   “Itu tidak benar, sayang !! Ibunya terpeleset”, bantah wanita itu dengan airmata palsunya.
   “Ayah..Ayah harus percaya padaku kalau..”, seruku bersikeras, tapi dia memotong kalimatku dan berkata dengan kasar.

    “Diam !! Kau tidak berhak bicara dirumah ini !! Kalau bukan karena Lee An, aku tidak sudi melihat kalian lagi !!”, ujarnya dingin, menikamku bagai belati. Mendadak airmataku mengalir lagi. Tidak kusangka dia tega bicara seperti itu pada kami. Aku bisa terima dia tidak pernah menyayangiku, tapi aku tidak terima dia lebih percaya wanita itu daripada aku, jelas-jelas wanita itu memukul Ibuku.

     “AYAH !! Tolong jangan bicara seperti itu !!”, teriak kakak membela kami.
      “Kenapa ? Apa salahku ? Kenapa Ayah begitu membenciku ? Kenapa Ayah selalu bersikap tidak adil padaku ? Kenapa ? Apa yang sudah ku lakukan sehingga pantas mendapatkan semua ini ?”, tanyaku sambil menangis sedih.

    “Ayah boleh membenciku tapi Ayah tidak boleh membiarkan wanita ini menyakiti Ibuku”, lanjutku lagi. Ji Hoo berdiri disampingku, menggenggam erat tanganku, tapi tidak mengatakan apapun.
      “Karena sikapmu sudah keterlaluan”, jawabnya kejam.

     “Keterlaluan ? Aku membela Ibu yang telah mengandung dan melahirkan aku, apakah itu keterlaluan ? Ibu yang telah berjuang mati-matian untuk menjagaku dan menghidupiku Selama 15 tahun sejak Ayah meninggalkan kami, apa itu keterlaluan ?”, tanyaku tak percaya.

    “Aku tidak tahu apa salahku ? Kenapa sejak kecil Ayah tidak pernah menyukaiku ? Padahal aku selalu menuruti apa yang Ayah katakan. Tapi kenapa Ayah tidak pernah menyayangiku seperti Ayah menyayangi kakak ? Katakan padaku kenapa ??”, jeritku frustasi. Dia terdiam.

     “Apa ayah ingat ? Waktu kecil Ayah melarangku bermain piano diruang tengah, dengan alasan takut aku merusakkannya, tapi begitu kakak merusakkannya, ayah tidak marah. Ayah juga memarahiku saat aku memecahkan gelas, tapi begitu kakak memecahkan guci antik kesayangan Ayah, Ayah juga tidak marah. Waktu ulang tahun kakak, Ayah selalu memberinya hadiah-hadiah yang indah, tapi begitu ulang tahunku, jangankan hadiah, ucapan selamat saja tidak pernah kudengar. Ayah selalu mengantar kakak ke sekolah dengan mobil mewah, tapi aku harus jalan kaki dengan hanya ditemani seorang pembantu saja. Apa itu adil untukku  ?”, aku bicara sambil  menangis, aku tidak sanggup membendung airmataku.

     “Ayah boleh membenciku. Ayah boleh tidak menyukaiku, tapi aku minta jangan sakiti Ibuku”, lanjutku lagi.
      “Yoo Jin-ah, sudah..”,ujar Ibuku sambil menangis juga.
      “Apa kau iri pada kakakmu, hah ?”, tanya JUNG SOMIN, wanita Iblis itu dengan sinis.

    “Aku tidak pernah iri pada kakak, aku hanya kecewa pada Ayah. Aku tidak pernah berharap dilahirkan menjadi anak ayah, jika aku bisa memilih, aku lebih memilih dilahirkan menjadi anak orang lain”, jawabku sambil menangis dan menatap tajam pria itu.

     “Dikabulkan !! Kau tahu kenapa Ayahmu tidak pernah menyukaimu ? Karena kau bukan Anak kandungnya, kau hanya anak hasil selingkuhan Ibumu”,jawab JUNG SOMIN dengan kejam.

   “Itu tidak benar !! Itu fitnah kejam yang kau tuduhkan padaku agar kau bisa menghancurkan rumah tanggaku, kan ?”,Ibuku membela diri.

      Kali ini kata-kata wanita itu bahkan terdengar lebih tajam dari benda tajam apapun di dunia ini, tapi aku berusaha keras tidak kecewa, dan dengan senyum yang dipaksakan aku bicara dengan mantap pada mereka.

    “Benarkah ? Tahukah Anda bahwa berita ini adalah berita paling menggembirakan seumur hidupku ? Seperti yang ku bilang, aku akan lebih bahagia menjadi anak orang lain daripada menjadi anak Anda.Selamat Malam”,ujarku dingin dan datar, dengan senyum terpaksa dari bibirku.

   “Yoo Jin-ah..”, bisik Ji Hoo yang sedari tadi hanya berdiri disampingku tanpa mengatakan apapun.
      “Nona Kim, aku titip Ibuku sebentar”, ujarku pada kakak, lalu berjalan pergi dari sana. 
      “Kim Yoo Jin, kau mau kemana malam-malam begini ?”, bentak Ayah.

     “Kim Yoo Jin sudah mati, aku bukan Kim Yoo Jin lagi. Lagipula untuk apa Anda peduli ? Bukankah aku tidak berhak atas apapun dirumah ini ? Satu hal lagi, aku sungguh berharap di kehidupan berikutnya, aku tidak perlu bertemu denganmu lagi, Tuan Kim yang terhormat !!”, jawabku sinis, sambil tetap melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

    Aku tidak tahu akan pergi kemana, yang aku tahu hanyalah aku ingin pergi sejauh-jauhnya dari rumah ini, dari mimpi buruk ini.

     “Aku akan menemanimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian”, ujar Ji Hoo padaku, berlari menyusulku. 
    “Lee An akan menjaga Ibumu, kita akan menjemputnya besok pagi”, ujarnya padaku lirih.

Setelah berjalan cukup jauh, aku mendadak berhenti. Aku spontan berbalik dan memeluknya, menangis di dadanya sekali lagi. Dia langsung memelukku lembut seraya membelai rambutku.

   “Jangan menangis !! Bukankah besok ulang tahunmu ? Aku kemari karena ingin memberikan hadiah padamu, bukan untuk melihat airmatamu Yoo Jin..”, ujarnya lembut.

     Aku mendadak tersadar. Benar. Besok hari ulang tahunku, tapi kenapa aku sama sekali tidak ingat. Ini adalah hari Ulang Tahun paling buruk dalam hidupku. Malam sebelum Ulang Tahunku, aku justru mendapat berita sedih bertubi-tubi. Setelah mantan pacarku bertunangan dengan kakakku, lalu wanita simpanan Ayah mengatakan aku bukan anak kandung Ayah. Tuhan, apa ini hadiah Ulang Tahun yang Kau siapkan untukku?

“Untukmu..Saengilchukkae Hamnida, Yoo Jin-ah”, ujar Ji Hoo Sunbae seraya mendorong tubuhku menjauh dan merogoh kantong mantelnya dan menyodorkan sebuah kotak kecil.

     “Tapi bukankah masih besok ?”, tanyaku bingung. Dia tersenyum lalu menunjukkan jam di ponselnya.

   “Sekarang pukul 00.01 tengah malam. Aku orang pertama yang mengucapkan selamat. Sangilchukkae hamnida, wish the best for you.Tapi Maaf, aku tidak membawa rumput laut ataupun kue tart untukmu”, ujarnya sambil tersenyum tulus.

    “Kau datang menemuiku malam-malam begini memang sengaja untuk memberiku selamat kan ? Kenapa tidak katakan sejak awal ? Kenapa harus mengatakan kalau bel pemadam kebakaranmu berbunyi ? Kau ini sungguh lucu”, ujarku sambil tertawa geli,  akhirnya dia pun ikut tertawa.

        “Tertawa begitu baru benar. Ini hari ulang tahunmu. Setidaknya untuk sesaat, lupakan semua masalah dan kesedihanmu dan kita rayakan ulang tahunmu dengan sesuatu yang menggembirakan”, jawabnya menghiburku.

“Terima kasih hadiahnya”, jawabku seraya kuhapus airmataku dan ku buka kotaknya perlahan. Sebuah kalung berbentuk bintang yang indah terlihat berkilau saat kotak itu ku buka.
        “Ini..Indah sekali.Kalung Meteor ?”,ujarku kagum.

       “Kalung Polaris lebih tepatnya. Sama seperti bintang Polaris yang melambangkan harapan,kalung ini juga melambangkan harapan.Dengan memakai kalung ini,Polaris akan selalu menemanimu kemanapun kau melangkah.Saat kau tidak bisa menemukan Polaris di angkasa,genggamanlah kalung ini maka kau pasti merasa harapanmu akan kembali muncul”,ujarnya seraya mengambil kalung itu dari genggamanku dan memakaikannya. 

     “Mulai sekarang aku membagi Polarisku denganmu”, lanjutnya seraya memakaikan kalungnya.
        “Terima kasih sekali lagi”, ujarku sekali lagi seraya merapikan rambutku.
    “Bagaimana jika seandainya ingatan Jae Joong Oppa tidak kembali ?”, sebuah pertanyaan bodoh tiba-tiba meluncur dari mulutku.

        “Tidak akan ada yang berubah. Matahari tetap terbit disebelah timur. Burung-burung tetap berkicau di pagi hari. Dunia tetap berputar. Hidup masih terus berjalan..”, jawabnya sambil menerawang.
         “Satu-satunya yang berubah hanyalah dia sudah melupakan aku”, jawabku sedih.
         “Aku tidak ingin melihat airmatamu, tidak untuk malam ini”, ujarnya tampak serius.

          “Hei, kau ingin main ice skeating ?”, tanyanya tiba-tiba. 
          “Haah ?”, aku hanya bisa memandangnya bingung. 
“Malam-malam begini ? Tapi dimana ?”, lanjutku lagi.
“Everland. Come on !!”, ujarnya seraya menarik tanganku menuju mobilnya dan membawaku ke Taman Bermain Everland.

       “Ji Hoo Sunbae, tempatnya sudah tutup”, protesku. 
       “Siapa bilang ? Tempat ini terbuka untuk kita”, jawabnya lalu menelpon seseorang dan beberapa menit kemudian seseorang datang dan membukakan pintunya.

     “Bukankah sudah ku bilang kalau aku adalah  Malaikat Pelindungmu ? Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Malaikat. Come On !!”,ujarnya sambil tersenyum dan menggandeng tanganku, membimbingku berseluncur di es agar aku tidak terjatuh.
       Ji Hoo benar-benar baik. Untuk sesaat aku bisa melupakan semua kesedihanku.

     “Terima kasih, Ji Hoo. Selain Ibuku, kau lah yang terbaik yang pernah di kirimkan Tuhan padaku”, batinku sambil berseluncur bersamanya. Semalam suntuk kami bermain dan bersenang-senang di taman hiburan ini. Kami mencoba semua permainan, tertawa dan gembira. Aku tidak tahu kapan terakhir aku tertawa, tapi rasanya sudah sangat lama. Ketika fajar menjelang, Ji Hoo mengajakku ke pantai untuk melihat matahari terbit. 

    “Matahari terbit sangat indah, benarkan ?”, tanyanya padaku sambil tersenyum siluet matahari terbit yang berwarna jingga.
     “Apa kau tidak lelah menemaniku semalaman ?”, tanyaku padanya.
    “Bagaimana jika tidur sebentar setelah ini ?’, jawabnya lalu setelah melihat matahari terbit di ufuk timur, kami kembali ke mobilnya dan tertidur sesaat.

     Terbangun pukul 7 pagi, Ji Hoo mengajakku sarapan disebuah restoran cepat saji.Tidak lupa dia memesan rumput laut untukku.
   “Happy Birthday Yoo Jin-ah. Makan rumput laut itu dan ucapkan permohonanmu”, ujarnya sambil tersenyum tulus.

    “Aku ingin Jae Joong mengingatku. Aku ingin ada seseorang yang tulus mencintaiku dan aku ingin keluargaku kembali seperti dulu. Walau sedikit, aku ingin Ayah menyayangiku, karena bagaimana pun juga hanya dia satu-satunya Ayah yang ku kenal”,batinku berdoa, berharap Tuhan bisa mengabulkan semua harapanku.

    Setelah makan dengan lahap, kami putuskan untuk kembali ke rumah itu dan menjemput Ibuku, tapi ternyata sekali lagi aku melihat pemandangan yang menyedihkan. 

    Aku melihat Wanita kejam itu, JUNG SOMIN, menyeret koper Ibuku dan melemparkannya ke luar pintu. Di belakangnya, kakak mengejar dan berusaha menghentikannya.

        Aku melihat kakak menolong Ibu dan mengancam wanita itu. 
       “Bibi harusnya berhati-hati. Kelak jika semua harta Ayah jatuh ke tanganku,aku akan mengusir Bibi dari sini. Jangan lupa kalau aku adalah Putri Kesayangannya. Lebih baik Bibi menjaga sikap”, ancam kakak dengan berani. 

“Kalau begitu aku juga harus menyingkirkanmu.15 tahun aku bersabar menghadapimu, harusnya ku singkirkan kau sejak dulu”, seru wanita kejam itu sambil menarik rambut Lee An dan berusaha memukulnya.Tapi aku menghalanginya, aku gigit tangannya sehingga dia melepaskan kakak.

    “Tidak akan kubiarkan seorang pun menyakiti Ibu dan kakakku”, teriakku marah lalu mendorongnya jatuh ketanah.Tapi rupanya iblis wanita itu belum menyerah, dia berdiri dan mencengkeram rambutku lalu membenturkan kepalaku ke pagar besi berkali-kali. Rasanya sakit sekali.

      “Yoo Jin !!”, teriak kakak, berusaha menolongku.Dia berusaha menarik tubuh wanita itu agar menjauh dariku, tapi wanita itu menampik tangannya dan mendorongnya ke tanah dengan keras. Aku melihat kakak jatuh ke tanah dan kepalanya membentur batu hias di taman dan mengeluarkan darah.

     “HENTIKAN!! JUNG SOMIN, TIDAK KUSANGKA KAU KAU BEGITU KEJAM !!”, teriak ayah menghampiri kami. Spontan dia melepaskan aku dan aku terjatuh ke tanah dengan keras.
      “Yoo Jin-ah”, ujar Ji Hoo menahan tubuhku.

      “Aku tidak percaya waktu Ji Hoo memberitahuku apa yang terjadi.TIDAK!! Sampai aku melihat sendiri apa yang terjadi dengan mata kepalaku.Terima kasih kepada Ji Hoo yang sudah memberitahuku dan membuka mataku. Aku jadi tahu siapa kau”, samar-samar ku dengar ayah berteriak.

      “Aku tidak sengaja !! Sungguh !! Aku hanya membela diri”, dia menyangkal.
   “Kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini !! Kita bercerai !! Aku tidak ingin melihatmu lagi”, teriak ayah tegas. 
      “Kakak… Kakakku..”, bisikku lirih sebelum akhirnya aku tidak sadarkan diri.

                                      **************************
         
Kim Yoo Jin POV, Seoul Hospital... 
         Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan, saat aku terbangun,Ji Hoo sudah ada disampingku, menyambutku dengan senyumannya yang hangat. 
“Hei, apa kau sudah merasa baikan?”,tanyanya lembut.Aku memaksakan diri tersenyum agar dia tidak merasa cemas.
“Apa yang terjadi?”,tanyaku bingung. 

“Ibu tirimu, JUNG SOMIN sudah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Aku rasa dia akan lama tinggal disana.Obsesinya pada harta telah membutakan mata hatinya”, jawab Ji Hoo menjelaskan.
“Baguslah !! Lalu bagaimana dengan kakak dan ibuku ?”, tanyaku lagi. 
“Kakakmu ada di ruang sebelah, ibumu sedang menemaninya”, sahutnya lagi.

Aku baru saja akan meminta Ji Hoo menemaniku kesana saat tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan pria itu, pria yang disebut Ibu sebagai ayahku berjalan masuk ke kamar. 
“Baguslah jika kau sudah sadar. Ji Hoo, bolehkah aku bicara dengan Putriku ?”, tanyanya pada Ji Hoo. Ji Hoo menatapku sekilas. 
"Hanya berdua”, lanjutnya lagi. Aku mengangguk pasrah sebelum akhirnya mengangangguk pada Ji Hoo.Aku masih lemas, aku tidak punya tenaga dan kekuatan untuk bertengkar dengannya.Jadi aku hanya bisa mendengarkan apa maunya.

“Apa yang Anda inginkan,Tuan ?”, tanyaku dingin tanpa sekalipun memandang wajahnya. 
“Yoo Jin-ah, ayah tahu kau masih marah. Tapi Ayah kemari ingin bicara soal kakakmu”, ujarnya, mencoba bersikap lembut padaku tapi gagal.

“Ingin memintaku mengalah lagi ? Kali ini soal apa ? Soal Jae Joong kah ?”, tanyaku tanpa basa-basi. 
“Kau memang gadis yang cerdas”, jawabnya sambil salah tingkah, karena aku sudah bisa menebak apa maunya.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan mengambil kembali Jae Joong dari kakak.Jae Joong tidak ingat lagi padaku, tidak ada lagi yang bisa ku lakukan. Apa Anda puas sekarang ? Sekarang bisakah Anda tinggalkan aku sendiri ?”, sahutku dingin dan datar.

“Ayah tahu kau menganggap Ayah adalah Ayah yang kejam, tapi Ayah tidak punya pilihan. Kakakmu sedang sakit parah. Dokter menemukan gumpalan darah di kepalanya. Gumpalan darah itu muncul akibat kecelakaan yang dialami Lee An saat kecil dulu. Sekarang gumpalan darah itu pecah akibat benturan di kepalanya. Gumpalan darah itu perlahan menekan saraf matanya dan bila tidak segera diobati juga bisa mencabut nyawanya kapan saja. Itu sebabnya Ayah ingin melihatnya  bahagia”, pria itu menjelaskan.

“Walau tanpa kakak sakit sekalipun, Anda tetap memintaku mengalah kan ? Jadi kurasa pembicaraan ini tidak ada artinya jika Anda sudah tahu jawabannya. Aku lelah. Aku ingin istirahat”, jawabku perih, lalu kutarik selimutku menutupi wajahku dan menangis sekali lagi.

Tidak berapa lama kemudian, kudengar pintu kamar terbuka lagi. 
“Sudah kubilang tinggalkan aku sendiri !!”, teriakku tanpa melihat siapa orangnya.

“Yoo Jin-ah, ini aku. Apa kau ingin aku pergi juga ?”, tanya Ji Hoo lembut. Spontan aku terbangun dan berteriak. 
“TIDAK !! JANGAN PERGI !! Jangan tinggalkan aku juga, Ji Hoo Sunbae !! Hanya kau yang kumiliki saat ini”,ujarku menangis.

Perlahan dia mendekatiku dan mendekapku dalam pelukannya. 
“Apa aku harus mengalah lagi ?”, tanyaku ditengah tangisanku. 
“Lakukan yang menurutmu baik.Ikuti kata hatimu.Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan pernah meninggalkanmu”, jawabnya menenangkan aku sambil memelukku lembut.


*************************

Myeong Dong Street..
Sementara itu, Jae Joong yang mendengar kabar bahwa Tunangannya, Kim Lee An masuk Rumah Sakit sedang membeli bunga untuk diberikan padanya, saat tiba-tiba dia melihat sebuah kecelakaan terjadi didepan matanya, membangunkan ingatannya yang tertidur. 

      Dia melihat bagaimana seorang pemuda sedang berlari menyeberang jalan saat tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang kearahnya dan menabraknya, hingga membuatnya terpental. 
Lalu lintas mendadak kacau.Semua mobil berhenti untuk menolong orang itu. Perlahan Jae Joong berjalan kearah pria yang terluka itu dan terdiam terpaku.

   “Sebuah mobil menabrakmu, aku tidak tahu siapa. Akulah yang menolongmu”, kenangnya pada ucapan Lee An waktu itu.

   “Apa masa lalu tidak penting lagi bagimu ? Aku akan menunggumu, selamanya  menunggumu.Tulisan itukah yang kau lihat ?”, sekarang giliran ucapan Yoo Jin yang memenuhi pikirannya.

       Mendadak rasa sakit menjalari kepalanya. Dia berjalan mundur dan bersandar pada salah satu pertokoan sambil memegangi kepalanya. Memukul-mukulnya.
          “Peristiwa seperti ini sepertinya pernah terjadi.Tapi dimana ?”, batinnya bingung.

        Dia berlutut seraya memegangi kepalanya dan memejamkan matanya dan kenangan-kenangan itu pun mulai muncul.
“Malam ini aku akan melamar Yoo Jin.Setelah kami lulus kuliah dan bekerja, baru aku akan memintanya menikah denganku”, Jae Joong melihat dirinya sendiri berkata dengan gembira.

    Dengan tersenyum bahagia, dia keluar dari toko perhiasan dengan tangan masih menggenggam kotak cincin yang dibelinya. Dia baru saja akan masuk ke dalam mobilnya, saat tiba-tiba dia melihat seorang anak kecil menyeberang jalan, tepat di depannya sebuah mobil melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi. Dia melihat dirinya sendiri berlari menyelamatkan anak kecil itu. Dan dia pun tertabrak. Mobil itu menabraknya, dia terbaring berlumuran darah.

     “Aku ingat !! Aku ingat semuanya. Yoo Jin, aku harus membeli cincin lagi”, ujarnya senang. Dia baru saja akan melangkah pergi saat tiba-tiba kenangan yang lain muncul. Kenangannya bersama Lee An muncul bergantian dengan kenangannya bersama Yoo Jin.

     “Bagaimana ini ? Apa yang sudah kulakukan ? Bagaimana bisa aku melupakan Yoo Jin begitu saja dan bertunangan dengan gadis lain ?”, Jae Joong berperang dengan hatinya, tapi akhirnya dia sudah memutuskan pilihannya.

      Secepat kilat dia berlari ke Rumah Sakit untuk menemui Lee An disana.Lee An yang baru saja sadar langsung tersenyum senang saat melihat Jae Joong datang menemuinya. Spontan dia memeluk Jae Joong dengan manja. Jae Joong yang terkejut pun hanya diam saja tidak melawan.Dia sendiri pun bingung bagaimana harus menjelaskannya.Gadis yang ada didepannya terlihat sangat rapuh dan bisa roboh kapan saja. Dengan perlahan dia mendorong gadis itu menjauh. Mencoba mencari cara untuk bicara.

      “Lee An, syukurlah kau baik-baik saja”, ujarnya canggung. Lee An yang mencium gelagat sikapnya yang aneh pun mulai curiga.
      “Iya, aku baik-baik saja.Tapi kenapa kau terlihat salah tingkah ? Ada sesuatu yang terjadi, Jae Joong-ah?”,tanya Lee An penasaran seraya membetulkan letak duduknya diatas ranjang.

     “Aku tidak tau bagaimana harus mengatakannya..Lee An..Aku..Aku..” Jae Joong terlihat ragu-ragu. 
     “Ada apa denganmu?”,tanya Lee An tidak sabar.
   “Aku sudah ingat semuanya. Tentang masa laluku.Tentang Yoo Jin. Tentang cintaku padanya. Aku juga ingat soal pertunangan kita”, ujarnya lirih. 

      Lee An terkejut, tapi dia berusaha tabah. Dengan berbesar hati dan tersenyum pahit dia berkata “Aku tahu suatu hari nanti hal ini akan terjadi.Aku tahu cepat atau lambat ingatanmu pasti akan pulih. Aku juga tahu kalau kau pasti akan kembali pada Yoo Jin begitu ingatanmu pulih.Aku hanya orang asing yang tiba-tiba saja muncul ditengah jalan.Tidak perlu merasa bersalah padaku. Pergilah, Jae Joong-ah !!”,ujar Lee An tulus dengan airmata menetes pelan.

“Lee An, Mianhe..”, ujar Jae Joong tulus, merasa bersalah.
“Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Itu bukan salahmu !! Bukan salah siapapun.Aku tahu ini pasti akan terjadi cepat atau lambat.Lagipula kau dan Yoo Jin memang saling mencintai, aku tidak seharusnya muncul diantara kalian”, jawab Lee An berbesar hati.

     “Lee An, kau gadis yang baik. Aku yakin pasti ada seseorang untukmu di luar sana”, hibur Jae Joong. 
      “Aku tahu itu. Lagipula selama ini Yoo Jin selalu mengalah padaku, sekarang giliranku. Giliranku menjadi kakak yang baik untuknya. Aku bahagia bila Yoo Jin juga bahagia, dia sudah terlalu banyak meneteskan airmata”, jawab Lee An tulus.

“Terima kasih, Lee An !!”, ujar Jae Joong sambil tersenyum.
         “Bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kali ?”, pinta Lee An lirih. Jae Joong tidak menjawab,dia hanya tersenyum kemudian berjalan maju dan memeluknya lembut, Lee An menangis pelan saat membalas pelukan itu. 

      “Pergilah !! Kejarlah kebahagiaanmu !!”, bisiknya ditengah pelukannya.
     Mereka berdua tidak menyadari kalau Yoo Jin ada disana melihat mereka berpelukan dari celah pintu kamar yang terbuka.

******************

Kim Yoo Jin POV :
        Aku dan Ji Hoo berada ditengah taman Rumah Sakit, aku duduk di kursi roda dengan Ji Hoo duduk disampingku di salah satu bangku taman.
       “Mereka pasangan yang serasi kan ? Sepertinya mereka memang saling mencintai.Ji Hoo Sunbae, kurasa seharusnya aku memang lepaskan Jae Joong sejak awal”, ujarku datar tapi Ji Hoo hanya terdiam.

      “Bukan hanya Jae Joong pria didunia.Tidakkah kau lihat ada aku disini ?”, ujarnya lirih. Aku spontan menoleh bingung padanya “Apa maksudmu ?”, tanyaku bingung.
      “Bukan apa-apa. Ayo kita masuk”, jawabnya mengalihkan pembicaraan. 

      Setelah insiden hari itu, sikap ayah padaku dan Ibu sedikit lebih baik, tapi kurasa ini hanya karena Kakak yang memintanya. Pada dasarnya dia tetap bersikap dingin padaku dan atas permintaan Kakak, kami pun kembali ke rumah dingin itu. Hari itu aku pulang dari kampus agak malam dan tiba-tiba saja aku mendengar pertengkaran dari kamar kakak yang terletak tepat disebelah kamarku.

      "Ayah tidak mengerti !! Bukankah kau mencintai Jae Joong ? Kenapa meminta Ayah untuk membatalkan pertunangan ini ? Apa karena Yoo Jin ?”,Tanya Ayah pada kakak.

Mendengar namaku disebut, spontan aku menghentikan langkahku.Aku tau menguping itu salah, tapi dengan suara pertengkaran mereka yang begitu keras, kurasa tanpa mengupingpun aku bisa mendengar semuanya.
“Tidak !! Itu keputusanku !! Apa Ayah tahu kalau ingatan Jae Joong sudah pulih ? Apa Ayah tahu kalau Jae Joong ingat bahwa dia mencintai Yoo Jin ? Jika Yoo Jin mau,dia dengan mudah bisa merebut Jae Joong kembali. Kenapa Ayah selalu curiga padanya ? Demi Tuhan, Ayah !! Yoo Jin gadis yang baik dan dia Putri Ayah juga, kenapa Ayah bersikap seperti itu padanya ?”,Tanya Kakak dengan suara sedih.

          Aku terhenyak dan diam.”Ingatan Jae Joong sudah kembali ? Tapi kenapa dia tidak mengatakan apapun padaku ? Kenapa dia menghilang begitu saja selama seminggu ? Apa ini berarti bahwa hubungan kami benar-benar sudah berakhir ? Dia ingat padaku tapi dia lebih memilih diam dan tidak mengatakan apapun”, batinku sedih sambil tertawa pahit.

      Merasa sudah cukup mendengar semuanya, akupun berjalan kekamar dengan lesu. Dengan hati kacau aku berjalan kearah balkon kamarku dan memandang langit yang mendung.

“Polarisku, kau dimana ? Apa kau sedang bersembunyi sekarang ? Jika aku tidak bisa menemukan Bintang Harapan, apa itu berarti aku benar-benar tidak memiliki harapan ? Kenapa beberapa hari ini langit selalu tertutup awan ?’, batinku kesal.
Perlahan aku menggenggam Kalung Polaris yang tergantung dileherku,sambil tersenyum tipis aku mengingat ucapan Ji Hoo padaku waktu itu.

Kalung Polaris lebih tepatnya. Sama seperti bintang Polaris yang melambangkan harapan, kalung ini juga melambangkan harapan.Dengan memakai kalung ini,Polaris akan selalu menemanimu kemanapun kau melangkah.Saat kau tidak bisa menemukan Polaris di angkasa,genggamlah kalung ini maka kau pasti merasa harapanmu akan kembali muncul,aku tersenyum mengenang kata-katanya.

   “Polarisku..Aku masih punya Polarisku”, ujarku sedikit lega. Saat aku memikirkan kata-kata Ji Hoo, mendadak ponselku berdering.
    “Yoboseyo.. Ji Hoo Sunbae..”, ujarku riang, entah sejak kapan aku jadi bersemangat menerima telepon darinya.

   “Langit tertutup awan, kurasa Polaris sedang bersembunyi sekarang. Tapi aku tahu dimana kita bisa melihatnya”, ujarnya ditelepon, seolah mengerti apa yang kupikirkan.
    “Sunbae, ini benar-benar ajaib. Bagaimana kau tahu aku sedang memikirkan Polaris ?”, tanyaku kagum pdanya.Kudengar suara tawa kecil diujung sana.

   “Entahlah..Sekarang aku sedang memandang bintang dan tiba-tiba saja aku teringat padamu. Bukankah itu berarti kita sehati ?”, ujarnya lirih. Mendadak hatiku dipenuhi kehangatan. Dia benar-benar bagaikan Malaikat Pelindung yang diutus Tuhan untukku. Saat aku sedih dan putus asa, dia selalu muncul dan memberiku cahaya terang.

     “Apa kau mau melihat Polaris bersamaku ?”, tanyanya lagi.
     “Dengan senang hati.Tapi bukankah Polaris sedang bersembunyi ?”, tanyaku ragu sambil memandang kearah langit.

     “Aku akan menjemputmu 30 menit lagi.Bersiaplah !! Kita akan mencari Polaris”, ajaknya padaku.Aku tersenyum senang,mendengar ajakannya.
     “Baiklah !! Aku akan bersiap”, jawabku mendadak penuh semangat. Aku bagaikan anak remaja yang menanti kencan pertamanya.

   Aku membuka lemari pakaianku dan kecewa karena tidak ada apapun yang bisa kupakai.”Aku tidak punya baju. Apa yang harus kupakai nanti ?”, gumamku seraya memandang sedih kearah lemari pakaianku. 

    Tiba-tiba terdengar suara ketukan dipintu kamarku dan Kakak melangkah masuk dengan heran. 
    ”Sudah malam, kenapa belum tidur ? kau ingin pergi dari sini ? Kenapa kau mengeluarkan semua pakaianmu ? Yoo Jin, aku tahu hubunganmu dengan Jae Joong dan aku tidak berniat merampasnya darimu. Percayalah, pertunangan itu hanyalah kesalahan. Aku sudah meminta Ayah membatalkannya. Tolong jangan pergi dari sini”, pinta Kakak memohon, terlihat panik. Aku tersenyum menenangkannya.

“Hubunganku dengan Jae Joong sudah berakhir. Kakak tidak perlu cemas. Aku akan tetap disini selama Kakak menginginkannya. Aku hanya akan pergi keluar bersama temanku.Hanya itu !!”, ujarku menenangkannya.Dia terlihat ragu.

        “Jeongmal ?”, tanyanya ragu. Aku mengangguk mantap.
        “Aku tidak akan pergi dari sini. Aku hanya akan pergi memandang bintang. Kakak mau ikut ?”, ajakku tulus. 
        ”Dengan Ji Hoo ?”, tanyanya menebak. Aku mengangguk mantap.
“Kurasa ini bagus.Pakai ini saja”,ujarnya seraya menyodorkan sebuah Gaun berwarna putih yang cantik. Aku menerimanya dan mencobanya didepan cermin.
        “Gomawo, Unnie”, jawabku lalu memeluknya sayang.

       “Ji Hoo pria yang baik.Tapi aku tetap ingin kau kembali pada Jae Joong.Bukankah dia yang kau cintai ? Jangan hanya karena kau mengalah padaku lantas kau membuang perasaanmu”, ujar kakak padaku. Aku terdiam sejenak, berpikir.

      “Jangan bicarakan ini lagi. Sekarang sudah malam, kakak tidurlah. Ji Hoo Sunbae akan menjemputku sebentar lagi”, ujarku mengalihkan pembicaraan.Terlihat tidak puas, tapi akhirnya dia menurut dan kembali ke kamar.

     “Aku tidak ingin kau mengalah lagi. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Tidak peduli Jae Joong atau Ji Hoo, selama kau bahagia, aku akan puas. Tolong jangan mengalah lagi untukku jika itu membuatmu menderita”, ujarnya sebelum meninggalkan kamarku. Aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya. Aku tidak mau memikirkan masalah ini, tidak untuk malam ini.

    Akhirnya aku putuskan untuk memakai Gaun putih pilihan Kakak. Ji Hoo suka warna putih. Sejak aku mengenalnya hingga sekarang, Ji Hoo tidak pernah lepas dari warna putih. Pangeran Berkuda Putih, itulah julukan yang diberikan para gadis untuknya. Dia bagaikan Pangeran yang muncul dari dalam cerita dongeng. Ji Hoo tampan, kaya, pintar,baik dan perhatian. Dia impian semua gadis dikampus kami. Aku tersenyum geli saat melihat dia selalu risih setiap mendapat surat cinta dilokernya atau kiriman coklat setiap hari Valentine. Ji Hoo, Pangeran Berkuda Putihku..

      Aku tersenyum mengingat kebaikannya padaku,bahkan Jae Joong pun selalu cemburu padanya saat dulu kami masih pacaran. Jae Joong selalu berkata bahwa sebenarnya Ji Hoo menyukaiku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai lelucon.Tapi entah kenapa, sekarang aku mulai memikirkan ucapan Jae Joong dulu padaku.

      “Benarkah Ji Hoo menyukaiku ?”, mendadak hatiku berdebar kencang saat memikirkan masalah itu. Aku berdiri didepan cermin sambil berputar-putar dengan jantung yang berdebar kencang, khawatir apakah Ji Hoo akan menyukai Gaunku atau tidak.

       “Ada apa denganku ? Sejak kapan aku peduli apa yang kukenakan ? Ji Hoo tidak pernah mengkomplain apa yang ku kenakan”, batinku sambil tertawa geli.

       Tidak lama kemudian ponselku berdering dan aku tersenyum senang saat melihat nama Ji Hoo muncul di layar ponselku. 
”Sunbae..”, teriakku senang. 
“Apa kau siap berburu bintang ?”, tanyanya lembut. 
          “Aku akan keluar sekarang”, jawabku bersemangat.

        Aku berjalan keluar dengan mengendap-endap mengingat ini sudah malam, bagaikan seorang gadis remaja yang diam-diam pergi berkencan dibelakang punggung orang tuanya. Mendadak aku merasa ini sangat menarik. Begitu aku sampai didepan mobilnya, aku melangkah masuk sambil tersenyum hangat.
       
      “Kau terlihat sangat..”, kalimatnya mendadak terhenti sambil menatapku dengan aneh.
      “Sangat apa ?”, tanyaku penasaran. 
     
      ”Sangat cantik malam ini”,lanjutnya lirih sambil terus memandangku, membuatku merasa malu. Diam sesaat, kami berdua mendadak tidak tahu harus berkata apa. 
”Maaf..Jika kata-kataku membuatmu tidak nyaman”, ujarnya salah tingkah saat dia sadar aku tau dia memandangiku dengan lekat.
“Kwencanayo Oppa..”,jawabku spontan.

         “Oppa ?  You call me Oppa ?”, tanyanya tidak percaya. 
Aku menutup mulutku dengan tangan karena menyadari telah salah bicara. 
”Maksudku Sunbae..”, jawabku malu-malu. 
“Oppa..Tidak begitu buruk. Aku lebih senang kau memanggilku Oppa”, bisiknya lirih. 
“Haahh ?”,ulangku bingung. Lalu spontan dia menggeleng pelan.   

“Lupakan saja. Kita pergi sekarang”,ujarnya pelan. Aku hanya mengangguk singkat.Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam. 
”Ada apa denganku ? Bukankah ini bukan pertama kalinya kami pergi bersama ? Kenapa jantungku berdetak tak karuan ?”, batinku bingung seraya meletakkan sebelah tanganku didada.

Menyadari ada yang aneh denganku,dia pun melirikku dan bertanya “Kau kenapa ? Apa kau kedinginan ?”,Tanyanya cemas. 
Aku menggeleng pelan “Ani..Kwenchana”, jawabku gugup.

Tidak puas dengan jawabanku, dia mendadak menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan melepas mantelnya dan menyelimutkannya ditubuhku. 
”Kau tahu angin musim gugur sangat dingin, kenapa memakai baju seperti itu ?”, ujarnya memarahiku pelan.

Wajah kami sangat dekat saat dia menyelimutkan mantelnya ke tubuhku dan aku merasa pipiku mendadak merah merona.Aku bisa mencium wangi parfum ditubuhnya,aku juga bisa merasakan hembusan napasnya. Mataku perlahan beralih pada bibirnya dan aku tidak tahu setan apa yang merasukiku, spontan aku melingkarkan lenganku dilehernya dan mencium bibirnya lembut.

Bibir Ji Hoo, terasa hangat dan lembut.Aku merasakan jantungku berdetak semakin kencang saat bibir kami bersentuhan. Aku bisa merasakan Ji Hoo terdiam sesaat sebelum dia mulai membalas ciumanku dan memelukku lembut. Dan kami berciuman lembut didalam mobil malam itu.Ciuman pertama antara aku dan Ji Hoo.

Setelah kami mulai kehabisan napas, Ji Hoo perlahan melepaskan ciuman dan pelukannya dan menatapku dengan gugup. 
“Kurasa kau terlalu merindukan Jae Joong sehingga menciumku seperti itu.Kau pasti berpikir aku adalah dia kan ?”, tanyanya dengan ekspresi pahit.

“Bukan begitu..Sunbae,aku..”,belum sempat aku selesai bicara, dia sudah memotong kalimatku. 
“Tapi aku bukan Jae Joong.Kami dua orang yang berbeda. Kau pasti kecewa kan ?”, potongnya sedih.
“Jadi kau benar-benar berpikir aku menciummu karena aku menganggapmu adalah Jae Joong ? Tidak !! Ini tidak ada hubungannya dengan Jae Joong !!”, protesku tidak terima, setengah berteriak.

“Kurasa kau sedang bingung sekarang.Perlukah aku mengantarmu pulang ?”, tanyanya lirih.
“TIDAK !! Aku ingin melihat bintang”, jawabku keras kepala.Aku terluka saat dia menganggapku hanya menjadikannya pelarian. Aku akui aku masih tidak tahu apa yang kurasakan, tapi aku tahu bahwa Ji Hoo adalah orang yang istimewa, sangat istimewa dihatiku.

Setelah beberapa menit berada dalam keheningan,akhirnya kami tiba ditempat yang dia tuju.Aku tidak menduga dia akan mengajakku kemari. 
“Planetarium ? Kita akan melihat Polaris disini ?”,tanyaku ragu. 
“Polaris dilangit sedang bersembunyi, dimana lagi kita bisa melihatnya jika bukan disini ? Akan kutunjukkan padamu satu lagi bintang yang istimewa”, ujarnya sambil tersenyum lembut.Aku membalas senyumannya dan mengikutinya berjalan masuk.

Ini pertama kalinya aku masuk kedalam sebuah Planetarium.Saat kami membuka pintunya, aku baru menyadari kalau seisi ruangan sangat gelap.Tapi anehnya ada banyak cahaya yang bersinar diatas kami. Dengan kagum aku memandang keatas, rasanya seperti terbang diantara ribuan bintang. Sangat indah. Bagaikan aku sedang berenang di langit yang bertabur bintang. 

“indah sekali.Banyak sekali bintang disini.Tapi yang mana Polaris ?”, tanyaku,kagum bercampur bingung.

Diantara ribuan bintang yang bersinar di langit Utara,hanya ada satu bintang yang bersinar paling terang diantara ribuan bintang lainnya yang bersinar.Dia adalah Polaris, Sang Bintang Utara yang melambangkan Harapan.Itu disana.Polaris ada dikaki rasi bintang biduk”, serunya seraya menunjuk bintang yang bersinar terang dikumpulan bintang yang berbentuk seperti gayung.

“Jadi kita sedang berdiri memandang Langit Utara ?”, tanyaku kagum. 
“Benar. Karena Polaris adalah bintang Utara. Bukankah kau hanya ingin melihat Polaris?”,tanyanya seraya menatapku.

“Tentu.Aku ingin melihat Bintang Harapanku”, jawabku sambil menatapnya penuh arti. 
“Tapi kupikir awalnya Polaris ada disana”, ujarku seraya menuding rasi bintang yang bersinar terang dengan dua bintang yang berdampingan.

“Andromeda ? Itu adalah rasi Bintang Andromeda”, jawabnya lembut. 
“Jadi namanya Andromeda ? Tapi bukankah Andromeda adalah nama Galaksi tetangga kita ?”, tanyaku bingung, aku memang tidak mengerti apapun soal ilmu perbintangan.

Ji Hoo tersenyum dan berkata “Andromeda bukan hanya nama sebuah Galaksi tapi juga nama sebuah Rasi Bintang di Langit Utara.Langit Utara bukan hanya punya 1 Rasi Bintang tapi banyak sekali bintang-bintang didalamnya,tapi memang hanya beberapa bintang yang bersinar sangat terang, salah satu contohnya adalah Rasi Bintang Andromeda dan Bintang POLARIS”, jawabnya menerangkan.

“Apa kau tahu kalau Andromeda memiliki sebuah kisah ?”, tanyanya padaku. Aku menggeleng pelan sambil tetap menatap replica langit utara yang sangat indah didalam Planetarium ini.

“Seperti apa kisahnya ? Apa kau bisa menceritakannya padaku ?’, tanyaku ingin tahu seraya memandangnya sekilas.

Menurut Legenda, Andromeda adalah Seorang Putri Raja yang cantik dan baik hati yang merupakan anak tunggal dari RAJA CEPHEUS dari Kerajaan Ethiopia dan Ratu Cassiopeia adalah Ibunya. RATU CASSIOPEIA sangat cantik tapi juga sangat sombong. Dia bahkan berani memproklamirkan dirinya Lebih Cantik dari DEWI CINTA APHRODITE dan PUTRI NEREIDS, Putri Dewa Laut Poseidon. DEWA LAUT POSEIDON yang tidak terima karena Putrinya di hina, menjadi marah dan mengirimkan seekor monster laut bernama CETUS untuk menghancurkan pesisir Pantai Etiophia dan Kerajaan. Kemudian Para orang bijak mengumumkan bahwa Raja harus mengorbankan Putrinya kepada si Monster Laut untuk menghentikan kutukan itu, Ji Hoo berhenti sejenak untuk melihat reaksiku.

“Apa kau ingin berkata kalau Putri Andromeda harus dikorbankan demi menyelamatkan kerajaan ? Tapi ini tidak adil!! Putri Andromeda sangat baik,bukankah yang sombong itu Ibunya ?? Mengapa harus Andromeda yang jadi korban ?? Menyebalkan !!”, protesku tidak terima.Tapi dia hanya tersenyum penuh arti.

“Hidup memang kadang tidak adil, Yoo Jin-ah !!”,jawabnya lirih. Aku terdiam mendengarkan. 
“Lanjutkan !!”, pintaku lagi. Kulihat dia kembali melemparkan pandangannya ke langit lalu kembali bercerita.

Keesokannya, PUTRI ANDROMEDA di rantai pada batu karang di tepi pantai. Menunggu Sang Monster Laut datang untuk membunuhnya, tapi tiba-tiba seorang Pemuda bernama PERSEUS, yang jatuh cinta pada Putri Andromeda datang dan berusaha menyelamatkannya, lanjut Ji Hoo.

Mendengar ada seorang pemuda yang menyelamatkan Sang Putri,aku mendadak menjadi lega.

“Benarkah ? Ini baru adil, benarkan ? Tidak adil jika ada seorang Putri yang baik hati harus menjadi korban Monster Laut karena kesombongan Ibunya. Lalu bagaimana ? Apa Perseus berhasil menyelamatkannya ? Andromeda tidak jadi mati kan ? Tapi bagaimana caranya Perseus menyelamatkan Putri itu ?”, tanyaku bertubi-tubi dengan penuh semangat. Ji Hoo hanya menatapku sambil tersenyum.

Perseus lalu pergi mencari MEDUSA dan membunuhnya, kemudian mengambil kepalanya. MEDUSA adalah seorang wanita berambut ular dan siapapun yang menatap matanya akan berubah menjadi batu,jawab Ji Hoo lalu menatapku penuh arti. Perlahan aku mulai menangkap kisah ini dan mengerti maksudnya.

"Aku tau..Pasti PERSEUS ingin menggunakan kepala MEDUSA untuk dihadapkan pada CETUS, supaya Monster Laut itu berubah menjadi batu saat dia menatap mata MEDUSA, benarkan ??”,ujarku  menebak dengan antusias.

Ji Hoo mengangguk sambil tersenyum senang.“TEPAT SEKALI !!! Karena memang itulah satu-satunya cara untuk membunuh CETUS. Akhirnya setelah melalui berbagai perjuangan, PERSEUS berhasil mengalahkan si Monster Laut dan menyelamatkan PUTRI ANDROMEDA lalu melepaskannya dari rantai pada batu karang ditepi laut itu “,jawabnya sambil tersenyum.

“And they lived happily ever after, right ?”, tanyaku seraya tersenyum senang, puas dengan hasil akhirnya. Ji Hoo mengangguk mantap.

“Dan setelah berbagai kesulitan dan rintangan akhirnya mereka bisa menikah dan bahagia selamanya. Saat meninggal, Andromeda pun ditempatkan di Langit, sebagai Galaksi yang paling dekat dengan bumi juga sebagai Rasi Bintang yang menyala terang. Pada malam-malam cerah yang berbintang sangat mudah melihatnya, jawab Ji Hoo sambil memandang bintang di Langit Utara.

Aku tersenyum puas.”Benar-benar kisah cinta yang indah kan ? Kisah tentang seorang Pangeran yang menyelamatkan seorang Putri yang terikat di batu karang. Aku merasa Andromeda sangat beruntung, Perseus muncul disaat dia dalam bahaya. Kisah ini bahkan lebih indah daripada kisah Putri Cinderella, benarkan Sunbae ?”, tanyaku sambil tersenyum dan dia mengangguk lagi.

“Apa kau tahu Sunbae ??”,tanyaku,menggantung pertanyaanku. 
”Tahu soal apa ?”,tanyanya penasaran.

“Apa kau tahu kalau Perseus sangat mirip denganmu ? Perseus mendadak muncul saat Andromeda butuh bantuan dan menyelamatkannya, sama seperti kau yang selalu muncul saat aku dalam kesulitan dan kesedihan.Bukankah kalian mirip ?”, tanyaku lirih.

“Bukankah kau sudah memiliki Perseusmu sendiri ? Jangan lupa dia sudah kembali”, jawabnya lirih dan aku melihatnya mendadak sedih. 
“Kurasa semuanya sudah berakhir untukku. Sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali”,jawabku pelan dan dalam.

“Bagaimana jika seandainya dia muncul dihadapanmu dan ingin kembali ? Bagaimana jika seandainya ingatannya sudah pulih ? Kau pasti akan langsung kembali padanya kan ?”, tanyanya dengan ekspresi sedih.

“Sunbae…”,aku tidak tahu harus berkata apa.Semakin hari aku semakin tidak mengerti perasaanku sendiri. 
”Sudah malam.Ayo kita pulang”,ajaknya lembut, mengalihkan pembicaraan. 

Tanpa kata dia berjalan mendahuluiku, membuatku mau tidak mau harus mengikutinya.Aku menatap bayangan punggungnya dari belakang, bayangan punggung Ji Hoo yang terlihat selalu kesepian.

Ji Hoo anak yang malang, kudengar Ibunya meninggal waktu usianya masih 6 tahun karena kecelakaan, itu sebabnya dia menjadi sangat pendiam dan tertutup.Tampan, pintar, kaya tapi sangat misterius.. itu yang semua orang katakan tentangnya dan harus kuakui, kadang aku juga tidak memahami dirinya.

Beberapa bulan sejak Jae Joong menghilang, hanya dialah yang selalu ada disisiku dan menghiburku, perlahan tapi pasti, dia membuat kesepian dihatiku mulai terobati.Dia yang selalu membukakan jalan saat aku tidak tahu kemana harus melangkah, tapi aku masih belum mengerti perasaan apa ini yang sebenarnya.

“Terima kasih telah menemaniku melihat bintang”,ujarnya saat kami sudah sampai didepan gerbang rumahku.

Aku menggeleng pelan dan berkata “Tidak!! Akulah yang seharusnya berterima kasih.Terima kasih karena telah memberiku malam yang hebat ini.Polaris..Andromeda..kau yang membuatku mengenal semuanya.Dengan melihat Polaris,aku merasa harapanku kembali muncul.Gomawo Sunbae”,ujarku tulus.

Dia tersenyum lalu mengantarku hingga ke depan gerbang rumah.Namun pada saat aku akan membuka pintu gerbangnya, seseorang memanggilku dengan penuh kerinduan.

To Be Continued...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads