Minggu, 24 November 2013

Wishing Star 6 - SS501 & Uee Fanfiction

Author : Lee An TS501

Starring :  
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo 
Uee’s After School as Kim Yoo Jin 
Kim Jae Joong as Himself (Yoo Jin's Ex Boyfriend) 
Author as Kim Lee An (Yoo Jin’s Older Sister) 
Kim Hyun Joong as Kim Shi Lang (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Kim Kyu Jong as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo & Jae Joong’s friend) 
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee (Yoo Jin’s Best Friend) 
Jung Somin as Hong Mo Nae (The Girl Who Love Yoon Ji Hoo)



“WISHING STAR 6 – SS501 & Uee Fanfiction”



 
“CHAPTER 6  : FIGHT THE BAD FEELING


The Wedding Day, Kim Yoo Jin POV : 
Hari ini adalah hari yang indah, setidaknya ini adalah hari yang indah bagi Kakak. Hari ini adalah hari baru baginya dan hari ini juga aku akan mendampinginya memasuki altar gereja. Aku tahu dia sangat bahagia, tapi aku tidak tahu kebahagiaan ini akan bertahan berapa lama. Kulihat semua tamu sudah datang, kecuali Pengantin Wanitanya, bahkan kulihat Jae Joong sudah siap disana, dia berdiri dikelilingi oleh teman-temannya.

Yoon Ji Hoo POV :
        “Selamat atas pernikahanmu, kawan. Semoga bahagia”, ujarku tulus padanya. Tapi dia justru menatapku dengan sinis.

       “Kau pasti senang kan ?? Jika aku menikah dengan Lee An, tidak ada lagi yang akan menghalangimu mendekati Yoo Jin.. Dalam hatimu kau pasti sedang tertawa menang”, ujar Jae Joong sinis padaku.

       Aku hanya tersenyum simpul. Ternyata selama ini dia memang selalu curiga padaku. Aku tau dia menyadari cinta terpendamku pada Yoo Jin dan dia selalu menganggapku sebagai saingan. Tapi aku sama sekali tidak menyangka dia akan menganggapku serendah itu.

“Aku sama sekali tidak menyangka kau akan menganggapku serendah itu. Jika aku mau, dan jika memang aku seperti yang kau katakan, aku sudah berusaha merebut Yoo Jin sejak lama.. Tidak peduli walau kau ada disisinya. Kaulah yang memilih meninggalkannya, melupakannya dan mencintai wanita lain dan saat kau sudah kehilangan dia, kau malah berbalik menyalahkan aku.. jadi seperti inikah aku dimatamu ?? Jae Joong Hyung, selamanya kau adalah saudaraku, dan jika di matamu aku begitu buruk, kurasa persahabatan kita memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi”, jawabku tegas.

   “Aku jadi curiga, jangan-jangan kecelakaan yang menimpaku, kaulah yang merancangnya”, tuduh Jae Joong kasar.
       “Jae Joong Hyung, tidakkah kau sudah keterlaluan ?? Teganya kau menuduh Ji Hoo Hyung seperti itu”, bela Kyu Jong kesal.

      “Sudahlah, Kyu.. terserah dia mau berpikir apa. Kita kemari karena ingin mengucapkan selamat. Jika Mempelai pria tidak ingin menerima ucapan selamat dari kita, kita tidak seharusnya memaksanya”, ujarku pada Kyu. 

      “Tapi itu fitnah, Hyung. Kami tau kau bukan orang seperti itu”, protes Kyu lagi.
     “Benar. Karena jika kau memang berniat merebut Yoo Jin, kau sudah lakukan itu sejak dulu. Jae Joong Hyung, aku melihat sendiri bagaimana bahagianya kau di pesta pertunangan itu”, Hyung Jun ikut membela.

     “Jae Joong Hyung, daripada kau menyesali masa lalu yang sudah terjadi, bukankah lebih baik kau berusaha membahagiakan calon istrimu dan berhenti memikirkan wanita lain ??”, Shi Lang ikut memprotes.

     “Lagipula, jika kau benar-benar mencintai Yoo Jin, bukankah kau seharusnya berjuang lebih keras lagi ?? Tapi apa ini ?? Kau justru menikahi wanita lain. Jadi hanya seperti itu cintamu ??”, ujar Kyu Jong tajam.

      “Yoo Jin yang memaksaku untuk menikah”, Jae Joong membela diri.
     “Oh iya ?? Tapi jika kau memang masih menginginkannya, kau kan bisa lakukan segala cara untuk menolak, benarkan ??”, sindir Kyu Jong tajam. 

    Pengantin pria sepertinya tidak menyukai kehadiran kami disana, entah kenapa aku merasa Jae Joong Hyung sudah berubah, mungkin karena dia takut kehilangan Yoo Jin atau mungkin dia merasa terpaksa dengan pernikahan ini, tapi apapun alasannya, pernikahan ini sudah tidak bisa di hindari lagi. Sudah tidak ada jalan untuk kembali.

     Kyu Jong dan Jae Joong masih berdebat, aku menarik Kyu mencoba menenangkannya. Bagaimanapun juga kami harus menghormati pengantin pria kan ??

    “Sudahlah, Kyu.. Bukankah sekarang adalah hari bahagia ?? Jangan berdebat dengan pengantin pria. Ayo pergi !!”, ujarku sopan.

   “Maaf jika kehadiran kami mengganggumu. Harusnya kau memang tidak perlu mengundang kami kemari”, sindirku halus. Tersinggung dengan pendapatnya tentang aku yang seolah merendahkan aku. 

     Saat aku baru akan pergi bersama teman-temanku, kulihat Yoo Jin berjalan kearah kami. “Kurasa Yoo Jin sudah menyesal melepaskan aku. Jika dia meminta aku tidak menikah, aku akan membatalkannya sekarang juga”, ucap Jae Joong percaya diri, seraya melirikku.
      
       “Kenapa kau begitu yakin ??”, Tanya Shi Lang ingin tau.
      “Karena aku tau dalam hatinya dia masih mencintaiku”, jawab Jae Joong percaya diri sambil tersenyum.

     “Selamat sekali lagi.. Kami pergi dulu”, ujarku seraya menepuk bahunya singkat lalu berbalik pergi. Aku tersenyum hangat pada Yoo Jin yang terlihat sangat cantik hari ini saat aku berjalan melewatinya.
       “Terima kasih sudah datang”, ujarnya lembut sambil tersenyum manis.
      “Kau cantik sekali hari ini”, pujiku tanpa sadar, aku melihat wajahnya bersemu merah karena pujianku.

       “Gomawo Oppa..”, ujarnya malu-malu, lalu langsung menutup mulutnya saat menyadari dia menyebut kata “Oppa” padaku. Aku tersenyum tipis mendengarnya. Aku lebih menyukai panggilan itu daripada “Sunbae” yang terdengar sangat formal. 

      “Kau pasti ingin bicara dengannya kan ??”, tanyaku seraya melirik Jae Joong yang berdiri tak jauh dari kami dan mengawasi kami dengan ujung matanya. Yoo Jin mengangguk pelan. 

“Aku sudah berada di tengah jalan dan aku sama sekali tidak ingin kembali ke belakang”, ujarnya lirih sambil memegang lenganku erat dan menatap mataku dalam. 
“Yoo Jin..”, ujarku bingung. 
“Tunggulah aku..Kau akan menungguku kan ??”, tanyanya penuh harap. Aku mengangguk pelan.

“Menunggu untuk apa ?? Menunggumu kembali padanya ??”, batinku pahit saat melihatnya berjalan kearah Jae Joong yang menyambutnya dengan senyuman.`        
  
Kim Yoo Jin POV : 
         Aku berjalan mendekati Jae Joong dan mengucapkan selamat padanya “Selamat atas pernikahanmu. Kau harus membuat kakak bahagia.Jika tidak, aku tidak akan pernah memaafkanmu”, kata-kataku memang lebih menyerupai ancaman daripada ucapan selamat, tapi aku tidak peduli.

“Masih ada waktu untuk membuatku berubah pikiran.Jika kau tidak ingin aku menikah, katakan saja. Aku pasti akan membatalkannya sekarang”, ujarnya penuh percaya diri. Aku hanya menarik napas lalu berjalan pergi meninggalkannya. Aku tidak ingin berdebat dengan Pengantin Pria. Dia menatapku dengan pandangan kecewa tapi aku sudah membulatkan tekad.

“IT MUST HAVE BEEN LOVE, BUT ITS OVER NOW !!!”, tekadku dalam hati saat berjalan menjauh darinya.

      Tidak lama kemudian,mobil Pengantin tiba.Aku berlari menyambut kakak,kupegang ujung Gaun Putihnya dan Tuan Kim berjalan disampingnya seraya menggandeng tangannya dan membawanya ke altar. Aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Wajah kakak terlihat pucat, Gaun Pengantin seputih salju itu sama putihnya dengan wajahnya, tapi kupikir itu hanya perasaanku saja.

Setelah sampai didepan Altar, Tuan Kim menyerahkan kakak pada Jae Joong dan kami pun duduk dikursi masing-masing dan acarapun dimulai.

Tidak bisa kupungkiri aku iri pada kakak. Aku pernah bermimpi, akulah yang mengenakan Gaun Pengantin itu dan berjalan ke Altar bersama Jae Joong.Hidup bahagia selamanya hingga maut memisahkan kami. Tapi ternyata jodohku dengannya sudah berakhir sampai disini.

Kupandang mereka berdua, kulihat mereka berdua tersenyum bahagia. Aku bisa merasakan semua orang ditempat ini sangat bahagia, mungkin hanya aku yang menderita. Jika kecelakaan itu tidak pernah terjadi, akulah yang akan berdiri di Altar itu dan mengucapkan Sumpah pernikahan. Tapi sekali lagi aku harus mengalah, sekali lagi milikku dirampas.

Terlalu banyak kenanganku dengannya. Terlalu banyak kisah yang tercipta antara aku dan dia. Kenangan yang mulai sekarang harus aku lupakan.

Kecelakaan itu yang mengubah semuanya, kecelakaan yang membuatku berpisah dengannya selamanya.
“Oppa,maafkan aku !! Bukannya aku tidak ingin kembali padamu, tapi aku tidak bisa !! Aku merasa jodoh kita sudah berakhir. Bahkan Tuhan pun ingin aku menyerah. Mulai hari ini aku akan melepaskanmu.Benar-benar melepaskanmu.Selamanya dari hidupku”, batinku saat melihatnya berdiri diatas altar bersama kakak.

Aku merasa ini sangat lucu.Beberapa hari yang lalu, aku mengatakan aku jatuh cinta pada Ji Hoo, tapi sekarang aku menangis karena Jae Joong. Tapi aku yakin siapapun orangnya pasti juga merasakan hal yang sama sepertiku. Walau perasaanku padanya perlahan mulai berubah tapi kenangan diantara kami tidak semudah itu dilupakan. Kenangan itulah yang membuatku tersiksa. Ibu yang duduk disampingku perlahan menggenggam tangahku erat, seolah-olah mengatakan “Jangan menangis, Sayang !! Kau harus tabah”.

Mulanya pernikahan ini berjalan mulus, tapi saat mereka akan memakai cincin, tiba-tiba Kakak terjatuh ke lantai. Upacara mendadak kacau. kami spontan berlari kearah mereka. Wajah kakak semakin pucat, napasnya mulai tidak beraturan.Tuan Kim bergegas mengangkat kakak dan membawanya ke Rumah Sakit. Jae Joong ikut dengannya, menjaga kakak. 

Kuseret ibuku dan mengajaknya naik ke mobil bersamaku, mengikuti mereka dari belakang.

Sesampainya di Rumah Sakit, para Dokter langsung membawanya ke Ruang Operasi.Kami semua menunggu dengan cemas di luar pintu operasi.

“Kami sudah berusaha. Gumpalan darah di otaknya yang kini mulai pecah sudah menyerang system kerja otaknya, membuat tubuhnya tidak mampu lagi menerima pengobatan.Tuhan bisa mengambil nyawanya kapan saja”, ujar Dokter itu, sesaat setelah dia keluar dari ruang Operasi. Tuan Kim terduduk lemas di kursi tunggu pasien sambil menangis lirih.

“Putri kesayanganku. Putri yang sejak kecil kujaga dan kurawat dengan tanganku sendiri, kenapa harus begini ?? Apa salah Lee An ?? Dia gadis yang baik. Kenapa ini semua harus menimpanya ?”, ujarnya sambil menangis pelan.Jae Joong memeluk pundaknya lembut, berusaha menenangkannya.

“Lee An, Putriku..Maafkan Ibu yang selama ini tidak pernah menjagamu. Ini salah Ibu.Ini salah Ibu”, ibu juga menyalahkan dirinya sendiri sambil menangis pelan. 
“Ibu, ini bukan salah siapapun”, ujarku menghiburnya, sambil menangis pelan.

“Nona Kim ingin bertemu kalian”, ujar salah seorang Perawat pada kami, meminta kami masuk ketempat Kakak berada sekarang. Kami semua mengangguk pelan dan setelah menghapus airmata, kamipun masuk kedalam.

“Kakak, tenanglah !! Semua akan baik-baik saja !! Kakak harus istirahat !! Pernikahannya akan dilanjutkan setelah Kakak sehat”, hiburku sambil duduk di kursi disamping ranjangnya.
 
Kulihat Kakak sangat rapuh. Saat itu aku sadar, tanpa Jae Joong aku masih bisa hidup. Tapi kakak, tanpa Jae Joong, dia tidak bisa apa-apa. Seumur hidup baru saat inilah aku menyadari jika tindakanku memang tepat. Tiba-tiba saja aku takut. Aku takut kehilangan kakak. Tanpa sadar airmataku kembali mengalir, kakak mengangkat tangannya dan mengusap airmataku.

“Anak bodoh !! Apa yang kau tangisi, adik ? Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Tersenyumlah !! Tersenyumlah untukku, Yoo Jin”, pintanya lembut dengan suara tersendat-sendat.

Dengan hati yang sakit dan senyum yang dipaksakan, aku tersenyum padanya. 
“Begitu baru adikku. Maafkan aku !! Sejak kecil aku selalu menyakitimu. Aku selalu merebut apapun milikmu. Apapun yang kau miliki, aku selalu merampasnya.Boneka, baju, tas, kasih sayang Ayah bahkan aku juga merampas kekasihmu. Tapi kau tidak pernah marah padaku. Mungkin sekarang Tuhan sedang menghukumku, menghukumku karena keserakahanku. Aku memang pantas menerimanya, Sangat pantas”, suara kakak tersendat-sendat,terputus oleh suara tangisnya sendiri.

“Kakak..Jangan bicara lagi. Cukup !! Kau boleh mengambil semuanya. Ambil saja !! Asal kau sembuh dan kau bahagia, kau boleh mengambil semua yang kumiliki, aku tidak peduli !!!”, ujarku sambil menangis.

"Berjanjilah !! Kau akan hidup dengan bahagia. Tidak lama lagi, aku akan mengembalikan semuanya padamu. Kasih sayang Ayah, barang-barang kesayanganmu yang sudah kurampas dan kebahagiaanmu, Jae Joong. Berjanjilah padaku kau akan berdiri di Altar itu untuk menggantikan aku”, ujarnya lagi, sambil menggenggam erat tanganku.

Aku benci mendengarnya bicara seperti itu. Aku benci caranya bicara yang seolah-olah seperti pesan terakhir.

“Jangan bicara lagi, kumohon !! AKu tidak ingin Kakak mengembalikan apapun. Aku tidak peduli dengan semua itu !! Aku rela memberikan apapun agar Kakak bisa tersenyum. Aku hanya mau kakak !! AKu tidak mau yang lain !!”, teriakku sambil menangis. 
“Yoo Jin-ah..Tenanglah !!”,ujar Ibu seraya memeluk pundakku lembut.

Aku tidak bisa lagi mengendalikan perasaanku. Aku tidak bisa menjadi gadis yang tegar. Aku berusaha keras mengontrol suaraku tapi ternyata tidak bisa. Suaraku terdengar aneh, penuh rasa sakit dan penyesalan. 

“Hari ini aku tidak bisa menikah. Mungkin selamanya juga tidak bisa. Aku ingin kau menggantikan aku mendapatkan kebahagiaan”, lanjutnya lagi, tetap dengan suara dan ekspresi yang sama.

“Ayah, jangan benci Yoo Jin !! Dia tidak bersalah. Aku yakin Yoo Jin adalah Putri kandung Ayah. Lakukan test DNA jika itu memang diperlukan. Bila aku pergi, hanya Yoo Jin satu-satunya harapan Ayah. Anggap ini permintaan terakhirku, tolong jaga dan sayangilah Yoo Jin seperti Ayah menyayangiku. Bisa kan ??”, pintanya pada Tuan Kim yang hanya bisa mengangguk sedih mendengar permintaan Putri Kesayangannya.

“Ibu, terima kasih sudah melahirkanku ke dunia ini. Di kehidupan berikutnya, aku sangat berharap bisa kembali menjadi Putrimu lagi”, ujarnya seraya menggenggam erat tangan Ibu. Ibu perlahan maju dan memeluknya lembut.

“Lee An, kau adalah Putri tersayang Ibu. Percayalah !! Maafkan Ibu tidak bisa menjagamu sejak kecil”, ujar Ibu sambil menangis keras.
“Itu bukan salah Ibu, Ibu adalah Ibu terbaik yang pernah ada didunia. Aku sayang Ibu. Aku sayang Yoo Jin. Aku sayang Ayah. Aku sayang kalian semua”, ujarnya terbata-bata.

“Jae Joong, terima kasih sudah memberiku kebahagiaan walau hanya sekejap. Tolong jaga Yoo Jin untukku. Saranghae !!”, ujarnya seraya menarik tanganku dan Jae Joong dan menyatukannya. 
”Tentu !! Nado Saranghae, Lee An !!”, jawab Jae Joong sambil menangis juga.

“Aku lelah.Sangat lelah”, ujarnya lagi sebelum akhirnya memejamkan matanya dan tertidur. Tertidur selamanya. Kakak sudah pergi. Pulang ke rumah Bapa di surga. Kakak meninggal dalam pelukan Ibu sambil tersenyum bahagia. Bahagia walau tidak jadi menikah.

Aku tidak tahan lagi. Aku berlari keluar dari kamar itu, ingin mencari tempat yang sepi untuk menangis. Aku tidak ingin mereka melihatku menangis. Aku berlari sejauh-jauhnya, melewati lorong demi lorong di Rumah Sakit ini. Sampai akhirnya aku tidak sengaja melihat mereka, Ji Hoo dan Mo Nae sedang bicara berdua. Mo Nae bicara dengan suara keras dan Ji Hoo hanya diam memandangnya. Karena penasaran, akupun memutuskan untuk bersembunyi dibalik dinding koridor Rumah sakit ini, menguping pembicaraan mereka. Aku tahu menguping itu salah, tapi aku sangat penasaran dengan hubungan mereka yang sebenarnya, apalagi saat kudengar mereka menyebut namaku, membuatku semakin penasaran. 

“Kau mencintaiku ?? Beri aku 3 alasan mengapa kau mencintaiku !!”, ujar Ji Hoo dengan suaranya yang arogan.
“Karena kau tampan. Karena kau bilang aku manis dan karena kau tidak punya pacar”, jawab Mo Nae dengan lancar.
  
Kulihat Ji Hoo tersenyum mendengar jawabannya lalu kemudian menjawab “Itu bukan cinta. Itu namanya suka. Kau menyukaiku tapi kau bukan mencintaiku”, jawab Ji Hoo santai. 
“Memang apa bedanya ??”, protes Mo Nae. 
“Itu 2 hal yang sangat berbeda. Mencintai seseorang tak butuh alasan”, Ji Hoo berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

“Saat kecil, aku sangat ingin naik sepeda tapi aku tidak bisa.Aku tidak menyerah, walau harus berkali-kali terjatuh dan terluka, aku tetap berusaha. Semakin aku sakit, semakin aku tidak ingin berhenti. Kau tahu kenapa ?? Karena aku sudah jatuh cinta padanya”, suara Ji Hoo seolah melukiskan kalau dia benar-benar merasa sakit. Dia memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celananya dan memandang lurus ke depan tapi bukan kearah Mo Nae.

“Kau bicara tentang sepeda atau tentang Yoo Jin ??”, Tanya Mo Nae sinis. Aku tersentak mendengar namaku disebut. 
“Tentu saja Yoo Jin”, sebuah jawaban yang membuatku lebih terkejut. 
“Yoo Jin membuatmu menderita kan ?? Kau mencintai Yoo Jin kan ??”, Tanya Mo Nae setengah memaksa.

Dalam hati aku berdoa “Kumohon jawablah Sunbae.. Aku ingin mendengarnya”, batinku berharap. Tapi dia hanya terdiam tak menjawab.
“Hei, disana tidak ada jawaban !!”, ujar Mo Nae seraya menunjuk arah yang dipandang Ji Hoo. ”Jawabannya ada disini !!”, lanjutnya lagi seraya menyentuh dada Ji Hoo, memperjelas kata-katanya.

Tapi Ji Hoo tetap tak berkutik, seolah pikirannya tidak disini. Dia tidak menjawab juga tidak menyangkal.

“Walau kau tidak mengatakannya, aku sudah tau semuanya. Tapi aku tidak akan menyerah !! Kim Yoo Jin tidak mencintaimu. Setelah Lee An meninggal, aku yakin dia akan kembali pada Jae Joong dan tidak ada lagi kesempatan untukmu. LUPAKAN DIA dan MULAILAH DARI AWAL DENGANKU !!”, sentak Mo Nae, setengah memaksa. 

“ Maaf, tapi aku hanya punya 1 hati dan sudah ku berikan padanya”, jawab Ji Hoo pelan dan dalam. 
“Sedalam itukah ?? Yoo Jin hanya bisa memberimu luka.. Berhentilah sebelum kau terluka lebih dalam dan datanglah padaku”, bujuknya tak menyerah.

“Yoo Jin membutuhkan aku. Aku harus kembali padanya”, lanjutnya, lalu tanpa menghiraukan Mo Nae yang menangis pelan, dia melangkah pergi dari sana. 
“JAE JOONG SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK BUTUH KAU LAGI !!”, serunya sebelum Ji Hoo benar-benar pergi.

Mendengar ucapannya, aku begitu tersentuh tapi aku juga merasa sangat bersalah padanya. Selama ini aku selalu menyakitinya tanpa aku pernah menyadarinya.

*******************************

Setelah mengelilingi Rumah Sakit ini dengan perasaan galau, akhirnya aku menemukan tempat yang sepi untuk menyendiri. Sebuah tempat disudut Koridor Rumah Sakit disamping pintu masuk Taman. Aku terduduk dan berpikir, mengenang kakak dan semua kenangan kami saat masih kecil. Airmataku masih belum berhenti mengalir. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.

“Ternyata kau disini. Orang tuamu mencarimu kemana-mana. Mereka akan segera memindahkan tubuh Kakakmu ke Rumah duka”, Jae Joong tiba-tiba duduk disampingku.
“Aku sedang ingin sendiri”, jawabku singkat seraya mengusap airmataku. 
“Baiklah !! Aku mengeri. Aku tahu ini pasti sulit untukmu”, Jawab Jae Joong lalu langsung berdiri dan berniat pergi, tapi mendadak langkahnya terhenti.

“Ji Hoo-ah..Kebetulan sekali.Aku baru saja memberitahu Yoo Jin kalau mereka akan memindahkan tubuh Lee An ke rumah duka, sekaligus ingin menghiburnya, tapi sepertinya dia ingin sendiri”, jawab Jae Joong, secara tidak langsung ingin mengusir Ji Hoo.

Entah kenapa aku bisa berpikir sejahat itu, tapi pikiran itu melintas begitu saja. Sedetik kemudian Jae Joong sudah menghilang dibalik koridor itu sementara Ji Hoo masih berdiri terpaku ditempatnya tadi. Dan beberapa detik kemudian barulah dia berjalan kearahku, kupikir awalnya dia akan duduk disampingku dan menghiburku tapi ternyata aku salah, dia justru berjalan melewatiku.

“Ji Hoo Sunbae, bisakah kau menemaniku sebentar saja ??”, pintaku memohon. Dia menghentikan langkahnya tapi tidak bergeming memandangku. 
“Ada yang ingin kau katakan ?? Kupikir kau ingin sendiri”, jawabnya singkat, tapi segera berbalik dan duduk disampingku.

“Dia sudah pergi. Kakak tidak akan pernah kembali”, ujarku lirih dengan setetes airmata jatuh dipipiku. 
“Aku tahu. Jae Joong baru saja mengatakannya”, jawabnya pelan dan hati-hati, lalu terdiam beberapa saat.

“Sudah lelah..”, lanjutnya tiba-tiba. Kupandang dia dengan heran dan bertanya bingung “Sekarang baru pukul 5 sore. Kenapa kau bilang sudah lelah ??”, tanyaku bingung seraya menghapus airmataku.

“Maksudku kau”, tegasnya seraya balik memandangku dengan lembut. 
“Aku ??”, tanyaku semakin bingung. 
”Selama ini kau selalu berjuang keras untuk kebahagiaan kakakmu.Sekarang saatnya kau berjuang untuk kebahagiaanmu sendiri”, jawabnya, tapi tetap saja aku tidak mengerti.

“Apa maksudmu ?? Aku tidak mengerti”, jawabku bingung. 
“Yoo Jin, aku tidak bisa selamanya disisimu. Suatu saat aku harus pergi. Tapi sebelum aku pergi, aku ingin melihatmu bahagia seperti dulu”, jawabnya dengan ragu-ragu.

Kutatap dia dengan tajam, sekarang aku mengerti arah pembicaraannya. Dia ingin pergi meninggalkan aku sama seperti Jae Joong meninggalkan aku dulu.

“Apa kau bosan menemaniku ?? Apa kau ingin meninggalkan aku sama seperti Jae Joong dulu ?? Apa kau tidak ingin bersamaku lagi ?? Apa kau juga ingin mengingkari janjimu sama seperti Jae Joong mengingkari janji kami ?? Jawab aku !! Benarkah semua itu ?? Satu per satu semua orang kini meninggalkanku”, ujarku mulai menangis lagi.

“Aku baru saja kehilangan kakakku, sekarang sahabat terbaikku juga akan meninggalkanku. Baguslah. Lengkap sudah penderitaanku. Pertama Ayahku, Jae Joong, kakak dan sekarang kau !! Selanjutnya siapa lagi ??”, lanjutku lagi sambil mengusap airmataku.

“Dengarkan aku dulu..”, pintanya.Tapi aku sedang tidak ingin mendengar apapun lagi. Sebelum dia mulai bicara lagi aku memotong kalimatnya.

“Dimana Ji Hoo yang selalu menemaniku ?? Dimana Ji Hoo yang selalu ada untukku ?? Dimana Ji Hoo yang selalu menghiburku ?? Dimana Ji Hoo yang selalu siap saat aku membutuhkannya ?? Katakan padaku dimana dia !!”, kupukul dadanya dengan sekuat tenaga, tapi aku merasa seluruh tubuhku lemah bila berhadapan dengannya.Dia berusaha menenangkanku, dia menangkap tanganku dan mendekapku dalam pelukannya.

“Yoo Jin, tenanglah !!”, perintahnya lembut. Mendengar suaranya yang lembut itu, aku semakin merasa bersalah. 
“Katakan padaku dimana dia !! Dimana Ji Hoo-ku ?? Kembalikan dia padaku !! Kembalikan !!”, ujarku disela tangisku.

“Aku disini”, jawabnya lembut. 
”Kau sudah berjanji padaku.Berjanji padaku..”,ujarku terisak sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya.Kupandang dia sejenak sebelum akhirnya aku benar-benar melepaskan pelukannya dan berlari meninggalkannya.Kudengar dia memanggilku, tapi aku tidak peduli.Aku terus berlari.

*************************

Yoon Ji Hoo POV :
“Yoo Jin-ah !!”, panggilku tapi dia tetap berlari. 
”Apa yang sudah kulakukan ??”, batinku menyesal. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah menghilang dibalik koridor itu, entah kemana.

“Mau kemana ?? Mengejarnya ?? Untuk sementara biarkan dia sendiri !!”, seru seseorang dibelakangku. Spontan aku menoleh keasal suara itu. 

“Kim Yeon Hee ?? Sejak kapan kau disini ??”, tanyaku pada seorang gadis muda dengan rambut sebahu. 
“Aku berniat mengucapkan belasungkawa, tapi aku justru mendengar pertengkaran kalian”, dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

“Kenapa kau lakukan itu ?? Kupikir hanya kau satu-satunya orang yang mengerti perasaannya, tapi kau justru lebih menyakitinya. Kumohon Sunbae, jangan sakiti dia lagi”, mendadak suaranya yang tadi tulus berubah menjadi permohonan yang tulus.

“Apa maksudmu ??”, tanyaku bingung. 
”Yoo Jin yang periang dan percaya diri berubah sejak dia kehilangan Jae Joong.Tapi berkat kau, sedikit demi sedikit dia bisa mengatasi kesedihannya dan kembali seperti dulu lagi.Kau selalu menemaninya, Kau selalu menghiburnya, Kau selalu berada disisinya setiap saat. Itulah yang membuatnya menjadi gadis yang kuat”, jelasnya padaku. 
“Aku masih tidak mengerti”, jawabku bingung.

“Susah payah Yoo Jin menutup luka dihatinya, tapi berkat kau semua itu menjadi lebih mudah. Secara perlahan, entah kau sadari atau tidak, kau membuat luka dihatinya tertutup sepenuhnya. Tapi aku sama sekali tidak menyangka, hari ini kau membuat luka yang dengan susah payah berhasil ditutup kembali terbuka”, jawabnya, membuatku semakin bingung.

“Katakan secara langsung apa yang ingin kau katakan, jangan berbelit-belit seperti ini”, ujarku mulai tidak sabar. 
“Kim Yoo Jin jatuh cinta padamu, apa kau mengerti ??”, sentaknya kesal. Tapi aku hanya terdiam terpaku, tidak percaya.

“Tidak mungkin !! Aku tau dalam hatinya masih ada bayangan Jae Joong..Baginya, aku hanyalah teman terbaik. Seorang sahabat yang selalu ada disisinya saat dia butuh sandaran”, jawabku menyangkal. Entah kenapa, aku masih menolak untuk percaya.

“Dia sahabatmu, tapi dia juga dengan tulus mencintaimu”, jawabnya mantap seraya menatap mataku dalam. 
“Kurasa dia hanya menganggap aku sebagai pengganti Jae Joong, benarkan ??”, ujarku sambil tersenyum getir.

“Ji Hoo Sunbae, aku sangat kecewa padamu. Kupikir hanya kaulah satu-satunya orang yang paling mengerti Yoo Jin, tapi ternyata aku salah. Kau tau ?? Waktu yang berputar tidak akan bisa kembali lagi. Kuharap suatu hari nanti, kau tidak akan menyesali keputusanmu ini”, ujar Yeon Hee tajam. 

“Apa maksudmu Yeon Hee ??”, tanyaku lagi. 
“Kim Yoo Jin jatuh cinta padamu, kau percaya atau tidak, itu urusanmu. Aku harus pergi mencari Yoo Jin. Selamat sore”, jawabnya lalu berjalan pergi, meninggalkan aku dengan berbagai pertanyaan dalam hatiku.

*******************

Kim Mansion.. 
Kim Yoo Jin POV : 
“Maaf aku tiba-tiba masuk. Aku berkali-kali mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban darimu. Yoo Jin-ah, kau baik-baik saja kan ??”, aku sedang berada dibalkon kamarku saat kulihat Yeon Hee berjalan masuk kedalam kamar dan menghampiriku.

“Kau sedang apa ?? Kenapa kamarmu penuh asap ??”, tanyanya bingung seraya melihat kedalam tong sampah besar tempat kepulan asap itu berasal.
“Apa kau ingin membakarnya ?? Kau gila !! Kau tidak serius kan ?? Semua ini adalah kenanganmu bersama Jae Joong”, teriaknya saat melihat ada banyak tumpukan kertas, foto, dan barang-barang yang kuletakkan dilantai dekat tong sampah itu.

“Ini !! Surat cinta pertamamu darinya. Ini puisi cinta yang ditulisnya untukmu. Ini foto bersama terakhir kalian sebelum kecelakaan itu. Dan ini, syal yang dihadiahkan Jae Joong tepat dihari Ulang Tahunmu. Kau tidak akan membakar semua ini kan ?? Bukankah bagimu semua ini adalah pusaka ??”, protesnya padaku. Tapi aku hanya terdiam dan melanjutkan kegiatanku, dengan hati hancur melempar semua itu kedalam api yang berkobar.

“Aku ingin mengubur semuanya. Aku tidak ingin lagi mengingatnya. Dan harusnya kulakukan ini sejak lama”, jawabku dengan dingin. Aku membungkuk mengambil boneka beruang yang bertuliskan “Jae Joong Love Yoo Jin” dan berniat melemparkannya kedalam api, tapi Yeon Hee langsung merebutnya dari tanganku.

“Jangan !! Ini boneka kesayanganmu !!”, serunya padaku. Kutatap dia sejenak dan kuputuskan untuk membiarkannya. 
”Kalau kau mau, ambil saja”, ujarku lirih. Tapi dia malah berlari kedalam kamar mandi dan mengambil seember air lalu menyiramkannya kedalam tong itu, membuat apiku padam seketika. 
”Apa yang kau lakukan ??”, sentakku marah.

“Justru akulah yang harusnya bertanya, apa yang kau lakukan ??”, protesnya padaku. Memutuskan mengacuhkannya, aku berjalan melewatinya dan mengambil jerigen besar berisi bensin dan menyiramkannya kedalam tong seraya melemparkan korek api kedalamnya.

“Kim Yoo Jin, kau ini kenapa ??”, tanyanya bingung saat melihatku satu demi satu melemparkan barang pemberian Jae Joong kedalam api. 
“Tidak apa-apa !! aku hanya ingin membakar barang-barang yang tidak berguna. Dan Itu !!!”, tudingku pada barang-barang pemberian Jae Joong.

“Tidak berguna lagi untukku. Semuanya telah berakhir !! Setiap kali aku teringat Jae Joong, aku ingat bagaimana kakakku sangat mencintainya. Aku ingat bagaimana Jae Joong mencampakkan aku demi wanita lain yang tidak lain adalah kakakku sendiri. AKu ingat bagaimana bahagianya mereka dan aku menderita. Aku ingat bagaimana aku dengan berat hati melepaskannya agar kakak bisa bahagia, tapi nyatanya apa ?? Kakak tetap meninggal”, ujarku sambil menangis.

Kuakui ada rasa sakit saat aku membakar barang-barang itu. Barang-barang yang pernah menjadi pusaka bagiku, sangat berharga lebih dari apapun. Semua itu adalah kenanganku, tapi sekarang aku tidak ingin semua kenangan itu.

“Semuanya telah berakhir. Setelah kakakku pergi, aku sadar hidup harus terus berjalan. Aku tidak ingin lagi bergantung pada masa lalu yang menyakitkan, termasuk Jae Joong dan semua kenangannya. Aku tidak ingin mengingat kenangan itu. Aku tidak ingin mengingat masa lalu. Aku hanya ingin kehidupan baru. Tanpa siapapun, Hanya aku sendiri”, lanjutku dengan suara gemetar.

Banyak hal yang membuatku sakit. Kematian kakak, kecelakaan Jae Joong dan semua ucapan Ji Hoo, aku tidak tahu mana yang sekarang aku tangisi. 
“Apa ini karena Ji Hoo mengatakan kalau dia akan pergi ?? Apa yang kau maksud kenangan itu termasuk kenanganmu bersama Ji Hoo ??”, tanyanya curiga.

Aku terdiam mendengar pertanyaannya. 
“Jawab aku, Kim Yoo Jin !!! Do you love him ?? Yoon Ji Hoo ??”, tanyanya padaku. Tapi aku terdiam dan menangis pelan.

“Ini tidak ada gunanya !! Dengan membakar barang-barang ini kau pikir kau bisa melupakan semuanya ?? Mungkin kau bisa melupakan Jae Joong Karena kau sudah tidak mencintainya lagi. Tapi bagaimana dengan Ji Hoo ?? Bisakah kau membakar semua kenangan kalian dan menganggapnya tidak pernah ada ??”, tanyanya lagi.

Aku sadar dia benar. Tapi aku tidak tahu lagi harus melakukan apa. Semua yang kulakukan seolah sia-sia. Aku sudah lelah. Dulu aku menempel banyak kertas di dinding, berjuang keras untuk menemukan Jae Joong. Tapi setelah menemukannya, dia justru mencampakkan aku dan mencintai wanita lain. Aku tidak ingin itu terjadi lagi, tidak untuk kedua kalinya.

“Aku lelah. Sangat lelah. Aku merasa semua yang kulakukan sia-sia. Aku bosan berlari. Aku ingin berhenti”, ujarku sambil jatuh berlutut didepan tong sampah itu, sambil menatap kosong kepulan asap yang keluar dari dalam tong itu dan menangis pelan.

Yeon Hee berlutut disampingku dan memelukku lembut, membiarkan aku menangis dibahunya. 
”Kau tidak boleh berhenti. Kau tidak boleh menyerah. Kalau kau ingin menyerah, seharusnya kau lakukan itu sejak awal. Dulu kau pernah melepaskan cintamu, sekarang jangan ulangi lagi untuk yang kedua kalinya”, bisiknya menghiburku, memberiku semangat.

“Tapi dia akan pergi..Dia akan meninggalkan aku sama seperti Jae Joong meninggalkan aku dulu”, bisikku lemah sambil menangis. 
“Katakan padanya jangan pergi !! Katakan padanya apa yang ada dihatimu !!”, ujar Yeon Hee memberi semangat.

“Dia tidak percaya padaku. Apa yang harus kulakukan ??”, jawabku lemah seraya menghapus airmataku. 
“Buat dia percaya, Yoo Jin !! Jika kau memang mencintainya maka kau harus buat dia percaya. Tunjukkan padanya perasaanmu yang sebenarnya”, ujarnya sekali lagi.

“Aku yakin kau tahu caranya. Sekarang sudah malam. Besok adalah hari pemakaman kakakmu. Istirahatlah !!”, lanjutnya lagi seraya menuntunku ke tempat tidur dan membantuku berbaring.

“Aku akan matikan apinya”, tambahnya seraya mengambil seember air dan menyiramkannya kedalam tong, memadamkan apinya sekali lagi. 
“Terima kasih, Yeon Hee !! Aku beruntung masih memilikimu”, ujarku berkaca-kaca. 
“Itulah gunanya teman. Tidurlah !! Besok adalah hari yang berat. Selamat Malam, Yoo Jin !!”, jawabnya tulus, kemudian mematikan lampu kamarku dan berjalan pergi.

***********************

Yoon Ji Hoo POV : 
Aku duduk diatas ranjangku, berniat tidur saat tiba-tiba ponselku berbunyi. Dengan malas kulihat tulisan di ponsel itu. Nama “Kim Jae Joong”, tertulis disana. Aku tersenyum getir saat membaca pesan yang dikirimkannya. Dalam hati aku sudah bisa menebak apa yang di inginkannya. Pernikahan itu telah gagal dengan meninggalnya Lee An. Jae Joong sudah tidak terikat pada wanita manapun juga dan sekarang yang diinginkannya pastilah mengambil kembali apa yang dulu pernah di tinggalkannya.

“Yoo Jin..Pasti karena dia kan ??”, batinku saat membaca pesan diponselku.

Kim Yoo Jin tidak mencintaimu. Setelah Lee An meninggal, aku yakin dia akan kembali pada Jae Joong dan tidak ada lagi kesempatan untukmu. LUPAKAN DIA dan MULAILAH ARI AWAL DENGANKU !! JAE JOONG SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK BUTUH KAU LAGI !!”, kenangku pada ucapan Mo Nae tadi siang. Mendadak hatiku sangat sakit. Disaat seperti ini, aku sangat ingin Lee An hidup kembali. Entah kenapa aku merasa hanya Lee An-lah yang bisa menahan Jae Joong agar tidak kembali.

“Ji Hoo, ada apa denganmu ?? Sejak kapan kau jadi begitu tidak percaya diri ??”, batinku sinis pada diriku sendiri.

“Dia memang sahabatmu, tapi dia juga yang dengan tulus mencintaimu. Kim Yoo Jin jatuh cinta padamu, kau percaya atau tidak, itu urusanmu”, sekarang ucapan Kim  Yeon Hee terngiang di kepalaku.

“I Think I Love You..”, suara Yoo Jin muncul dalam pikiranku. Sangat nyata seolah dia ada disini bersamaku.Bahkan aku masih bisa merasakan sentuhan lembut bibirnya di bibirku saat kami berciuman malam itu. Aku meletakkan sebelah tanganku di dada, detak jantungku lebih cepat setiap kali mengingat apa yang terjadi malam itu. Suaranya yang lembut, bibirnya yang menggoda, pelukannya yang hangat dan aroma rambutnya yang menggairahkan. Aku merasa aku sudah hampir gila.

“Yoo Jin, aku merindukanmu”, ujarku penuh rindu.

Ji Hoo Hyung, bukankah dari dulu kau menyukai Yoo Jin ?? Ini kesempatanmu kawan. Rebut hatinya disaat dia butuh sandaran.. Siapa tau kalau kau bisa menjadi pengganti Jae Joong Hyung”, tiba-tiba ucapan Shi Lang malam itu, mendadak muncul dalam pikiranku. Aku tersenyum tipis saat mengingat ucapannya.

“Hanya pengganti ?? Seperti itukah arti diriku bagimu, Yoo Jin ??”, batinku sedih dan perih.

Aku merebahkan diriku kembali ke tempat tidur dengan perasaan galau. “Mana yang harus ku percaya ??”, ucapku bimbang. Lalu saat teringat isi pesan Jae Joong, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur dan berniat menemuinya di restoran tempat kami berjanji bertemu. 

“Ada alasan apa kau ingin menemuiku?”, tanyaku pada seorang pria yang duduk dihadapanku. 
“Apa menemui teman lama butuh alasan ??”, Jae Joong balik bertanya. 
“Kalau begitu untuk apa ??”, tanyaku lagi tanpa basa-basi.

“Kau sama sekali tidak berubah. Kau tetap Yoon Ji Hoo, temanku yang tidak suka banyak bicara. Gaya bicaramu tetap saja arogan. Dan sepertinya julukan “Pangeran Berkuda Putih” itu masih melekat dengan dirimu..”, ujarnya sambil tersenyum penuh arti seraya menunjuk mantel putih yang ku kenakan.

“Aku juga yakin kalau sampai sekarang kau masih suka menyendiri, benarkan ??”, lanjutnya lagi. Aku tersenyum tipis menyadari bahwa kini ingatannya sudah sepenuhnya pulih.

“Ingatanmu benar-benar sudah pulih, Jae Joong Hyung !! Katakan intinya !!”, ujarku seraya menyeruput secangkir kopi hangatku.

“Tinggalkan Kim Yoo Jin !! Dia sudah tidak butuh kau lagi. Aku sudah kembali !! Aku bisa menjaganya seperti dulu lagi. Tugasmu sudah selesai, kawan !!”, ujarnya tanpa basa-basi. 

Aku sudah merasa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Saat kudengar Lee An meninggal dan pernikahan mereka gagal, aku tahu bahwa Jae Joong akan segera merebut Yoo Jin kembali. Jae Joong menikahi Lee An karena Yoo Jin yang memintanya, dan sekarang ketika Lee An sudah meninggal, janji itu sudah tidak berlaku lagi. Entah kenapa, kalimatnya terdengar begitu kejam ditelingaku.

JAE JOONG SUDAH KEMBALI !! YOO JIN TAK BUTUH KAU LAGI !!”, kembali ucapan Mo Nae terngiang di kepalaku. Hatiku menangis perih.

“Jadi itu tujuanmu mengajakku keluar malam-malam begini ??”, tanyaku sinis sambil tersenyum tipis. 
“Aku berterima kasih kau telah menjaganya selama ini, tapi dia tetap pacarku”, jawabnya dengan percaya diri dan aku hanya tersenyum kecil.

“Benarkah ?? Setelah kau campakkan dia dan memilih wanita lain ?? Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa masa lalu sudah tidak penting ??”, jawabku dengan santai. Kulihat dia menatapku dengan marah.

“Aku akan pergi. Tapi bukan demi kau atau demi siapapun”, lanjutku lagi dengan percaya diri seraya meminum kopiku sekali lagi. 
“Tapi walau aku pergi, aku tidak yakin kau sanggup menghapuskan kenangan diantara kami”, ujarku dengan arogan dan penuh percaya diri, untuk menutupi hatiku yang rapuh dan hancur karena akan segera kehilangan wanita yang ku cintai.

“Apa maksudmu ??”, tanyanya sinis padaku. 
“Semoga berhasil merebut Yoo Jin kembali, kawan !!”, jawabku, menolak menjawab pertanyaannya. 
”Ahh.. Dan satu lagi, senang melihatmu kembali seperti dulu”, lanjutku lalu berjalan pergi meninggalkan restoran itu.

“Aku akan memilih untuk pergi, tersenyum mengucapkan selamat tinggal pada kesedihanku. Maafkan aku Yoo Jin.. Mungkin ini yang terbaik.. Aku tidak ingin hanya mengganti Pengganti. Tapi terima kasih sudah membuatku mengerti apa itu Cinta Sejati, aku akan selamanya ingat, KAULAH PENYESALAN DALAM HATIKU !!”, batinku saat aku memutuskan untuk pergi.

********************

Church, Kim Lee An Funeral.. 
Kim Yoo Jin POV : 
Sudah hampir 2 jam ini, Tuan Kim, Ibu, aku dan Jae Joong berdiri didepan pintu gereja, menunggu setiap orang keluar dan menyalami mereka serta berterima kasih karena telah menyempatkan diri untuk datang dan mengantar kakak ke peraduannya yang terakhir.

Hari yang melelahkan juga menyedihkan, semua orang mengenakan pakaian hitam, tanda mereka sedang berduka. Yah, hitam memang identik dengan kesedihan dan airmata. Itu sebabnya aku benci warna hitam.

Aku baru saja akan pulang bersama Ibuku saat Ji Hoo tiba-tiba memanggilku dari belakang. Aku menoleh dan kulihat dia dengan jas hitamnya. Aneh sekali melihatnya dengan kostum hitam. Selama ini aku selalu melihatnya mengenakan warna putih, entah itu kemeja, kaos, celana, jas ataupun mantel. Tapi Ji Hoo memang tampan, apapun yang dikenakannya pasti selalu cocok untuknya. Aku suka cara berjalannya yang arogan, seolah dijalan itu hanya ada dia seorang. Aku berjalan kearahnya sambil terus menatapnya lekat.

“Ada yang aneh denganku ?? Kenapa memandangku seperti itu ??”, tanyanya, memulai pembicaraan saat kami duduk disalah satu kursi gereja. 
Ini yang pertama kalinya aku melihatmu mengenakan warna selain putih”, jawabku lirih sambil tersenyum kecil.

“Tidak juga !! Aku pernah mengenakan mantel coklat hadiah Natal darimu tahun lalu, tapi mungkin saat itu kau tidak memperhatikan aku saat mengenakannya”, jawabnya, suaranya mendadak sedih.

DEG.. Hatiku mendadak sakit. 
“Benar.. Selama ini aku tidak pernah memperhatikannya. Bukan salahnya jika dia tidak percaya padaku sekarang”, hatiku mendadak semakin perih menyadari betapa egoisnya aku selama ini.

“Benarkah ?”, tanyaku salah tingkah. 
“Maaf jika dulu aku tidak begitu memperhatikanmu”, ujarku menyesal. 
”Tapi mulai sekarang, aku janji akan lebih memperhatikanmu jika saja kau beri aku satu kesempatan”, tambahku dalam hati, tapi lidahku kelu saat ingin mengatakannya.

"Tidak masalah”, jawabnya singkat. Aku berjalan maju kearah Altar Gereja seraya berlutut dan berdoa, mendoakan arwah kakak agar bahagia di Surga.

“Ji Hoo Sunbae, lesung pipi kakak ada disebelah mana ??”, tanyaku padanya, sambil tetap dalam sikap berdoa. Kudengar suaraku bergema di seluruh gedung Gereja yang sudah kosong ini.

“Lesung pipi Lee An ada di hatimu”, jawaban yang membuatku terkejut. Namun aku tersenyum dalam hati. Ji Hoo memang tahu bagaimana caranya menghiburku. Aku menyelesaikan doaku lalu kembali duduk disampingnya.

“Bukankah kau ingin bicara ?? Katakan ada apa ??”, tanyaku dengan suara gemetar, karena aku sudah bisa menebak apa yang ingin dia katakan. 
“Apa kau baik-baik saja ??”, tanyanya dengan ekspresi cemas. 
”Apa ??”, aku tersentak kaget mendengar pertanyaannya.

“Jae Joong pria yang baik”, lanjutnya,mengacuhkan pertanyaanku. 
“Aku tahu”, jawabku singkat. 
Dia tertawa kecil sebelum berkata “Ya benar. Dia kan pacarmu”, jawabnya dengan kikuk. 
“Sebenarnya apa yang ingin kau katakan ??”, tanyaku mulai tidak sabar. 
“Aku akan pindah kuliah keluar negeri. Ayahku yang mengaturnya. Aku juga tidak tahu soal rencana ini”, ujarnya ragu-ragu.

Aku tersentak mendengarnya tapi tetap memaksakan diri tersenyum dan berkata “Jadi begitu ?? Baguslah !! Ternyata kau serius ingin meninggalkan aku”, jawabku setengah bercanda.Padahal sesungguhnya hatiku sakit, aku terluka sekali lagi. Aku benar-benar ingin menangis, aku merasa mataku mulai berair tapi berusaha keras menahannya.

“Kau sudah tidak butuh aku lagi. Jae Joong sudah kembali. Jadi aku bisa keluar negeri dengan tenang. Aku yakin walau tanpa aku, kau tetap bisa hidup dengan bahagia, benarkan ??”, serunya padaku dengan suaranya yang lembut.Dia menatapku dengan sinar matanya yang teduh, semakin menatapnya aku semakin tidak berdaya.

“Dan sebelum aku pergi, aku ingin berpamitan denganmu”, lanjutnya lagi.
Berpamitan. Kalimat itu bahkan terdengar lebih tajam dari belati.

“Aku tahu. Tapi aku sangat lelah hari ini, Bisakah kita bicara lain kali ??”, jawabku, mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku tidak sanggup memikirkan apapun hari ini. Aku belum siap menerima kenyataan kalau dia akan pergi. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa dirinya. Jadi sebelum dia menahanku,aku spontan berdiri dan berjalan dengan cepat meninggalkan gereja ini.

“Yoo Jin-ah, biar aku mengantarmu”, tawarnya padaku, terlihat cemas. 
Tapi aku menggeleng pelan.”Tidak usah, Mobilku sudah menunggu. Kita bicara lain kali”, jawabku lalu berlari ke mobil.

Aku tidak tahu ada apa dengan hari ini. Setelah susah payah menghindar dari Ji Hoo, sekarang gadis itu yang minta bicara padaku. Benar. Gadis itu. Hong Mo Nae, gadis yang selama ini digosipkan dekat dengan Ji Hoo. Walau enggan, tapi karena penasaran aku terpaksa menemuinya.. Dia berdiri begitu melihat kedatanganku, lalu menunjuk kursi di depannya dan menyuruhku duduk.

“Aku tidak suka basa-basi. Kita langsung saja..”, ujarnya dingin. 
Aku tidak tau apa yang akan dia katakan, tapi melihat ekspresinya sepertinya aku sudah bisa menebak..

To Be Continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.