Author : Lee
An TS501
Starring :
Kim Hyun Joong
as Yoon Ji Hoo
Uee’s After
School as Kim Yoo Jin
Kim Jae Joong
as Himself (Yoo Jin's Ex Boyfriend)
Author as Kim
Lee An (Yoo Jin’s Older Sister)
Kim Hyun Joong
as Kim Shi Lang (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)
Kim Kyu Jong
as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)
Kim Hyung Jun
as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend)
Yeyen Norma
Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend)
Jung Somin as
Hong Mo Nae (The Girl Who Love Yoon Ji Hoo)
“WISHING
STAR 6 – SS501 &
Uee Fanfiction”
“CHAPTER 6 :
FIGHT THE BAD FEELING”
The Wedding Day, Kim Yoo
Jin POV :
Hari
ini adalah hari yang indah, setidaknya ini adalah hari yang indah bagi Kakak. Hari ini adalah hari baru baginya dan
hari ini juga aku akan mendampinginya memasuki altar gereja. Aku tahu dia
sangat bahagia, tapi aku tidak tahu kebahagiaan ini akan bertahan berapa lama. Kulihat
semua tamu sudah datang, kecuali Pengantin Wanitanya, bahkan kulihat Jae Joong
sudah siap disana, dia berdiri dikelilingi oleh teman-temannya.
Yoon Ji Hoo POV :
“Selamat atas pernikahanmu, kawan.
Semoga bahagia”, ujarku tulus padanya. Tapi dia justru menatapku dengan sinis.
“Kau pasti senang kan ?? Jika aku
menikah dengan Lee An, tidak ada lagi yang akan menghalangimu mendekati Yoo
Jin.. Dalam hatimu kau pasti sedang tertawa menang”, ujar Jae Joong sinis
padaku.
Aku
hanya tersenyum simpul. Ternyata selama ini dia memang selalu curiga padaku.
Aku tau dia menyadari cinta terpendamku pada Yoo Jin dan dia selalu
menganggapku sebagai saingan. Tapi aku sama sekali tidak menyangka dia akan
menganggapku serendah itu.
“Aku sama sekali tidak menyangka kau
akan menganggapku serendah itu. Jika aku mau, dan jika memang aku seperti yang
kau katakan, aku sudah berusaha merebut Yoo Jin sejak lama.. Tidak peduli walau
kau ada disisinya. Kaulah yang memilih meninggalkannya, melupakannya dan
mencintai wanita lain dan saat kau sudah kehilangan dia, kau malah berbalik
menyalahkan aku.. jadi seperti inikah aku dimatamu ?? Jae Joong Hyung,
selamanya kau adalah saudaraku, dan jika di matamu aku begitu buruk, kurasa
persahabatan kita memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi”, jawabku tegas.
“Aku jadi curiga, jangan-jangan
kecelakaan yang menimpaku, kaulah yang merancangnya”, tuduh Jae Joong kasar.
“Jae Joong Hyung, tidakkah kau sudah
keterlaluan ?? Teganya kau menuduh Ji Hoo Hyung seperti itu”, bela Kyu Jong
kesal.
“Sudahlah, Kyu.. terserah dia mau
berpikir apa. Kita kemari karena ingin mengucapkan selamat. Jika Mempelai pria
tidak ingin menerima ucapan selamat dari kita, kita tidak seharusnya
memaksanya”, ujarku pada Kyu.
“Tapi itu fitnah, Hyung. Kami tau kau
bukan orang seperti itu”, protes Kyu lagi.
“Benar. Karena jika kau memang berniat
merebut Yoo Jin, kau sudah lakukan itu sejak dulu. Jae Joong Hyung, aku melihat
sendiri bagaimana bahagianya kau di pesta pertunangan itu”, Hyung Jun ikut
membela.
“Jae Joong Hyung, daripada kau
menyesali masa lalu yang sudah terjadi, bukankah lebih baik kau berusaha
membahagiakan calon istrimu dan berhenti memikirkan wanita lain ??”, Shi Lang
ikut memprotes.
“Lagipula, jika kau benar-benar
mencintai Yoo Jin, bukankah kau seharusnya berjuang lebih keras lagi ?? Tapi
apa ini ?? Kau justru menikahi wanita lain. Jadi hanya seperti itu cintamu ??”,
ujar Kyu Jong tajam.
“Yoo Jin yang memaksaku untuk
menikah”, Jae Joong membela diri.
“Oh iya ?? Tapi jika kau memang masih
menginginkannya, kau kan bisa lakukan segala cara untuk menolak, benarkan ??”,
sindir Kyu Jong tajam.
Pengantin pria sepertinya tidak
menyukai kehadiran kami disana, entah kenapa aku merasa Jae Joong Hyung sudah
berubah, mungkin karena dia takut kehilangan Yoo Jin atau mungkin dia merasa
terpaksa dengan pernikahan ini, tapi apapun alasannya, pernikahan ini sudah
tidak bisa di hindari lagi. Sudah tidak ada jalan untuk kembali.
Kyu Jong dan Jae Joong masih berdebat,
aku menarik Kyu mencoba menenangkannya. Bagaimanapun juga kami harus
menghormati pengantin pria kan ??
“Sudahlah, Kyu.. Bukankah sekarang
adalah hari bahagia ?? Jangan berdebat dengan pengantin pria. Ayo pergi !!”,
ujarku sopan.
“Maaf jika kehadiran kami
mengganggumu. Harusnya kau memang tidak perlu mengundang kami kemari”, sindirku
halus. Tersinggung dengan pendapatnya tentang aku yang seolah merendahkan aku.
Saat aku baru akan pergi bersama
teman-temanku, kulihat Yoo Jin berjalan kearah kami. “Kurasa Yoo Jin sudah
menyesal melepaskan aku. Jika dia meminta aku tidak menikah, aku akan
membatalkannya sekarang juga”, ucap Jae Joong percaya diri, seraya melirikku.
“Kenapa kau begitu yakin ??”, Tanya
Shi Lang ingin tau.
“Karena aku tau dalam hatinya dia
masih mencintaiku”, jawab Jae Joong percaya diri sambil tersenyum.
“Selamat sekali lagi.. Kami pergi
dulu”, ujarku seraya menepuk bahunya singkat lalu berbalik pergi. Aku tersenyum
hangat pada Yoo Jin yang terlihat sangat cantik hari ini saat aku berjalan
melewatinya.
“Terima kasih sudah datang”, ujarnya
lembut sambil tersenyum manis.
“Kau cantik sekali hari ini”, pujiku
tanpa sadar, aku melihat wajahnya bersemu merah karena pujianku.
“Gomawo Oppa..”, ujarnya malu-malu,
lalu langsung menutup mulutnya saat menyadari dia menyebut kata “Oppa” padaku.
Aku tersenyum tipis mendengarnya. Aku lebih menyukai panggilan itu daripada
“Sunbae” yang terdengar sangat formal.
“Kau
pasti ingin bicara dengannya kan ??”, tanyaku seraya melirik Jae Joong yang
berdiri tak jauh dari kami dan mengawasi kami dengan ujung matanya. Yoo Jin
mengangguk pelan.
“Aku
sudah berada di tengah jalan dan aku sama sekali tidak ingin kembali ke
belakang”, ujarnya lirih sambil memegang lenganku erat dan menatap mataku
dalam.
“Yoo
Jin..”, ujarku bingung.
“Tunggulah
aku..Kau akan menungguku kan ??”, tanyanya penuh harap. Aku mengangguk pelan.
“Menunggu untuk apa ?? Menunggumu
kembali padanya ??”, batinku pahit saat melihatnya berjalan
kearah Jae Joong yang menyambutnya dengan senyuman.`
Kim Yoo Jin POV :
Aku
berjalan mendekati Jae Joong dan mengucapkan selamat padanya “Selamat atas
pernikahanmu. Kau harus membuat kakak bahagia.Jika tidak, aku tidak akan pernah
memaafkanmu”, kata-kataku memang lebih menyerupai ancaman daripada ucapan
selamat, tapi aku tidak peduli.
“Masih
ada waktu untuk membuatku berubah pikiran.Jika kau tidak ingin aku menikah, katakan
saja. Aku pasti akan membatalkannya sekarang”, ujarnya penuh percaya diri. Aku
hanya menarik napas lalu berjalan pergi meninggalkannya. Aku tidak ingin
berdebat dengan Pengantin Pria. Dia menatapku dengan pandangan kecewa tapi aku
sudah membulatkan tekad.
“IT MUST HAVE BEEN LOVE, BUT ITS OVER
NOW !!!”, tekadku dalam hati saat berjalan menjauh darinya.
Tidak
lama kemudian,mobil Pengantin tiba.Aku berlari menyambut kakak,kupegang ujung
Gaun Putihnya dan Tuan Kim berjalan disampingnya seraya menggandeng tangannya
dan membawanya ke altar. Aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Wajah kakak
terlihat pucat, Gaun Pengantin seputih salju itu sama putihnya dengan wajahnya,
tapi kupikir itu hanya perasaanku saja.
Setelah
sampai didepan Altar, Tuan Kim menyerahkan kakak pada Jae Joong dan kami pun
duduk dikursi masing-masing dan acarapun dimulai.
Tidak
bisa kupungkiri aku iri pada kakak. Aku pernah bermimpi, akulah yang mengenakan
Gaun Pengantin itu dan berjalan ke Altar bersama Jae Joong.Hidup bahagia
selamanya hingga maut memisahkan kami. Tapi ternyata jodohku dengannya sudah
berakhir sampai disini.
Kupandang
mereka berdua, kulihat mereka berdua tersenyum bahagia. Aku bisa merasakan
semua orang ditempat ini sangat bahagia, mungkin hanya aku yang menderita. Jika
kecelakaan itu tidak pernah terjadi, akulah yang akan berdiri di Altar itu dan
mengucapkan Sumpah pernikahan. Tapi sekali lagi aku harus mengalah, sekali lagi
milikku dirampas.
Terlalu
banyak kenanganku dengannya. Terlalu banyak kisah yang tercipta antara aku dan
dia. Kenangan yang mulai sekarang harus aku lupakan.
Kecelakaan
itu yang mengubah semuanya, kecelakaan yang membuatku berpisah dengannya
selamanya.
“Oppa,maafkan
aku !! Bukannya aku tidak ingin kembali padamu, tapi aku tidak
bisa !! Aku merasa jodoh kita sudah berakhir. Bahkan Tuhan pun ingin aku
menyerah. Mulai hari ini aku akan melepaskanmu.Benar-benar melepaskanmu.Selamanya
dari hidupku”, batinku saat melihatnya berdiri diatas altar bersama kakak.
Aku
merasa ini sangat lucu.Beberapa hari yang lalu, aku mengatakan aku jatuh cinta
pada Ji Hoo, tapi sekarang aku menangis karena Jae Joong. Tapi aku yakin
siapapun orangnya pasti juga merasakan hal yang sama sepertiku. Walau
perasaanku padanya perlahan mulai berubah tapi kenangan diantara kami tidak
semudah itu dilupakan. Kenangan itulah yang membuatku tersiksa. Ibu yang duduk
disampingku perlahan menggenggam tangahku erat, seolah-olah mengatakan “Jangan
menangis, Sayang !! Kau harus tabah”.
Mulanya
pernikahan ini berjalan mulus, tapi saat mereka akan memakai cincin, tiba-tiba
Kakak terjatuh ke lantai. Upacara mendadak kacau. kami spontan berlari kearah
mereka. Wajah kakak semakin pucat, napasnya mulai tidak beraturan.Tuan Kim
bergegas mengangkat kakak dan membawanya ke Rumah Sakit. Jae Joong ikut
dengannya, menjaga kakak.
Kuseret
ibuku dan mengajaknya naik ke mobil bersamaku, mengikuti mereka dari belakang.
Sesampainya
di Rumah Sakit, para Dokter langsung membawanya ke Ruang Operasi.Kami semua menunggu
dengan cemas di luar pintu operasi.
“Kami
sudah berusaha. Gumpalan darah di otaknya yang kini mulai pecah sudah menyerang
system kerja otaknya, membuat tubuhnya tidak mampu lagi menerima
pengobatan.Tuhan bisa mengambil nyawanya
kapan saja”, ujar Dokter itu, sesaat setelah dia keluar dari ruang Operasi.
Tuan Kim terduduk lemas di kursi tunggu pasien sambil menangis lirih.
“Putri
kesayanganku. Putri yang sejak kecil kujaga dan kurawat dengan tanganku
sendiri, kenapa harus begini ?? Apa salah Lee An ?? Dia gadis yang baik. Kenapa
ini semua harus menimpanya ?”, ujarnya sambil menangis pelan.Jae Joong memeluk
pundaknya lembut, berusaha menenangkannya.
“Lee
An, Putriku..Maafkan Ibu yang selama ini tidak pernah menjagamu. Ini salah
Ibu.Ini salah Ibu”, ibu juga menyalahkan dirinya sendiri sambil menangis pelan.
“Ibu,
ini bukan salah siapapun”, ujarku menghiburnya, sambil menangis pelan.
“Nona
Kim ingin bertemu kalian”, ujar salah seorang Perawat pada kami, meminta kami
masuk ketempat Kakak berada sekarang. Kami semua mengangguk pelan dan setelah
menghapus airmata, kamipun masuk kedalam.
“Kakak,
tenanglah !! Semua akan baik-baik saja !! Kakak harus istirahat !!
Pernikahannya akan dilanjutkan setelah Kakak sehat”, hiburku sambil duduk di
kursi disamping ranjangnya.
Kulihat
Kakak sangat rapuh. Saat itu aku sadar, tanpa Jae Joong aku masih bisa hidup. Tapi
kakak, tanpa Jae Joong, dia tidak bisa apa-apa. Seumur hidup baru saat inilah
aku menyadari jika tindakanku memang tepat. Tiba-tiba saja aku takut. Aku takut
kehilangan kakak. Tanpa sadar airmataku kembali mengalir, kakak mengangkat
tangannya dan mengusap airmataku.
“Anak
bodoh !! Apa yang kau tangisi, adik ? Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Tersenyumlah
!! Tersenyumlah untukku, Yoo Jin”, pintanya lembut dengan suara
tersendat-sendat.
Dengan
hati yang sakit dan senyum yang dipaksakan, aku tersenyum padanya.
“Begitu
baru adikku. Maafkan aku !! Sejak kecil aku selalu menyakitimu. Aku selalu
merebut apapun milikmu. Apapun yang kau miliki, aku selalu merampasnya.Boneka, baju,
tas, kasih sayang Ayah bahkan aku juga merampas kekasihmu. Tapi kau tidak
pernah marah padaku. Mungkin sekarang Tuhan sedang menghukumku, menghukumku
karena keserakahanku. Aku memang pantas menerimanya, Sangat pantas”, suara kakak
tersendat-sendat,terputus oleh suara tangisnya sendiri.
“Kakak..Jangan
bicara lagi. Cukup !! Kau boleh mengambil semuanya. Ambil saja !! Asal kau
sembuh dan kau bahagia, kau boleh mengambil semua
yang kumiliki, aku tidak peduli !!!”, ujarku sambil menangis.
"Berjanjilah
!! Kau akan hidup dengan bahagia. Tidak lama lagi, aku akan mengembalikan
semuanya padamu. Kasih sayang Ayah, barang-barang kesayanganmu yang sudah
kurampas dan kebahagiaanmu, Jae Joong. Berjanjilah padaku kau akan berdiri di
Altar itu untuk menggantikan aku”, ujarnya lagi, sambil menggenggam erat
tanganku.
Aku
benci mendengarnya bicara seperti itu. Aku
benci caranya bicara yang seolah-olah seperti pesan terakhir.
“Jangan
bicara lagi, kumohon !! AKu tidak ingin Kakak mengembalikan apapun. Aku tidak
peduli dengan semua itu !! Aku rela memberikan apapun agar Kakak bisa
tersenyum. Aku hanya mau kakak !! AKu tidak mau yang lain !!”, teriakku sambil
menangis.
“Yoo
Jin-ah..Tenanglah !!”,ujar Ibu seraya memeluk pundakku lembut.
Aku
tidak bisa lagi mengendalikan perasaanku. Aku tidak bisa menjadi gadis yang
tegar. Aku berusaha keras mengontrol suaraku tapi ternyata tidak bisa. Suaraku
terdengar aneh, penuh rasa sakit dan penyesalan.
“Hari
ini aku tidak bisa menikah. Mungkin selamanya juga tidak bisa. Aku ingin kau
menggantikan aku mendapatkan kebahagiaan”, lanjutnya lagi, tetap dengan suara
dan ekspresi yang sama.
“Ayah,
jangan benci Yoo Jin !! Dia tidak bersalah. Aku yakin Yoo Jin adalah Putri
kandung Ayah. Lakukan test DNA jika itu memang diperlukan. Bila aku pergi,
hanya Yoo Jin satu-satunya harapan Ayah. Anggap ini permintaan terakhirku, tolong
jaga dan sayangilah Yoo Jin seperti Ayah menyayangiku. Bisa kan ??”, pintanya
pada Tuan Kim yang hanya bisa mengangguk sedih mendengar permintaan Putri
Kesayangannya.
“Ibu,
terima kasih sudah melahirkanku ke dunia ini. Di kehidupan berikutnya, aku
sangat berharap bisa kembali menjadi Putrimu lagi”, ujarnya seraya menggenggam
erat tangan Ibu. Ibu perlahan maju dan memeluknya lembut.
“Lee
An, kau adalah Putri tersayang Ibu. Percayalah !! Maafkan Ibu tidak bisa
menjagamu sejak kecil”, ujar Ibu sambil menangis keras.
“Itu
bukan salah Ibu, Ibu adalah Ibu terbaik yang pernah ada didunia. Aku sayang
Ibu. Aku sayang Yoo Jin. Aku sayang Ayah. Aku sayang kalian semua”, ujarnya
terbata-bata.
“Jae
Joong, terima kasih sudah memberiku kebahagiaan walau hanya sekejap. Tolong
jaga Yoo Jin untukku. Saranghae !!”, ujarnya seraya menarik tanganku dan Jae
Joong dan menyatukannya.
”Tentu
!! Nado Saranghae, Lee An !!”, jawab Jae Joong sambil menangis juga.
“Aku
lelah.Sangat lelah”, ujarnya lagi sebelum akhirnya memejamkan matanya dan
tertidur. Tertidur selamanya. Kakak sudah pergi. Pulang ke rumah Bapa di surga.
Kakak meninggal dalam pelukan Ibu sambil tersenyum bahagia. Bahagia walau tidak
jadi menikah.
Aku
tidak tahan lagi. Aku berlari keluar dari kamar itu, ingin mencari tempat yang
sepi untuk menangis. Aku tidak ingin mereka melihatku menangis. Aku berlari
sejauh-jauhnya, melewati lorong demi lorong di Rumah Sakit ini. Sampai akhirnya
aku tidak sengaja melihat mereka, Ji Hoo dan Mo Nae sedang bicara berdua. Mo
Nae bicara dengan suara keras dan Ji Hoo hanya diam memandangnya. Karena
penasaran, akupun memutuskan untuk bersembunyi dibalik dinding koridor Rumah
sakit ini, menguping pembicaraan mereka. Aku tahu menguping itu salah, tapi aku
sangat penasaran dengan hubungan mereka yang sebenarnya, apalagi saat kudengar
mereka menyebut namaku, membuatku semakin penasaran.
“Kau
mencintaiku ?? Beri aku 3 alasan mengapa kau mencintaiku !!”, ujar Ji Hoo
dengan suaranya yang arogan.
“Karena
kau tampan. Karena kau bilang aku manis dan karena kau tidak punya pacar”,
jawab Mo Nae dengan lancar.
Kulihat
Ji Hoo tersenyum mendengar jawabannya lalu kemudian menjawab “Itu bukan cinta. Itu
namanya suka. Kau menyukaiku tapi kau bukan mencintaiku”, jawab Ji Hoo santai.
“Memang
apa bedanya ??”, protes Mo Nae.
“Itu
2 hal yang sangat berbeda. Mencintai seseorang tak butuh alasan”, Ji Hoo berhenti sejenak sebelum melanjutkan
kalimatnya.
“Saat
kecil, aku sangat ingin naik sepeda tapi aku tidak bisa.Aku tidak menyerah, walau
harus berkali-kali terjatuh dan terluka, aku tetap berusaha. Semakin aku sakit,
semakin aku tidak ingin berhenti. Kau tahu kenapa ?? Karena aku sudah jatuh
cinta padanya”, suara Ji Hoo seolah melukiskan kalau dia benar-benar merasa
sakit. Dia memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celananya dan memandang
lurus ke depan tapi bukan kearah Mo Nae.
“Kau
bicara tentang sepeda atau tentang Yoo Jin ??”, Tanya Mo Nae sinis. Aku
tersentak mendengar namaku disebut.
“Tentu
saja Yoo Jin”, sebuah jawaban yang membuatku lebih terkejut.
“Yoo
Jin membuatmu menderita kan ?? Kau mencintai Yoo Jin kan ??”, Tanya Mo Nae
setengah memaksa.
Dalam
hati aku berdoa “Kumohon jawablah Sunbae.. Aku ingin mendengarnya”, batinku
berharap. Tapi dia hanya terdiam tak menjawab.
“Hei,
disana tidak ada jawaban !!”, ujar Mo Nae seraya menunjuk arah yang dipandang
Ji Hoo. ”Jawabannya ada disini !!”, lanjutnya
lagi seraya menyentuh dada Ji Hoo, memperjelas kata-katanya.
Tapi
Ji Hoo tetap tak berkutik, seolah pikirannya tidak disini. Dia tidak menjawab
juga tidak menyangkal.
“Walau
kau tidak mengatakannya, aku sudah tau semuanya. Tapi aku tidak akan menyerah
!! Kim Yoo Jin tidak mencintaimu. Setelah Lee An meninggal, aku yakin dia akan
kembali pada Jae Joong dan tidak ada lagi kesempatan untukmu. LUPAKAN DIA dan
MULAILAH DARI AWAL DENGANKU !!”, sentak Mo Nae, setengah memaksa.
“
Maaf, tapi aku hanya punya 1 hati dan sudah ku berikan padanya”, jawab Ji Hoo
pelan dan dalam.
“Sedalam
itukah ?? Yoo Jin hanya bisa memberimu luka.. Berhentilah sebelum kau terluka
lebih dalam dan datanglah padaku”, bujuknya tak menyerah.
“Yoo
Jin membutuhkan aku. Aku harus kembali padanya”, lanjutnya, lalu tanpa
menghiraukan Mo Nae yang menangis pelan, dia melangkah pergi dari sana.
“JAE
JOONG SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK BUTUH KAU LAGI !!”, serunya sebelum Ji Hoo benar-benar pergi.
Mendengar
ucapannya, aku begitu tersentuh tapi aku juga merasa sangat bersalah padanya.
Selama ini aku selalu menyakitinya tanpa aku pernah menyadarinya.
*******************************
Setelah
mengelilingi Rumah Sakit ini dengan perasaan galau, akhirnya aku menemukan
tempat yang sepi untuk menyendiri. Sebuah tempat disudut Koridor Rumah Sakit
disamping pintu masuk Taman. Aku terduduk dan berpikir, mengenang kakak dan
semua kenangan kami saat masih kecil. Airmataku masih belum berhenti mengalir. Tiba-tiba
sebuah suara mengagetkanku.
“Ternyata
kau disini. Orang tuamu mencarimu kemana-mana. Mereka akan segera memindahkan
tubuh Kakakmu ke Rumah duka”, Jae Joong tiba-tiba duduk disampingku.
“Aku
sedang ingin sendiri”, jawabku singkat seraya mengusap airmataku.
“Baiklah
!! Aku mengeri. Aku tahu ini pasti sulit untukmu”, Jawab Jae Joong lalu
langsung berdiri dan berniat pergi, tapi mendadak langkahnya terhenti.
“Ji
Hoo-ah..Kebetulan sekali.Aku baru saja memberitahu Yoo Jin kalau mereka akan
memindahkan tubuh Lee An ke rumah duka, sekaligus ingin menghiburnya, tapi
sepertinya dia ingin sendiri”, jawab Jae Joong, secara tidak langsung ingin
mengusir Ji Hoo.
Entah
kenapa aku bisa berpikir sejahat itu, tapi pikiran itu melintas begitu saja. Sedetik
kemudian Jae Joong sudah menghilang dibalik koridor itu sementara Ji Hoo masih
berdiri terpaku ditempatnya tadi. Dan beberapa detik kemudian barulah dia
berjalan kearahku, kupikir awalnya dia akan duduk disampingku dan menghiburku
tapi ternyata aku salah, dia justru berjalan melewatiku.
“Ji
Hoo Sunbae, bisakah kau menemaniku sebentar saja ??”, pintaku memohon. Dia
menghentikan langkahnya tapi tidak bergeming memandangku.
“Ada
yang ingin kau katakan ?? Kupikir kau ingin sendiri”,
jawabnya singkat, tapi segera berbalik dan duduk disampingku.
“Dia
sudah pergi. Kakak tidak akan pernah kembali”, ujarku lirih dengan setetes
airmata jatuh dipipiku.
“Aku
tahu. Jae Joong baru saja mengatakannya”, jawabnya pelan dan hati-hati, lalu
terdiam beberapa saat.
“Sudah
lelah..”, lanjutnya tiba-tiba. Kupandang dia dengan heran dan bertanya bingung
“Sekarang baru pukul 5 sore. Kenapa kau bilang sudah lelah ??”, tanyaku bingung
seraya menghapus airmataku.
“Maksudku
kau”, tegasnya seraya balik memandangku dengan lembut.
“Aku
??”, tanyaku semakin bingung.
”Selama
ini kau selalu berjuang keras untuk kebahagiaan kakakmu.Sekarang saatnya kau
berjuang untuk kebahagiaanmu sendiri”, jawabnya, tapi tetap saja aku tidak
mengerti.
“Apa
maksudmu ?? Aku tidak mengerti”, jawabku bingung.
“Yoo
Jin, aku tidak bisa selamanya disisimu. Suatu saat aku harus pergi. Tapi
sebelum aku pergi, aku ingin melihatmu bahagia seperti dulu”, jawabnya dengan
ragu-ragu.
Kutatap
dia dengan tajam, sekarang aku mengerti arah pembicaraannya. Dia ingin pergi
meninggalkan aku sama seperti Jae Joong meninggalkan aku dulu.
“Apa
kau bosan menemaniku ?? Apa kau ingin meninggalkan aku sama seperti Jae Joong
dulu ?? Apa kau tidak ingin bersamaku lagi ?? Apa kau juga ingin mengingkari
janjimu sama seperti Jae Joong mengingkari janji kami ?? Jawab aku !! Benarkah
semua itu ?? Satu per satu semua orang kini meninggalkanku”, ujarku mulai
menangis lagi.
“Aku
baru saja kehilangan kakakku, sekarang sahabat terbaikku juga akan
meninggalkanku. Baguslah. Lengkap sudah penderitaanku. Pertama Ayahku, Jae
Joong, kakak dan sekarang kau !! Selanjutnya siapa lagi ??”, lanjutku lagi
sambil mengusap airmataku.
“Dengarkan
aku dulu..”, pintanya.Tapi aku sedang tidak ingin mendengar apapun lagi. Sebelum
dia mulai bicara lagi aku memotong kalimatnya.
“Dimana
Ji Hoo yang selalu menemaniku ?? Dimana Ji Hoo yang selalu ada untukku ?? Dimana
Ji Hoo yang selalu menghiburku ?? Dimana Ji Hoo yang selalu siap saat aku
membutuhkannya ?? Katakan padaku dimana dia !!”, kupukul dadanya dengan sekuat
tenaga, tapi aku merasa seluruh tubuhku lemah bila berhadapan dengannya.Dia
berusaha menenangkanku, dia menangkap tanganku dan mendekapku dalam pelukannya.
“Yoo
Jin, tenanglah !!”, perintahnya lembut. Mendengar suaranya yang lembut itu, aku
semakin merasa bersalah.
“Katakan
padaku dimana dia !! Dimana Ji Hoo-ku ?? Kembalikan dia padaku !! Kembalikan
!!”, ujarku disela tangisku.
“Aku
disini”, jawabnya lembut.
”Kau
sudah berjanji padaku.Berjanji padaku..”,ujarku terisak sambil berusaha
melepaskan diri dari pelukannya.Kupandang dia sejenak sebelum akhirnya aku
benar-benar melepaskan pelukannya dan berlari meninggalkannya.Kudengar dia
memanggilku, tapi aku tidak peduli.Aku terus berlari.
*************************
Yoon Ji Hoo POV :
“Yoo Jin-ah
!!”, panggilku tapi dia tetap berlari.
”Apa
yang sudah kulakukan ??”, batinku
menyesal. Aku berusaha mengejarnya tapi dia
sudah menghilang dibalik koridor itu, entah
kemana.
“Mau
kemana ?? Mengejarnya ?? Untuk sementara biarkan dia sendiri
!!”, seru seseorang dibelakangku. Spontan aku menoleh keasal suara itu.
“Kim
Yeon Hee ?? Sejak
kapan kau disini ??”, tanyaku
pada seorang gadis muda dengan rambut sebahu.
“Aku
berniat mengucapkan belasungkawa, tapi
aku justru mendengar pertengkaran kalian”, dia
berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.
“Kenapa
kau lakukan itu ?? Kupikir
hanya kau satu-satunya orang yang mengerti perasaannya, tapi
kau justru lebih menyakitinya. Kumohon
Sunbae, jangan sakiti dia lagi”, mendadak suaranya yang tadi tulus
berubah menjadi permohonan yang tulus.
“Apa
maksudmu ??”, tanyaku
bingung.
”Yoo Jin
yang periang dan percaya diri berubah sejak dia kehilangan Jae Joong.Tapi
berkat kau, sedikit demi sedikit dia bisa
mengatasi kesedihannya dan kembali seperti dulu lagi.Kau selalu menemaninya, Kau selalu menghiburnya, Kau
selalu berada disisinya setiap saat. Itulah
yang membuatnya menjadi gadis yang kuat”, jelasnya
padaku.
“Aku
masih tidak mengerti”, jawabku
bingung.
“Susah
payah Yoo Jin menutup luka dihatinya, tapi berkat kau semua itu menjadi
lebih mudah. Secara perlahan, entah kau sadari atau tidak,
kau membuat luka dihatinya tertutup sepenuhnya. Tapi
aku sama sekali tidak menyangka, hari
ini kau membuat luka yang dengan susah payah berhasil ditutup kembali terbuka”, jawabnya, membuatku
semakin bingung.
“Katakan
secara langsung apa yang ingin kau katakan, jangan
berbelit-belit seperti ini”, ujarku
mulai tidak sabar.
“Kim Yoo Jin jatuh cinta padamu, apa kau mengerti ??”, sentaknya kesal. Tapi
aku hanya terdiam terpaku, tidak percaya.
“Tidak
mungkin !! Aku tau dalam hatinya masih ada bayangan Jae Joong..Baginya,
aku hanyalah teman terbaik. Seorang sahabat yang selalu ada
disisinya saat dia butuh sandaran”, jawabku menyangkal. Entah kenapa,
aku masih
menolak untuk percaya.
“Dia sahabatmu,
tapi dia juga dengan tulus mencintaimu”, jawabnya mantap
seraya menatap mataku dalam.
“Kurasa dia hanya menganggap aku sebagai pengganti Jae Joong, benarkan ??”,
ujarku sambil tersenyum getir.
“Ji Hoo Sunbae, aku sangat kecewa padamu. Kupikir hanya kaulah satu-satunya
orang yang paling mengerti Yoo Jin, tapi ternyata aku salah. Kau tau ?? Waktu
yang berputar tidak akan bisa kembali lagi. Kuharap suatu hari nanti, kau tidak
akan menyesali keputusanmu ini”, ujar Yeon Hee tajam.
“Apa maksudmu Yeon Hee ??”, tanyaku lagi.
“Kim Yoo Jin jatuh cinta padamu, kau percaya atau tidak, itu urusanmu. Aku
harus pergi mencari Yoo Jin. Selamat
sore”, jawabnya
lalu berjalan pergi, meninggalkan
aku dengan berbagai pertanyaan dalam hatiku.
*******************
Kim Mansion..
Kim Yoo Jin POV :
“Maaf
aku tiba-tiba masuk. Aku
berkali-kali mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban darimu. Yoo Jin-ah, kau
baik-baik saja kan ??”, aku
sedang berada dibalkon kamarku saat kulihat Yeon Hee
berjalan masuk kedalam kamar dan menghampiriku.
“Kau
sedang apa ?? Kenapa
kamarmu penuh asap ??”, tanyanya
bingung seraya melihat kedalam tong sampah besar tempat kepulan asap itu
berasal.
“Apa
kau ingin membakarnya ?? Kau
gila !! Kau tidak serius kan ?? Semua ini adalah kenanganmu bersama
Jae Joong”, teriaknya saat melihat ada banyak
tumpukan kertas, foto, dan barang-barang yang kuletakkan
dilantai dekat tong sampah itu.
“Ini
!! Surat cinta pertamamu darinya. Ini
puisi cinta yang ditulisnya untukmu. Ini
foto bersama terakhir kalian sebelum kecelakaan itu. Dan
ini, syal yang dihadiahkan Jae Joong tepat
dihari Ulang Tahunmu. Kau
tidak akan membakar semua ini kan ?? Bukankah bagimu semua ini adalah
pusaka ??”, protesnya
padaku. Tapi aku hanya terdiam dan melanjutkan
kegiatanku, dengan hati hancur
melempar semua itu kedalam api yang berkobar.
“Aku
ingin mengubur semuanya. Aku
tidak ingin lagi mengingatnya. Dan
harusnya kulakukan ini sejak lama”, jawabku
dengan dingin. Aku membungkuk mengambil boneka
beruang yang bertuliskan “Jae Joong Love Yoo Jin”
dan berniat melemparkannya kedalam api, tapi
Yeon Hee langsung merebutnya dari tanganku.
“Jangan
!! Ini boneka kesayanganmu !!”, serunya
padaku. Kutatap dia sejenak dan kuputuskan
untuk membiarkannya.
”Kalau
kau mau, ambil saja”, ujarku
lirih. Tapi dia malah berlari kedalam kamar
mandi dan mengambil seember air lalu menyiramkannya kedalam tong itu, membuat apiku padam seketika.
”Apa
yang kau lakukan ??”, sentakku
marah.
“Justru
akulah
yang harusnya bertanya, apa yang kau lakukan ??”, protesnya padaku.
Memutuskan mengacuhkannya, aku berjalan melewatinya dan mengambil
jerigen besar berisi bensin dan menyiramkannya kedalam tong seraya
melemparkan
korek api kedalamnya.
“Kim Yoo Jin, kau
ini kenapa ??”, tanyanya
bingung saat melihatku satu demi satu melemparkan barang pemberian Jae Joong
kedalam api.
“Tidak
apa-apa !! aku hanya ingin membakar barang-barang yang tidak berguna. Dan Itu !!!”, tudingku
pada barang-barang pemberian Jae Joong.
“Tidak
berguna
lagi untukku. Semuanya
telah berakhir !! Setiap kali aku teringat Jae Joong, aku
ingat bagaimana kakakku sangat mencintainya. Aku
ingat bagaimana Jae Joong mencampakkan aku demi wanita lain yang tidak
lain
adalah kakakku sendiri. AKu
ingat bagaimana bahagianya mereka dan aku menderita. Aku
ingat bagaimana aku dengan berat hati melepaskannya agar kakak bisa
bahagia, tapi nyatanya apa ?? Kakak tetap meninggal”, ujarku sambil
menangis.
Kuakui
ada rasa sakit saat aku membakar barang-barang itu. Barang-barang
yang pernah menjadi pusaka bagiku, sangat
berharga lebih dari apapun. Semua
itu adalah kenanganku, tapi
sekarang aku tidak ingin semua kenangan itu.
“Semuanya
telah berakhir. Setelah
kakakku pergi, aku sadar hidup harus terus berjalan. Aku tidak ingin lagi bergantung pada
masa lalu yang menyakitkan, termasuk
Jae Joong dan semua kenangannya. Aku
tidak ingin mengingat kenangan itu. Aku
tidak ingin mengingat masa lalu. Aku
hanya ingin kehidupan baru. Tanpa
siapapun, Hanya aku sendiri”, lanjutku dengan suara gemetar.
Banyak
hal yang membuatku sakit. Kematian
kakak, kecelakaan Jae Joong dan semua ucapan
Ji Hoo, aku tidak tahu mana yang sekarang aku
tangisi.
“Apa
ini karena Ji Hoo mengatakan kalau dia akan pergi ?? Apa yang kau maksud kenangan itu
termasuk kenanganmu bersama Ji Hoo ??”, tanyanya curiga.
Aku
terdiam mendengar pertanyaannya.
“Jawab
aku, Kim Yoo Jin !!! Do you love him ?? Yoon Ji
Hoo ??”, tanyanya
padaku. Tapi aku terdiam dan menangis pelan.
“Ini
tidak
ada gunanya !! Dengan membakar barang-barang ini kau pikir kau bisa
melupakan semuanya ?? Mungkin
kau bisa melupakan Jae Joong Karena kau sudah tidak mencintainya lagi.
Tapi bagaimana dengan Ji Hoo ?? Bisakah kau membakar semua kenangan
kalian dan menganggapnya tidak pernah ada ??”, tanyanya lagi.
Aku
sadar dia benar. Tapi aku tidak
tahu lagi harus melakukan apa. Semua
yang kulakukan seolah sia-sia. Aku
sudah lelah. Dulu aku menempel banyak kertas di
dinding, berjuang keras untuk menemukan Jae
Joong. Tapi setelah menemukannya, dia justru mencampakkan aku dan
mencintai wanita lain. Aku
tidak ingin itu terjadi lagi, tidak
untuk kedua kalinya.
“Aku
lelah. Sangat lelah. Aku
merasa semua yang kulakukan sia-sia. Aku
bosan berlari. Aku ingin berhenti”, ujarku sambil jatuh berlutut didepan
tong sampah itu, sambil menatap
kosong kepulan asap yang keluar dari dalam tong itu dan menangis pelan.
Yeon Hee
berlutut disampingku dan memelukku lembut, membiarkan aku menangis dibahunya.
”Kau
tidak boleh berhenti. Kau
tidak boleh menyerah. Kalau
kau ingin menyerah, seharusnya kau
lakukan itu sejak awal. Dulu
kau pernah melepaskan cintamu, sekarang
jangan ulangi lagi untuk yang kedua kalinya”, bisiknya
menghiburku, memberiku semangat.
“Tapi
dia akan pergi..Dia akan meninggalkan aku sama seperti Jae Joong meninggalkan
aku dulu”, bisikku lemah sambil menangis.
“Katakan
padanya jangan pergi !! Katakan padanya apa yang ada dihatimu !!”, ujar Yeon Hee
memberi semangat.
“Dia
tidak percaya padaku. Apa
yang harus kulakukan ??”, jawabku
lemah seraya menghapus airmataku.
“Buat
dia percaya, Yoo Jin !! Jika kau memang mencintainya maka
kau harus buat dia percaya. Tunjukkan
padanya perasaanmu yang sebenarnya”, ujarnya
sekali lagi.
“Aku
yakin kau tahu caranya. Sekarang
sudah malam. Besok adalah hari pemakaman kakakmu. Istirahatlah !!”, lanjutnya lagi seraya menuntunku ke
tempat tidur dan membantuku berbaring.
“Aku
akan matikan apinya”, tambahnya
seraya mengambil seember air dan menyiramkannya kedalam tong, memadamkan apinya sekali lagi.
“Terima
kasih, Yeon Hee !! Aku beruntung masih memilikimu”, ujarku berkaca-kaca.
“Itulah
gunanya teman. Tidurlah !! Besok adalah hari yang
berat. Selamat Malam, Yoo Jin
!!”, jawabnya tulus, kemudian mematikan lampu kamarku dan
berjalan pergi.
***********************
Yoon Ji Hoo POV :
Aku duduk diatas ranjangku, berniat tidur saat tiba-tiba ponselku berbunyi.
Dengan malas kulihat tulisan di ponsel itu. Nama “Kim Jae Joong”, tertulis
disana. Aku tersenyum getir saat membaca pesan yang dikirimkannya. Dalam hati
aku sudah bisa menebak apa yang di inginkannya. Pernikahan itu telah gagal
dengan meninggalnya Lee An. Jae Joong sudah tidak terikat pada wanita manapun
juga dan sekarang yang diinginkannya pastilah mengambil kembali apa yang dulu
pernah di tinggalkannya.
“Yoo Jin..Pasti karena dia kan ??”, batinku saat membaca pesan diponselku.
“Kim Yoo Jin tidak mencintaimu. Setelah
Lee An meninggal, aku yakin dia akan kembali pada Jae Joong dan tidak ada lagi
kesempatan untukmu. LUPAKAN DIA dan MULAILAH ARI AWAL DENGANKU !! JAE JOONG SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK
BUTUH KAU LAGI !!”, kenangku pada
ucapan Mo Nae tadi siang. Mendadak hatiku sangat sakit. Disaat seperti ini, aku
sangat ingin Lee An hidup kembali. Entah kenapa aku merasa hanya Lee An-lah
yang bisa menahan Jae Joong agar tidak kembali.
“Ji Hoo, ada apa denganmu ?? Sejak kapan kau jadi begitu tidak percaya diri
??”, batinku sinis pada diriku sendiri.
“Dia memang sahabatmu, tapi dia juga yang dengan tulus mencintaimu. Kim Yoo Jin jatuh cinta
padamu, kau percaya atau tidak, itu urusanmu”, sekarang
ucapan Kim Yeon Hee terngiang di
kepalaku.
“I Think I Love You..”, suara Yoo Jin muncul dalam pikiranku. Sangat nyata seolah dia ada disini
bersamaku.Bahkan aku masih bisa merasakan sentuhan lembut bibirnya di bibirku saat kami berciuman malam itu. Aku meletakkan sebelah tanganku di dada, detak jantungku lebih cepat setiap kali mengingat apa yang terjadi malam itu. Suaranya yang lembut, bibirnya yang menggoda, pelukannya yang hangat dan aroma rambutnya yang menggairahkan. Aku merasa aku sudah hampir gila.
“Yoo Jin, aku merindukanmu”, ujarku penuh rindu.
“Ji Hoo Hyung, bukankah dari dulu kau
menyukai Yoo Jin ?? Ini kesempatanmu kawan. Rebut hatinya disaat dia butuh
sandaran.. Siapa tau kalau kau bisa menjadi pengganti Jae Joong Hyung”, tiba-tiba ucapan Shi Lang malam itu, mendadak muncul dalam pikiranku. Aku tersenyum tipis saat
mengingat ucapannya.
“Hanya pengganti ?? Seperti itukah arti diriku bagimu, Yoo Jin ??”, batinku
sedih dan perih.
Aku merebahkan diriku kembali ke tempat tidur dengan perasaan galau. “Mana
yang harus ku percaya ??”, ucapku bimbang. Lalu saat teringat isi pesan Jae
Joong, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur dan berniat menemuinya di
restoran tempat kami berjanji bertemu.
“Ada
alasan apa kau ingin menemuiku?”, tanyaku
pada seorang pria yang duduk dihadapanku.
“Apa
menemui teman lama butuh alasan ??”, Jae Joong balik bertanya.
“Kalau
begitu untuk apa ??”, tanyaku
lagi tanpa basa-basi.
“Kau
sama sekali tidak berubah. Kau
tetap Yoon Ji Hoo, temanku yang tidak suka
banyak bicara. Gaya bicaramu tetap saja arogan. Dan sepertinya
julukan “Pangeran Berkuda Putih” itu masih melekat dengan dirimu..”, ujarnya sambil tersenyum penuh arti
seraya menunjuk mantel putih yang ku kenakan.
“Aku
juga yakin kalau sampai sekarang kau masih suka menyendiri, benarkan ??”, lanjutnya lagi. Aku tersenyum tipis menyadari bahwa
kini ingatannya sudah sepenuhnya pulih.
“Ingatanmu
benar-benar sudah pulih, Jae
Joong Hyung !! Katakan intinya !!”, ujarku seraya menyeruput secangkir
kopi hangatku.
“Tinggalkan
Kim Yoo Jin !! Dia sudah tidak butuh kau lagi. Aku sudah kembali !! Aku bisa
menjaganya seperti dulu lagi. Tugasmu
sudah selesai, kawan !!”, ujarnya
tanpa basa-basi.
Aku sudah
merasa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Saat
kudengar Lee An meninggal dan pernikahan mereka
gagal, aku tahu bahwa Jae Joong akan segera
merebut Yoo Jin kembali. Jae
Joong menikahi Lee An karena Yoo Jin
yang memintanya, dan sekarang
ketika Lee An sudah meninggal, janji itu sudah tidak berlaku lagi. Entah kenapa, kalimatnya
terdengar begitu kejam ditelingaku.
“JAE JOONG
SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK BUTUH KAU LAGI !!”, kembali ucapan Mo Nae terngiang di kepalaku. Hatiku menangis perih.
“Jadi
itu tujuanmu mengajakku keluar malam-malam begini ??”, tanyaku sinis sambil tersenyum tipis.
“Aku
berterima kasih kau telah menjaganya selama ini, tapi
dia tetap pacarku”, jawabnya
dengan percaya diri dan aku hanya tersenyum kecil.
“Benarkah ?? Setelah kau campakkan dia dan memilih
wanita lain ?? Bukankah
kau sendiri yang bilang bahwa masa lalu sudah tidak penting ??”, jawabku dengan santai. Kulihat dia menatapku dengan marah.
“Aku
akan pergi. Tapi bukan demi kau atau demi
siapapun”, lanjutku lagi dengan percaya diri
seraya meminum kopiku sekali lagi.
“Tapi
walau aku pergi, aku tidak
yakin kau sanggup menghapuskan kenangan diantara kami”, ujarku
dengan arogan dan penuh percaya diri, untuk
menutupi hatiku yang rapuh dan hancur karena akan segera kehilangan wanita yang
ku cintai.
“Apa
maksudmu ??”, tanyanya sinis padaku.
“Semoga
berhasil merebut Yoo Jin kembali, kawan
!!”, jawabku, menolak
menjawab pertanyaannya.
”Ahh.. Dan satu lagi, senang
melihatmu kembali seperti dulu”, lanjutku
lalu berjalan pergi meninggalkan restoran itu.
“Aku akan memilih untuk pergi, tersenyum mengucapkan selamat tinggal pada
kesedihanku. Maafkan aku Yoo Jin.. Mungkin ini yang terbaik.. Aku tidak ingin
hanya mengganti Pengganti. Tapi terima kasih sudah membuatku mengerti apa itu
Cinta Sejati, aku akan selamanya ingat, KAULAH PENYESALAN DALAM HATIKU !!”,
batinku saat aku memutuskan untuk pergi.
********************
Church, Kim Lee An Funeral..
Kim Yoo Jin POV :
Sudah
hampir 2 jam ini, Tuan Kim, Ibu, aku dan Jae Joong berdiri didepan
pintu gereja, menunggu setiap orang keluar dan
menyalami mereka serta berterima kasih karena telah menyempatkan diri untuk
datang dan mengantar kakak ke peraduannya yang terakhir.
Hari
yang melelahkan juga menyedihkan, semua
orang mengenakan pakaian hitam, tanda
mereka sedang berduka. Yah, hitam memang identik dengan kesedihan
dan airmata. Itu sebabnya aku benci warna hitam.
Aku
baru saja akan pulang bersama Ibuku saat Ji Hoo tiba-tiba memanggilku dari
belakang. Aku menoleh dan kulihat dia dengan jas
hitamnya. Aneh sekali melihatnya dengan kostum
hitam. Selama ini aku selalu melihatnya
mengenakan warna putih, entah
itu kemeja, kaos, celana, jas ataupun mantel. Tapi Ji Hoo memang tampan, apapun yang dikenakannya pasti selalu
cocok untuknya. Aku suka cara
berjalannya yang arogan, seolah
dijalan itu hanya ada dia seorang. Aku
berjalan kearahnya sambil terus menatapnya lekat.
“Ada
yang aneh denganku ?? Kenapa
memandangku seperti itu ??”, tanyanya, memulai pembicaraan saat kami duduk
disalah satu kursi gereja.
Ini
yang pertama kalinya aku melihatmu mengenakan warna selain putih”, jawabku lirih sambil tersenyum kecil.
“Tidak
juga !! Aku pernah mengenakan mantel coklat hadiah Natal darimu tahun lalu, tapi mungkin saat itu kau tidak
memperhatikan aku saat mengenakannya”, jawabnya, suaranya mendadak sedih.
DEG.. Hatiku mendadak sakit.
“Benar.. Selama ini aku tidak pernah memperhatikannya. Bukan salahnya jika
dia tidak percaya padaku sekarang”, hatiku mendadak semakin perih menyadari
betapa egoisnya aku selama ini.
“Benarkah ?”, tanyaku
salah tingkah.
“Maaf
jika dulu aku tidak begitu memperhatikanmu”, ujarku
menyesal.
”Tapi
mulai sekarang, aku janji akan
lebih memperhatikanmu jika saja kau beri aku satu kesempatan”, tambahku dalam hati, tapi lidahku kelu saat ingin
mengatakannya.
"Tidak
masalah”, jawabnya singkat. Aku berjalan maju kearah Altar Gereja
seraya berlutut dan berdoa, mendoakan
arwah kakak agar bahagia di Surga.
“Ji
Hoo
Sunbae, lesung pipi kakak ada disebelah mana ??”, tanyaku padanya,
sambil tetap dalam sikap berdoa. Kudengar suaraku bergema di seluruh
gedung Gereja yang sudah kosong ini.
“Lesung
pipi
Lee An ada di hatimu”, jawaban yang membuatku terkejut. Namun aku
tersenyum dalam hati. Ji Hoo memang tahu bagaimana caranya
menghiburku. Aku menyelesaikan doaku lalu kembali
duduk disampingnya.
“Bukankah
kau ingin bicara ?? Katakan
ada apa ??”, tanyaku
dengan suara gemetar, karena
aku sudah bisa menebak apa yang ingin dia katakan.
“Apa
kau baik-baik saja ??”, tanyanya
dengan ekspresi cemas.
”Apa ??”, aku tersentak kaget mendengar
pertanyaannya.
“Jae
Joong pria yang baik”, lanjutnya,mengacuhkan
pertanyaanku.
“Aku
tahu”, jawabku singkat.
Dia tertawa kecil sebelum berkata “Ya
benar. Dia kan pacarmu”, jawabnya dengan kikuk.
“Sebenarnya
apa yang ingin kau katakan ??”, tanyaku mulai tidak sabar.
“Aku
akan pindah kuliah keluar negeri. Ayahku
yang mengaturnya. Aku juga tidak
tahu soal rencana ini”, ujarnya
ragu-ragu.
Aku
tersentak mendengarnya tapi tetap memaksakan diri tersenyum dan berkata “Jadi
begitu ?? Baguslah
!! Ternyata kau serius ingin meninggalkan aku”, jawabku
setengah bercanda.Padahal sesungguhnya hatiku sakit, aku
terluka sekali lagi. Aku
benar-benar ingin menangis, aku
merasa mataku mulai berair tapi berusaha keras menahannya.
“Kau
sudah tidak butuh aku lagi. Jae
Joong sudah kembali. Jadi aku bisa keluar
negeri dengan tenang. Aku
yakin walau tanpa aku, kau
tetap bisa hidup dengan bahagia, benarkan ??”, serunya padaku dengan suaranya yang
lembut.Dia menatapku dengan sinar matanya yang teduh, semakin
menatapnya aku semakin tidak berdaya.
“Dan
sebelum aku pergi, aku ingin
berpamitan denganmu”, lanjutnya
lagi.
Berpamitan. Kalimat itu bahkan
terdengar lebih tajam dari belati.
“Aku
tahu. Tapi aku sangat lelah hari ini, Bisakah kita bicara lain kali ??”, jawabku, mencoba
mengalihkan pembicaraan. Aku
tidak sanggup memikirkan apapun hari ini. Aku
belum siap menerima kenyataan kalau dia akan pergi. Aku
tidak bisa membayangkan hidupku tanpa dirinya. Jadi
sebelum dia menahanku,aku spontan berdiri dan berjalan dengan cepat
meninggalkan gereja ini.
“Yoo Jin-ah, biar aku mengantarmu”, tawarnya padaku, terlihat cemas.
Tapi
aku menggeleng pelan.”Tidak usah, Mobilku
sudah menunggu. Kita bicara
lain kali”, jawabku lalu berlari ke mobil.
Aku
tidak tahu ada apa dengan hari ini. Setelah
susah payah menghindar dari Ji Hoo, sekarang
gadis itu yang minta bicara padaku. Benar. Gadis itu. Hong Mo Nae, gadis yang selama ini digosipkan dekat
dengan Ji Hoo. Walau enggan, tapi
karena penasaran aku terpaksa menemuinya.. Dia berdiri
begitu melihat kedatanganku, lalu menunjuk kursi di depannya dan menyuruhku
duduk.
“Aku tidak suka basa-basi. Kita langsung saja..”, ujarnya dingin.
Aku tidak tau apa yang akan dia katakan, tapi melihat ekspresinya
sepertinya aku sudah bisa menebak..
To Be Continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar