Author : Lee An TS501
Starring :
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Uee’s After School as Kim Yoo Jin
Kim Jae Joong as Himself (Yoo Jin Ex
Boyfriend)
Kim Kyu Jong as Himself (Ji Hoo &
Jae Joong’s friend)
Kim Hyun Joong as Kim Shi Lang (Ji Hoo
& Jae Joong’s friend)
Yeyen Norma Guphyta as Kim Yeon Hee
(Yoo Jin’s Best Friend)
Kim Hyung Jun as Himself (Ji Hoo &
Jae Joong’s friend)
Jung Somin as Hong Mo Nae (The Girl
Who Love Yoon Ji Hoo)
“WISHING
STAR 7 – SS501 & Uee
Fanfiction”
“CHAPTER 7 : THE DAY YOU WENT AWAY”
Kim Yoo Jin POV :
“Aku tidak suka basa-basi. Kita langsung saja..”, ujarnya dingin.
Aku tidak tau apa yang akan dia katakan, tapi melihat ekspresinya
sepertinya aku sudah bisa menebak.. Gadis itu, Hong Mo Nae, memandangku dengan
ekspresi sedingin es.
“Aku turut berduka atas kematian
kakakmu”,ujarnya, begitu aku tiba direstoran ini.Pelan dan tanpa ekspresi.
“Terima
kasih”, sahutku padanya.
“Mungkin ini
bukan saat yang tepat, tapi tidak ada salahnya bicara lebih awal”,ujarnya lagi.
”Katakan !!!”,
kali ini akulah yang tanpa espresi.
“Tinggalkan Ji
Hoo !! Kumohon !! Kau tidak mencintainya.Jangan ganggu dia lagi.Jangan paksa
dia terus disisimu”, ujarnya, terdengar sedikit memaksa. Membuatku bingung
harus berkata apa .Tapi mengerti apa dia soal cinta ??
“Aku..”, aku
mencoba bicara tapi dia memotongnya.
“Pernahkah kau
berpikir kau begitu egois ??”, potongnya tajam. Aku tersentak mendengarnya.
“Aku tidak..”,
aku ingin membela diri tapi lagi-lagi dia memotongnya.
“Tutup mulutmu
!! Biarkan aku selesai !! Kalau aku sudah selesai, baru kau boleh bicara”, sentaknya
kasar. Aku hanya terdiam kaget. Dia bilang aku egois, tapi lihat sekarang siapa
yang egois. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bicara.
“Yoo Jin-ssi, tanyalah
pada hatimu, apakah selama ini kau pernah menghargai Ji Hoo ?? Pernahkah kau
mencoba mengerti apa yang diinginkannya ?? Apa yang dirasakannya ?? Atau
setidaknya, pernahkah kau pikirkan perasaannya padamu ??”, tanyanya padaku.
Pertanyaan itu
sungguh membuatku terkejut. Dia terdiam sejenak, kemudian kembali bicara “Tidak
pernah kan ?? Bagimu semua itu tidak penting. Yang penting bagimu adalah dia
selalu disisimu, menemanimu, menghiburmu. Tidak peduli dia melakukannya dengan
rela atau terpaksa.Benarkah ??”, lanjutnya dengan tajam.
Aku tahu dia
benar. Selama Ji Hoo disisiku, yang dilakukannya hanyalah menghiburku.
Dia menarik
napas panjang sebelum kembali bicara “Yoo Jin-ssi, dia bukan tempat sampahmu !!
Dia bukan tempat pelampiasan kekecewaanmu !! Dia bukan tempat tambal butuhmu !!
Dia punya perasaan. Pernahkah kau berpikir mungkin dia merasa lelah ?? Pernahkah
kau berpikir tentang perasaannya padamu sekali saja ??”,t anyanya lagi. aku
terdiam membisu.
“Mo Nae-ssi, katakan
intinya !!!”, seruku akhirnya.
“Dia mencintaimu.
Entah sejak kapan. Bahkan mungkin jauh sebelum kecelakaan di Shanghai. Tapi
demi kebahagiaanmu, dia rela mengalah. Dia terus menekan perasaannya. Bahkan
dia ingin melupakannya”, kulihat matanya mulai berkaca-kaca, suaranya tak lagi
terdengar ketus dan sinis. Dia berhenti sebentar, mengambil napas dan mulai
bicara lagi.
“Tapi semakin
dia berusaha menghindar, semakin dia mencintaimu lebih dari sebelumnya. Begitu
besar cintanya padamu, sampai dia rela menjadi temanmu. Bisakah kau bayangkan
bagaimana sakitnya dia saat melihat kau dan Jae Joong jalan berdua,
bergandengan tangan atau mungkin bermesraan didepannya ??”, matanya semakin
merah. Sepertinya dia ingin menangis.
“Kalau aku
jadi dia, akan kubunuh salah satu diantara kalian. Atau justru kubunuh diriku, dengan
begitu aku tidak akan pernah merasa sakit. Tapi Ji Hoo tidak begitu, dengan
besar hati dia mendoakanmu. Bahkan saat kau kehilangan Jae Joong,dengan setia
dia menemanimu, melewati masa-masa sulit itu”, Mo Nae mengambil saputangan dari
tasnya dan mengusap airmatanya.
Mendadak
akupun ingin menangis. Aku merasa airmataku mulai menetes, aku sama sekali
tidak menyangka Ji Hoo berkorban begitu besar untukku. Dibalik sikapnya yang
terlihat arogan, ternyata dia sangat rapuh. Sekarang aku tahu kenapa dia
bersikap seperti itu.
“Kau tahu
kenapa aku menangis ??”, Tanya Mo Nae sekali lagi. Aku hanya menggeleng pelan.
“Karena aku
iri padamu. Tidak ada seorangpun yang mencintaiku sama seperti Ji Hoo
mencintaimu. Kau tahu kenapa Ji Hoo berbuat seperti itu ??”, tanyanya lagi. Entah
berapa banyak pertanyaan yang sudah dia ajukan padaku dan hampir semua dari
pertanyaan itu aku tidak memiliki jawabannya.
“Karena dia
ingin kau bahagia. Dia ingin melihatmu tersenyum dan tertawa. Tidak peduli
walau kebahagiaanmu itu akan sangat melukainya. Dan tahukah kau kenapa dia
putuskan untuk pindah kuliah ??”, dia bertanya lagi.
Aku benci
setiap kali dia bertanya, karena aku sama sekali tidak bisa menjawab
pertanyaannya. Semakin banyak pertanyaan yang diajukannya padaku, semakin aku
tidak bisa menjawab pertanyaan itu, aku semakin yakin aku tidak sekalipun
memahami Ji Hoo seperti Ji Hoo memahamiku, itulah yang membuatku benci pada
diriku sendiri.
“Karena Jae
Joong sudah kembali jadi dia ingin menghindarimu. Dia ingin bersembunyi darimu.
Dia merasa lelah. Dia tidak sanggup lagi memendam perasaannya. Tapi dia masih
memikirkanmu dan Jae Joong. Dia tidak ingin merebut pacar teman sendiri, jadi
dia putuskan untuk pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini, dari kota ini, bahkan
mungkin dari Negara ini. Dia tidak ingin tersiksa lagi”, serunya padaku dengan
airmata dipipi.
Tiba-tiba
kulihat Mo Nae berdiri, dia berjalan ke arahku dan berlutut dihadapanku.
“Bila kau
masih menganggapnya teman, bila kau tidak ingin melihatnya terluka lebih dalam.
Aku mohon, biarkan dia pergi Yoo Jin-ssi !! Let him go !!”, Mo Nae berlutut dan
memohon dihadapanku sambil menangis. Memohon dengan tulus. Walau dia tidak
mengatakannya, tapi aku tahu dia juga terluka sangat dalam. Terluka melihat
kenyataan pria yang dicintainya mencintai orang lain dengan begitu dalam.
“Jangan
berlutut padaku !! Berdirilah, Mo Nae-ssi !!”, ujarku lirih, seraya memegang
lengannya dan memintanya berdiri. Tapi dia menolak tegas dan menampik tanganku.
“Tidak !!
Sebelum kau melepaskannya. Kumohon, Yoo Jin !! Jangan siksa dia lagi. Biarkan
dia pergi !!”, Mo Nae terus berlutut dan memohon padaku. Memohon agar aku
melepaskan Ji Hoo. Kulihat semua orang di restoran ini menatap kami, tidak
punya pilihan, Kuanggukkan kepalaku dengan berat dan sambil meneteskan airmata
aku mengangguk pelan.
“Aku akan
membiarkannya pergi !!”, ujarku lirih dengan airmata menetes dipipi.
“Berdirilah Mo
Nae-ssi”, lanjutku berat. Akhirnya dia tersenyum dan perlahan berdiri. Kemudian
dia menghampiriku dan memelukku sambil mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih.
Aku tahu kau gadis yang baik”, ujarnya terharu kemudian melepaskannya
pelukannya dan berjalan meninggalkan restoran ini. Meninggalkan aku disini, menyesali
keputusanku sendiri.
“Benarkah
membiarkannya pergi adalah keputusan yang terbaik ??”, batinku sambil menyeka
airmataku, mendadak hatiku merasa sangat sakit.
Seoul University..
“Aku tidak
mengerti sama sekali, kenapa Ji Hoo Sunbae malah ingin pergi ?? Aku sudah
mengatakan tentang perasaan Yoo Jin padanya, bukankah harusnya dia melompat
bahagia dan berkata “Yoo Jin, lets get married”, benarkan ??”, seru Yeon Hee
kesal, saat dia, Kyu Jong dan Shi Lang sedang duduk-duduk di taman kampus.
“Kyu Jong-ah,
apa kau tau sesuatu ??”, Tanya Shi Lang ikut penasaran.
“Aku juga
sedang bingung. Kenapa masalahnya jadi rumit begini ?? Kenapa Lee An harus mati
?? Jika saja Lee An tidak mati, pasti dia dan Jae Joong sudah menikah, dan
kalau mereka menikah, Ji Hoo akan punya kesempatan. Tapi semua terjadi di luar
rencana, kematian Lee An membuat Jae Joong jadi punya kesempatan”, jawab Kyu
Jong menganalisa.
“YAAAA !!! Ini
semua sudah takdir. Kenapa kau malah salahkan kematian Unnie ??, omel Yeon Hee
pada temannya.
“Apa menurutmu
Jae Joong yang memintanya pergi ??”, Tanya Shi Lang lagi.
“Bukankah saat
kita memberinya ucapan selamat, dia terlihat begitu sinis ??”, lanjutnya
menebak.
“Mungkin
saja..Kurasa Jae Joong menginginkan Yoo Jin kembali. Dia menganggap Ji Hoo
Hyung saingan jadi dia berusaha menyingkirkannya”, jawab Kyu setuju.
“Atau mungkin
gara-gara wanita itu..Aku tidak suka padanya”, celetuk Yeon Hee kesal.
“Nuguseyo ??”,
Tanya Shi Lang bingung.
“Rubah Betina
itu.. Hong Monyet, siapa lagi ??”, ujar Yeon Hee kesal. Mendengar kata Monyet,
spontan Kyu dan Shi Lang tertawa terbahak.
“Hong Monyet
?? Hahaha.. Kurasa julukan itu cocok untuknya. Kuperhatikan akhir-akhir ini dia
selalu menempel pada Ji Hoo Hyung. Memuakkan sekali. Aku benci wanita yang
selalu menempel pada pria, kesannya tidak punya harga diri, benarkan ??”, ujar
Shi Lang.
“Wah, tumben
kali ini kau pintar.. Baru kali ini kau bisa berpikir cerdas hahaha..”, ledek
Yeon Hee sambil tertawa dan menepuk pundak Shi Lang.
“YAAAA !!! Aku
ini memang cerdas, hanya saja tidak kuperlihatkan”, ujar Shi Lang menyombong.
“Oh ya ?? Lalu
apa kau sadar kalau omonganmu waktu itu ikut andil membuat keraguan di hati Ji
Hoo Sunbae ?? Kalau saja kau tidak bicara seperti itu, hal seperti ini tak
mungkin terjadi”, omel Yeon Hee galak.
“Omonganku
yang mana ??”, Tanya Shi Lang tanpa dosa.
“Omonganmu
soal pengganti. Dasar bodoh !! Aisshh jinja… Kau pria egois menyebalkan..
Sudahlah !!”, Yeon Hee mendadak marah. Shi Lang hanya melongo sementara Kyu
Jong hanya tertawa geli melihat mereka.
“Hahaha..
Kalian ini lucu sekali. Kadang bertengkar, kadang baikan. Kalau terus seperti
ini, lama-lama kalian akan ku nikahkan”, ujar Kyu Jong asal, tapi malah membuat
Yeon Hee dan Shi Lang jadi salah tingkah.
“Siapa yang
mau menikah dengan pria tidak peka seperti dia ?? Yang ada malah aku mati kesal”, gerutu Yeon Hee dengan wajah
memerah.
“Begitukah ??
Mati kesal bila menikah denganku ?? Lalu kenapa tidak kita buktikan saja”, goda
Shi Lang seraya perlahan mendekati Yeon Hee yang malu-malu.
“YAAAA !!!
Berani mendekat ku bunuh kau !!”, ancam Yeon Hee galak.
“Benarkah ??
Kau takut padaku ?? Atau kau malu ??? Kenapa wajahmu memerah begitu ??”, goda
Shi Lang seraya perlahan mendekati Yeon Hee dan menatap bibirnya, yang di balas dengan pukulan di kepalanya.
“Aaauuuww…
Galak sekali !!!”, protes Shi Lang seraya mengusap kepalanya yang di pukul tas
Yeon Hee.
“Awas kalau
kau berani menggodaku lagi”,ancam Yeon Hee lalu berlari pergi dengan wajah
memerah malu.
“Dasar bodoh
!! Mana boleh pernikahan dianggap bercanda seperti itu ??”, batin Yeon Hee
kesal tapi dengan hati yang berdebar kencang.
Sepeninggal
Yeon Hee, Shi Lang hanya menatap bingung temannya.
“Aku tidak
mengerti wanita. Kita kan hanya bercanda, kenapa dia jadi marah seperti itu
??”, Tanya Shi Lang polos. Kyu Jong hanya menggelengkan kepalanya geli melihat
kepolosan temannya.
“Dia
menyukaimu, bodoh !!”, jawab Kyu Jong santai. “Haaahh ??”, tanyanya polos.
“Ternyata kau
memang benar-benar bodoh. Sudahlah !!”, ujar Kyu menyerah lalu beranjak pergi
dari sana.
“Kyu-ah, kau
mau kemana ?? Apa maksudmu tadi ??”, kejar Shi Lang.
“Cari tau
sendiri. Kau ini memang tidak peka sama sekali. Kalian semua benar-benar
membuatku pusing. Jae Joong Hyung seenaknya datang dan pergi, mempermainkan
perasaan orang seperti gasing, Ji Hoo Hyung mendadak kehilangan percaya diri
dan selalu merasa tak pantas dicintai dan kau, sama sekali tidak peka terhadap
perasaan wanita. Jelas-jelas Yeon Hee menyukaimu tapi kau tak mengerti juga.
Aaaiisshh Jinja.. Sial sekali aku berada ditengah-tengah kalian.. pergilah !!
Jangan ikuti aku !! Aku mau cari Ji Hoo Hyung. Urusanmu kau selesaikan
sendiri”, ujar Kyu Jong jengkel.
“YAAA !!
Kyu-ah.. bagaimana caranya ??”, teriak Shi Lang tapi Kyu Jong tetap berjalan
tanpa menoleh sedikitpun padanya.
“Aaaiiisshh
jinja.. Wanita adalah makhluk yang paling rumit”, batin Shi Lang seraya
menggelengkan kepalanya.
Yoon Ji Hoo POV :
“Hyung,
benarkah kau akan pergi ?? Apa kau yakin kau tidak akan menyesal nanti ??”,
Tanya Kyu padaku saat aku sedang membereskan administrasi kuliahku untuk keperluan perpindahan kuliahku ke luar negeri.
“Kenapa ?? Apa
kau akan merindukan aku, Kyu ??”, tanyaku bercanda seraya menepuk pundaknya
pelan.
“Ini bukan
saatnya bercanda, Hyung”, jawabnya kesal. Aku tau kemana arah pembicaraannya,
tapi aku sedang tidak ingin membicarakannya sekarang. Aku sudah berpikir dan
kurasa inilah yang terbaik.
“Jae Joong
sudah kembali. Yoo Jin tak butuh aku lagi. Aku tidak ingin selalu tersiksa
dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Aku lelah, Kyu. Aku ingin berhenti
sekarang. Jika aku terus didekatnya, aku takut cintaku yang egois akan
melukainya”, jawabku lirih, dengan kesedihan dalam hatiku setiap kali aku
mengingat cintaku yang bertepuk sebelah tangan selama 7 tahun lamanya.
“Tapi itu dulu
kan ?? Siapa bilang sekarang masih bertepuk sebelah tangan ?? Kau tau manusia
bisa berubah ?? Dunia ini berubah, hati seseorang juga bisa berubah. Siapa tau
sekarang Yoo Jin sudah membuka hatinya untukmu. Kejarlah cintamu !! Sekarang
saatnya kau berjuang, Hyung. Aku tidak suka melihatmu selalu mencintai dalam diam”,
protes Kyu Jong.
“Kau tau, Kyu
?? Cinta tulus itu tidak mengharapkan apa-apa. Asal
orang yang kau cintai bahagia, maka kau pasti juga akan bahagia. Bukankah cinta
itu tak selalu harus memiliki ??”, elakku. Dalam hati, perkataan Mo Nae
dan Shi Lang masih terngiang dalam hatiku dan menimbulkan keragu-raguan yang
besar.
“Hyung.. Yeon
Hee bilang Yoo Jin jatuh cinta padamu. Bukankah ini kesempatanmu”, Kyu Jong
masih membujuk.
“Kurasa Yoo
Jin hanya bingung saat itu. Itu sebabnya sekarang aku memilih untuk pergi. Aku
ingin Yoo Jin memikirkan kembali perasaannya baik-baik. Siapa yang dia cintai
dan siapa yang dia inginkan dalam hatinya. Mungkin jika aku menyingkir
sementara, dia akan menyadari perasaannya. Saat itu, jika yang dicintainya
benar-benar aku, maka aku takkan ragu lagi untuk mengejarnya dan
mendapatkannya. Tapi jika dia hanya menganggapku sebagai PENGGANTI saja, maka
aku akan rela melepaskannya. Asalkan dia bahagia, walau yang ada disisinya
bukan aku tapi Jae Joong, aku akan merelakannya, karena yang ku inginkan
hanyalah melihatnya bahagia”, jawabku tulus.
Kudengar Kyu
Jong menarik napas panjang.
“Hyung, andai
aku wanita, aku pasti jatuh cinta padamu, kau tau ?? Yoo Jin beruntung sekali
memiliki hatimu, dan dia pasti menyesal seumur hidup bila melepaskan pria
sepertimu. Yoon Ji Hoo, kau bukan hanya tampan, baik dan pintar, tapi juga
memiliki cinta yang tulus, Yoo Jin benar-benar wanita yang paling bahagia di
dunia ini, benarkan ??”, ujar Kyu Jong yang mendadak membuatku tertawa geli.
“Kau tau
bagaimana kabar Yoo Jin sekarang ?? Sepertinya dia mulai menghindariku”,
tanyaku akhirnya.
“Jae Joong
Hyung selalu mendekatinya akhir-akhir ini. Dia selalu mendatangi Yoo Jin di
kelasnya. Kadang aku ingin sekali mengusirnya agar kau punya kesempatan. Tapi
aku tau aku tidak boleh bertindak melebihi batas. Tapi apa kau tau, Hyung ??
Yoo Jin sepertinya terlihat tidak nyaman”, jawab Kyu Jong dengan nada kesal.
“Kyu-ah, jika
aku tak ada disini, bisakah kau jaga Yoo Jin untukku ?? Pastikan Jae Joong
membuatnya bahagia, apa kau mau melakukannya ??”, pintaku tulus pada Kyu Jong.
“Tapi aku
bukan kau, aku tidak tau bagaimana menghiburnya”, Kyu Jong terlihat bingung.
“Cukup hibur
dia dan temani dia, pastikan dia tidak diam-diam menangis sendirian”, jawabku,
tau kalau Yoo Jin suka diam-diam menangis sendirian.
“Itu tugas
yang berat, Hyung. Tapi aku akan coba melakukannya. Aku akan merindukanmu”,
ujar Kyu Jong berat.
“Terima kasih,
Kyu.. Kau memang teman yang baik”, ucapku berterima kasih.
Seminggu kemudian, Kim Yoo Jin POV..
Sudah seminggu
kakak meninggal. Sudah seminggu aku kembali ke rumah kecilku bersama Ibu. Sudah
seminggu pula hubunganku dan Jae Joong membaik, walau aku belum setuju kembali
pacaran dengannya tapi kami sudah mulai berteman seperti dulu, dan sudah
seminggu pula aku menghindari Ji Hoo mati-matian. Aku tidak ingin bertemu
dengannya dikampus ataupun mengangkat teleponnya. Aku sudah memutuskan untuk
melepaskannya, itu sebabnya aku tidak ingin menemuinya lagi. Bila aku bertemu
dengannya, aku takut aku tidak akan rela membiarkannya pergi. Tapi hari ini,
aku tidak bisa menghindarinya lagi.
Dia datang ke
kelasku dan menarik tanganku lalu menyeretku pergi. Dia membawaku ke taman
belakang kampus yang sepi dari orang. Dia menatapku dengan ekspresi yang tidak
bisa kubaca sebelum akhirnya mulai bicara.
“Kenapa
akhir-akhir ini aku merasa kau menghindariku ?? Kenapa kau tidak pernah lagi
menjawab teleponku ?? Apa karena kau tidak ingin aku pergi atau karena sekarang
Jae Joong sudah kembali jadi kau tidak butuh aku lagi ??”, tuduhnya dengan
ekspresi sedih.
“Aku bukan
sedang menghindarimu. Aku hanya belajar hidup tanpamu”, jawabku lirih sambil
memalingkan wajahku dan menatap bunga-bunga yang berguguran.
“Belajar hidup
tanpaku ?? Yoo Jin, jika kau tidak ingin aku pergi maka…”, kupotong kalimatnya
tanpa memandang wajahnya.
“Pergilah !!
Bukankah kau ingin mengejar mimpi ?? Kudengar mereka menawarimu beasiswa kan ??
Kesempatan hanya datang sekali seumur hidup, jadi kuharap kau tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang datang padamu”, potongku beralasan.
Aku tidak
ingin dia pergi. Aku sungguh tidak ingin dia pergi. Tapi aku sudah berjanji
pada Mo Nae untuk membiarkannya pergi demi kebahagiaannya sendiri.
“Kau
benar-benar ingin aku pergi ??”, tanyanya tidak percaya.
”Tatap aku Yoo
Jin !!”, pintanya seraya menarik wajahku, ingin aku menatapnya. Tapi aku
berjalan mundur dan menjauhkan wajahku dari sentuhan tangannya yang lembut, menolak
memandangnya.
“Untuk apa ?? Bukankah
sejak awal kau ingin pergi ?? Aku tidak ingin menghalangi masa depanmu yang
cerah. Jadi pergilah jika menurutmu itu yang terbaik. Aku baik-baik saja, Sunbae
!! Terima kasih untuk semuanya”, jawabku ragu-ragu.
Tapi dengan
mengumpulkan semua keberanianku akhirnya aku memberanikan diri menatapnya dan
sambil tersenyum aku berkata “Pergilah !! Kejarlah mimpimu !! Kembalilah bila
kau sudah meraih mimpimu itu. Jangan khawatirkan aku !! Lihat !! Aku baik-baik
saja kan ??”, ujarku sambil tersenyum paksa. Walau mataku mulai berkaca-kaca, tapi
aku berusaha keras menahannya.
“Benarkah ??”,
tanyanya ragu-ragu.
”Benarkah kau
akan baik-baik saja tanpa aku ??”, lanjutnya tidak percaya.
Aku kembali
tersenyum dan berkata “Bukankah Jae Joong sudah kembali ?? Dia mengajakku
pacaran lagi. Kupikir itu ide yang baik. Bukankah kakak juga ingin aku berdiri
di altar bersama Jae Joong ?? Anggap saja aku sedang memenuhi permintaan
kakakku yang terakhir”, ujarku berbohong.
“Maafkan aku,
Ji Hoo. Aku terpaksa menggunakan kebohongan yang menyakitkan ini untuk
memaksamu pergi”, batinku sedih.
Hatiku hancur
saat melihat ekspresi terluka terpancar dimatanya.
“Benar !!
Sekarang Jae Joong sudah kembali. Everything back To Normal, right ?? Aku hanya
berdoa semoga kau bahagia, Yoo Jin-ah !! Jika Jae Joong bisa membuatmu bahagia,
maka aku akan tenang”, ujarnya tulus. Aku tahu dalam hatinya dia sangat
terluka.
“Maafkan aku, Ji
Hoo !! Benar-benar minta maaf. Aku tidak ingin kau pergi, tapi aku tahu inilah
yang terbaik bagi kita berdua. Mo Nae benar, kau akan terluka jika terus
disisiku. Melepaskanmu, mungkin adalah pilihan terbaik yang pernah ku buat
seumur hidupmu. Walau aku tidak rela, tapi aku berharap kau bisa menemukan
seseorang yang jauh lebih baik daripada aku, yang sepenuhnya mengerti dirimu
dan tidak selalu menyakitimu seperti yang kulakukan selama ini. Maafkan aku !!
Yoon Ji Hoo, Saranghae !!”, batinku perih. Tanpa sadar airmataku mulai mengalir
pelan membasahi pipi.
“Oh Tuhan, aku
sangat ingin mengatakan “Yoon Ji Hoo, Aku mencintaimu”..Tapi kenapa rasanya
sulit sekali bagiku mengatakan itu ?? Dia tidak percaya.. 1000 kalipun aku
mengatakannya dia tetap tidak percaya”, batinku lagi, berusaha menutupi
airmataku dengan rambut panjangku yang menutupi pipi.
“Yoo Jin-ah, apa
kau menangis ??”, tanyanya seraya perlahan mendekat.
“Aku tidak
apa-apa !! Tiba-tiba saja debunya masuk ke mata”, jawabku berbohong lagi. ”Yoo
Jin, aku…”, dia ingin bicara lagi tapi lagi-lagi aku memotong kalimatnya.
“Sunbae, aku
masih ada kelas. Aku harus pergi dulu. Kita bicara lain kali ya. Sampai jumpa. Semoga
selamat dalam perjalanan”, ujarku sambil memaksakan diri tersenyum dan segera
berlari dari sana sambil menangis.
“Selamat jalan
Ji Hoo..Semoga kau bahagia !!”, batinku sambil menangis dan berlari keatap
gedung fakultas.
Aku sampai
diatas gedung dengan napas tersengal-sengal. Disana, aku mulai menangis
sekeras-kerasnya. Menangis karena menyesali kebodohanku karena membiarkannya
pergi. Sekali lagi aku membiarkan cintaku pergi.
“Kenapa ?? Bukan
ini yang ku inginkan !!”, isakku menangis keras.
“Jangan pergi
!! Tetaplah disini !! Itulah yang ingin ku katakan !! Tapi kenapa aku tidak
bisa mengatakannya ?? Kenapa Yoo Jin ?? Kenapa kau begitu bodoh ??”, makiku
pada diriku sendiri sambil menangis terharu.
“Yang
kuinginkan adalah bersama denganmu. Yang kuinginkan adalah tidak berpisah
denganmu. Tapi kenapa saat dihadapanmu, tidak ada satupun kalimat yang terucap
?? Kenapa ??”, jeritku kesal.
“AAAAARRRRGGGHHHH
!!! Rasanya sakit sekali !! Sakit sekali harus melepaskanmu pergi. Ji Hoo Oppa,
Saranghae !! Saranghae !! Saranghae !! Did you hear my voice ?? Did you see me
cry ??”, teriakku pada udara seraya menghapus airmata yang mengalir dipipiku.
“Mungkin
inilah takdirku, harus terus ditinggalkan oleh orang yang aku cintai. Yoo Jin, terimalah
nasibmu”, batinku pedih. Setelah beberapa jam berteriak dan menangis diatas
atap Fakultas, aku pun beranjak pergi dengan lesu.
Kembali ke
rumah dengan hati hancur. Begitu sampai dirumah keadaan sudah gelap. Kedai mie
ibuku sudah tutup dan ibu pasti juga sudah tidur sejak tadi, jadi dengan
mengendap-endap aku berjalan masuk kerumah mungil tempat aku dibesarkan selama
ini. Tapi begitu kagetnya aku saat tiba-tiba lampu menyala dan kulihat ibuku
berdiri di depan pintu kamarku dengan cemas.
“Kau kemana
saja Yoo Jin ?? Apa kau tahu ibu menunggumu dengan cemas ?? Semua orang sibuk
mencarimu. Yeon Hee bilang kau tidak masuk kelas. Ji Hoo juga berkali-kali
menelpon ponselmu tapi tidak bisa. Ada apa dengan ponselmu ??”, Tanya Ibu
dengan cemas. Mendengar kata ponsel, aku segera mengambil ponselku dan benar saja,
ponselku dalam keadaan non aktif.
“Maaf, Ibu !!
Baterainya habis”, jawabku lirih, merasa bersalah karena membuat ibuku cemas.
“Dasar anak
nakal !! Jangan membuat Ibu cemas lagi ya. Hanya kau satu-satunya yang Ibu
punya saat ini. Ibu tidak tahu bagaimana jadinya hidup Ibu jika Ibu juga
kehilanganmu. Ibu takut terjadi sesuatu yang buruk padamu, kau tahu itu ??”, Ibu
mengomeliku dengan airmata mengalir. Aku tahu aku telah membuat Ibu cemas, jadi
dengan manja aku berlari memeluknya.
“Aku baik-baik
saja. Maafkan aku !! Aku janji lain kali tidak akan membuat Ibu cemas lagi. Percayalah
!! Ibu tidak akan kehilanganku. Tidak akan pernah !!”, ujarku dengan manja
sambil memeluknya lembut.
“Terima kasih
karena telah mencemaskanku.Terima kasih juga karena tidak pernah
meninggalkanku. Aku juga tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika Ibu
meninggalkanku. Ibu, tidak akan pernah meninggalkanku kan ?? Aku tidak sanggup
jika harus ditinggalkan sekali lagi”, ujarku sambil menangis dan memeluknya
semakin erat.
“Yoo Jin, Putriku
!! Apa yang terjadi sayang ??”, Tanya Ibu lembut seraya membelai rambutku
sayang.
“Dia pergi !!
Sama seperti Jae Joong, sekarang dia juga meninggalkan aku. Sama seperti kakak,
Sama seperti Ayah. Satu per satu mereka semua meninggalkan aku. Kenapa ?? Kenapa
semua orang pada akhirnya meninggalkan aku sendiri ??”, isakku, menangis
dipelukan Ibu.
“Ini soal Ji
Hoo kan ?? Kau mencintainya, benarkan ??”, Tanya Ibuku lembut dan aku
mengangguk pelan.
“Yoo Jin-ku
yang malang. Dulu kau melepaskan kekasihmu demi kebahagiaan kakakmu, sekarang
begitu kau menemukan cinta lagi, dia kembali meninggalkanmu. Sabar ya
sayang..Kau masih punya Ibu, Ibu tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan
pernah !!!”, janji Ibuku sambil memelukku erat dan membelai rambutku.
“Aku tahu !!
Ibulah satu-satunya orang yang tidak akan pernah meninggalkan aku”, jawabku
sambil menyeka airmataku.
“Sekarang
tidurlah sayang. Tidur dan lupakan semuanya”, hibur Ibuku lalu menggandengku ke
tempat tidur dan perlahan mendorongku ke ranjang dan menyelimutiku seperti anak
kecil.
“Ibu ingin
sekali menyelimuti Lee An seperti ini, tapi Tuhan tidak pernah memberi Ibu
kesempatan”, ujar Ibu sedih.
“Ibu..”, ujarku
lirih.
”Tapi Ibu
masih punya kau. Yoo Jin-ku !! Putri kecilku. Ibu tidak akan membiarkan siapapun
mengambilmu dari sisi Ibu. Kau dengar itu ?? Sekarang tidurlah, Putriku”, bisik
Ibu sambil mencium keningku lembut.
Aku mengangguk
dan memejamkan mataku, tapi saat kudengar pintu kamar ditutup, aku segera
bangun dari tempat tidur dan mengambil ponselku. Dengan ragu-ragu aku
menghidupkan kembali ponselku dan kulihat ada belasan pesan text dari Yeon Hee
dan sebuah pesan suara dari Ji Hoo.
Dengan hati
bimbang aku mencoba mendengar pesan suara yang dia tinggalkan.
“Besok aku
akan pergi. Aku berharap kau akan ikut mengantarku bersama yang lain. Tapi
tentu saja aku tidak bisa memaksamu. Yoo Jin-ah, entah kenapa akhir-akhir ini
aku merasa kau bukan seperti Yoo Jin yang ku kenal. Yoo Jin yang ku kenal
adalah Yoo Jin yang berteriak di balkon atau diatas atap untuk mencari
cintanya..”, diam sesaat, kudengar helaan napas panjang di sudut telepon
itu.Dalam hati aku sedikit geli.
“Aku masih Yoo
Jin yang dulu. Tahukah kau aku baru saja berteriak dan menangis diatap ?? Kurasa
kau tidak tahu itu kan ??”, batinku sambil tetap mendengarkan pesan suaranya
berlanjut sambil tersenyum kecil.
“Yoo Jin yang
tidak pernah lelah mengejar cintanya. Walau Yoo Jin yang itu sedang
bersembunyi, aku yakin suatu saat nanti aku pasti bisa menemukannya. Yoo Jin-ah,
kau harus kuat. Kau tidak boleh lemah. Ingat itu !! Aku tidak ingin selalu
melihatmu meneteskan airmata. Kelak bila kita bertemu lagi, aku ingin melihat
kau tertawa dengan bahagia. Bisakah ?? Jalan di hadapanmu masih sangat panjang,
tapi aku percaya kau pasti bisa melaluinya. Ingatlah bahwa kau adalah Kim Yoo
Jin, rumput liar yang akan selalu tumbuh meskipun diinjak orang. Jadi
semangatlah !! Yoo Jin-ah, I Really Miss You !! Miss You so Much, My Friend
!!”, dan dengan kalimat itu pesan pun terputus.
Aku menangis
pelan mendengar pesan darinya. Suara Ji Hoo yang selalu lembut serta pesan yang
ditinggalkan, dengan perlahan membuatku meneteskan airmata.
“Katakan kau
tidak akan pergi. Berharap kau jangan pergi.Kumohon tetaplah disini !!”, ujarku
lirih sambil mendekap ponselku didada dan kembali berlinang airmata.
“Yoo Jin-ah, Ji
Hoo memintamu jangan menangis, tapi apa yang kau lakukan ??”, ujarku memarahi
diriku sendiri.
“Aku tidak
bisa !! Aku tidak bisa !! Maafkan aku !! Kurasa sekarang aku sudah lupa
bagaimana caranya tertawa. Ji Hoo Oppa, maafkan aku !!”, batinku sambil
membaringkan tubuhku diranjang dan tetap menangis hingga aku tertidur.
********************
Incheon Airport, Korea Selatan..
“Ponsel
Yoo Jin tidak aktif. Aku menelpon ke rumah dan Bibi bilang dia sudah keluar
rumah sejak pagi, tapi entah pergi kemana”, ujar Hyung Jun, memberitau
teman-temannya.
“Yeon
Hee-ah, apa kau tidak tau dimana Yoo Jin sekarang ?? Ji Hoo Hyung akan pergi,
mana boleh dia tidak ikut mengantar ??”, Tanya Shi Lang pada gadis yang berdiri
di sebelahnya. Yeon Hee menggeleng pelan.
“Aku
tidak tau. Belakangan ini Yoo Jin sangat aneh. Dia sering sekali melamun dan sering
tidak konsentrasi melakukan apapun. Dia juga sering terlambat masuk kuliah.
Setiap aku mengajaknya bicara, dia hanya diam tak menjawab, seolah-olah hatinya
tak disini”, jawab Yeon Hee cemas. Lalu melirik tajam pada pria di hadapannya.
“Daripada
Tanya padaku, kenapa tidak Tanya “kekasihnya” saja ??”, sindir Yeon Hee seraya
menatap Jae Joong.
“Jae
Joong Sunbae, bukankah belakangan ini kau gencar mendekatinya ?? Masak kau
tidak tau dimana Yoo Jin sekarang ??”, sindir Yeon Hee tajam.
Jae
Joong hanya gelagapan saat ditanya. Dia tau ada kalimat sindiran tajam dari
kalimat Yeon Hee yang baru saja.
“Aku..
Aku tidak tau dimana dia”, jawab Jae Joong dengan ekspresi tak terbaca.
“Kekasih
macam apa kau ?? Masak kekasihmu ada dimana saja kau tidak tau ?? Sungguh
lucu..”, Yeon Hee meneruskan sindirannya.
“Yeon
Hee-ah, sudahlah”, ujar Shi Lang padanya, mulai merasa situasinya semakin panas.
“Kau sahabatnya juga tidak tau”, balas Jae Joong tak kalah tajam.
“Setidaknya
saat dia menangis dan menderita, aku ada disana bersamanya”, sergah Yeon Hee
kesal.
“Aahhh..
Tidak !! Ada kalanya aku tak ada disana saat Yoo Jin menangis dan menderita. Tapi
ada 1 orang yang dengan setia menemaninya,menghiburnya,dan selalu ada disisinya
saat kekasihnya sendiri justru pergi meninggalkannya. Tapi sayang sekali,
karena keegoisan kekasihnya sendiri, orang itu terpaksa harus pergi dan
mengalah sekali lagi”, jawab Yeon Hee ketus.
“Kim
Yeon Hee, sudahlah !!”, Ji Hoo akhirnya menengahi.
“Apa
aku salah, Sunbae ?? Aku hanya membelamu. Kau yang selalu ada disisinya saat
Yoo Jin menderita, tapi orang ini, hanya dengan menggunakan predikat”kekasih”,
dia datang dan pergi seenaknya. Apa kau pikir Yoo Jin senang kau kembali ??
TIDAK SAMA SEKALI !! Jika ada orang yang harus pergi, orang itu harusnya KAU,
JAE JOONG Sunbae !!!”, seru Yeon Hee kesal.
“Lebih
baik aku pergi sekarang. Kalian pulanglah !! Cukup mengantar sampai disini
saja. Terima kasih sudah mengantarku. Sampaikan salamku pada Yoo Jin”, ujar Ji
Hoo. Dia tau jika dia masih disini, pertengkaran tidak bisa di elakkan lagi.
Jadi dia segera menarik kopernya dan pergi dari sana.
“HYUNG..”,
panggil Kyu Jong dan Hyung Jun bersamaan, lalu berlari mengejar Ji Hoo. “Kau
ini..Aku sama sekali tidak mengerti wanita. Kenapa harus bicara sekasar itu
pada Jae Joong Hyung ??”, ujar Shi Lang, saat melihat Jae Joong semakin tidak
nyaman.
“Benar.
Apa yang kalian mengerti ?? Kau dan temanmu sama saja. Setelah melukai hati
wanita, lalu kembali seenaknya. Kalian pikir kalian siapa ??”, teriak Yeon Hee
tak terima.
“KIM
YEON HEE, ini tempat umum. Apa kau sadar semua orang sedang memandang kita ??”,
Tanya Shi Lang saat menyadari orang-orang di bandara mulai melihat pertengkaran
mereka.
“Memangnya
kenapa ?? Aku benci melihatmu selalu membela Jae Joong Sunbae. Apa hebatnya dia
?? Dia selalu membuat sahabatku menderita”, seru Yeon Hee marah.
“Aku
tidak membelanya”, protes Shi Lang.
“Kau
membelanya”, jawab Yeon Hee.
“TIDAK
!!”, jawab Shi Lang lagi.
“YA
!!”, Yeon Hee bersikeras.
“TIDAK
!!”, Shi Lang balik berteriak.
“YA
!!”, Yeon Hee tetap keras kepala.
“Diam
atau aku akan…”, Shi Lang terdiam sejenak.
“Atau
kau akan apa ??”, tantang Yeon Hee.
“Atau
aku akan membungkam mulutmu dengan bibirku”, ancam Shi Lang.
“Oh
ya ?? Kau pikir aku takut ?? Kau dan temanmu itu sama saja, kalian berdua
sama-sama pengecut. Dia takut keberadaan Ji Hoo disini akan menggoyahkan hati
Yoo Jin , itu sebabnya dia memaksa Ji Hoo pergi. Dan kau, kau hanya bisa omong
besar dan aku berani jamin kau tidak akan….”, kalimat Yeon Hee terhenti saat
tiba-tiba bibir Shi Lang benar-benar membungkam mulutnya.
Mata
Yeon Hee terbeliak kaget. Shi Lang menciumnya di tengah-tengah ruang tunggu
bandara, di tengah kerumunan orang yang lalu lalang. Terlalu kaget untuk
melawan, dia membiarkan Shi Lang menciumnya, makin lama makin intens dan tanpa
sadar, dia membalas ciuman itu. Mereka berciuman cukup lama hingga suara kerumunan
orang menyadarkan mereka dari kegiatan memabukkan itu.
“Aduh,
pengantin baru ya ?? Ini kan masih siang. Pulanglah dan lanjutkan dirumah
saja”, ujar salah seorang calon penumpang pada mereka. Spontan Shi Lang
melepaskan ciuman mereka, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena salah
tingkah, sementara Yeon Hee hanya mampu membungkukkan wajahnya yang semerah
tomat.
“Sudah
kubilang aku akan menutup mulutmu. Siapa suruh kau tidak percaya”, goda Shi
Lang saat melihat wajah Yeon Hee semerah tomat.
“Kau
berani lakukan itu maka matilah kau !!”, ancam Yeon Hee lalu berlari dari sana
dengan malu. Walau hatinya berdebar kencang.
Kim Yoo Jin POV :
Hari ini Ji
Hoo terbang ke luar negeri. Jae Joong, Kyu Jong, Shi Lang, Hyung Jun dan Yeon
Hee juga ikut mengantarnya pergi, kecuali aku tentunya. Aku tidak akan datang
karena aku memang tidak ingin datang. Aku juga tidak datang ke kampus, aku
hanya ingin sendiri, setidaknya untuk saat ini.
Saat aku
sedang berjalan tanpa tujuan, tanpa sadar aku tiba di jalan ini. Aku berhenti
dan kupandangi dinding itu.Dinding itu tampak bersih dan tidak tampak satu lembar kertas pun
tertempel disana. Aku ingat aku pernah menempel banyak kertas disepanjang jalan
ini,hanya untuk mencari Jae Joong.Aku juga ingat saat itu Ji Hoo datang dan
memarahiku.Aku ingat semua yang dikatakannya saat itu.
“Apa kau yakin bila membaca ini, Jae
Joong akan bersedia pulang ??”, kenangku akan
ucapannya saat itu. Dan ternyata dia benar, Jae Joong membacanya tapi dia tetap
tidak ingin pulang. Dia juga pernah bilang, tidak peduli sepanjang apapun jalan
yang kulalui, dia akan menemaniku melewati jalan itu, dan bila suatu saat nanti
aku sampai di ujung jalan itu, dia akan ada disana bersamaku.
Ku balikkan
badanku dari dinding itu dan menatap lurus ke depan, aku tahu jalan yang
terbentang di hadapanku sangat panjang. Sangat panjang dan melelahkan. Aku tahu
aku tidak akan bisa melalui jalan itu sendirian. Aku tahu aku membutuhkan
seseorang untuk menemaniku, membuka jalan untukku agar aku bisa terus maju. Dan
aku tahu, hanya dia yang bisa melakukan semua itu.
Tiba-tiba
kudengar suara pesawat terbang melintas diatas kepalaku. Dengan perlahan aku
menatap ke langit yang biru, sambil membayangkan Ji Hoo ada dipesawat itu.
“Ji Hoo
Sunbae, bisakah kau dengar suaraku ?? Aku tidak ingin kau pergi. Aku
benar-benar tidak ingin kau pergi. Aku ingin kau menemaniku sampai diujung
jalan itu.Bisakah ??”, seruku dalam hati. Sedikit demi sedikit pesawat itu
mulai menghilang di balik awan dan aku hanya berdiri terpaku disini tanpa bisa
berbuat apa-apa.
“Ji Hoo
Sunbae, benarkah kisah kita telah berakhir ?? Seiring dengan menghilangnya
pesawat itu dibalik awan, Musim panas itu dan semua kenanganku yang terpenting
telah pergi bersamamu”, ujarku dalam hati dengan hati yang berat, mendadak aku
merasa airmataku mengalir lagi tapi dengan cepat kuhapus airmata itu dan dengan
berat melangkah meninggalkan tempat ini.
Langkahku
terasa berat, aku sungguh tak sanggup lagi berjalan. Semua yang ada dihadapanku
sekarang hanyalah kegelapan, aku benar-benar tidak tahu lagi kemana harus
melangkah. Aku tidak pernah merasa sebimbang ini sebelumnya. Dicampakkan Jae
Joong, tidak diakui Ayah, bertengkar dengan istri kedua Ayah, bahkan saat Kakak
meninggal. Aku bisa dengan kuat menghadapi semuanya. Semua karena Ji Hoo. Karena
dialah yang membuatku kuat selama ini. Tapi sekarang dia telah pergi. Bintang
Harapanku telah pergi.. Jauh, meninggalkan
aku sendiri disini. Aku benar-benar merasa tidak berdaya, aku merasa bagaikan
sebatang pohon yang siap tumbang kapan saja.
Tanpa sadar
aku berjalan ke pantai ini. Duduk termenung diatas pasir sendiri, hingga siang
berganti malam. Mengenang saat-saat aku masih bersamanya. Aku merasa pantai ini
bisa membuatku tenang. Saat malam telah tiba, aku menatap kosong kelangit malam
yang sekarang penuh bertabur bintang.
“Kau lihat itu ?? Itu adalah
bintangku. POLARIS, Bintang yang
cantik di Langit Utara. Sang Bintang
Utara yang melambangkan HARAPAN. Polaris juga melambangkan keabadian. Kau
tahu kenapa ?? Karena POLARIS adalah satu-satunya bintang yang tidak pernah
berpindah tempat, itu sebabnya dia dijadikan penanda arah utara. Setiap kali
aku tersesat, Polaris-lah yang selalu membimbingku mencari jalan pulang. Saat
kau merasa sedih dan putus asa, pandanglah Polaris maka kau pasti akan merasa
bahwa harapanmu akan kembali muncul”, kenangku pada
ucapannya, aku seolah melihat Ji Hoo ada disisiku dan dengan senyumnya yang
lembut menunjuk kearah langit yang bertabur bintang.
Tapi yang mana
Polaris itu ??
Aku mendadak tidak bisa mengenali Bintang Harapanku. Kemudian
sebuah kenangan melintas lagi.
“Diantara ribuan
bintang yang bersinar di langit Utara, hanya ada satu bintang yang bersinar
paling terang diantara ribuan bintang lainnya yang bersinar.Dia adalah
Polaris,Sang Bintang Utara yang melambangkan Harapan.Itu disana. Polaris
ada dikaki rasi bintang biduk” , bayangan Ji
Hoo kembali muncul di hadapanku, seolah sangat nyata, dia menunjuk kearah
Langit Utara tempat Polaris berada, diantara
kumpulan bintang yang berbentuk seperti gayung.
“POLARIS. Apa kau masih disana ?? Kau masih
tetap disana kan ?? POLARISku, aku membutuhkanmu”, ujarku dalam hati seraya
kugenggam erat kalung Polaris yang dihadiahkannya padaku di hari Ulang Tahunku.
Satu per satu kenangan
Ji Hoo muncul dan memenuhi pikiranku, saat itulah kusadari dia begitu berarti
bagiku. Melebihi arti Jae Joong bagiku. Kenangan yang ditinggalkan Ji Hoo
sangat kuat, sehingga kemanapun aku melangkah yang kulihat adalah kenanganku
bersamanya.
“Saat kau ada
disisiku, aku tidak sadar betapa pentingnya kau bagiku. Sekarang begitu kau
pergi ,
aku baru sadar betapa kau sangat berarti dalam hidupku. Ji Hoo, adakah
kesempatan bagi kita untuk bertemu lagi ?? I Miss You so much..Where are you
now ?? Can you hear my heart ?? I Love You..I Love You..Betapa inginnya aku
mengucapkan kalimat itu dihadapanmu. Yoon Ji Hoo, Saranghae !!!”, ujarku dalam
hati, sambil mengusap airmata yang turun dipipiku.
“Aku putuskan
membiarkanmu pergi, tapi kenapa sekarang aku menyesalinya ??”, batinku sambil
terisak. Kemudian dengan langkah gontai aku berjalan meninggalkan pantai itu
dan berjalan pulang kerumah. Aku tidak ingin membuat Ibuku cemas lagi, karena
hanya dialah yang kumiliki saat ini.
Sekitar satu
jam kemudian aku sampai dirumah, tapi betapa terkejutnya aku saat kulihat dia
sudah ada disana.
”Apa yang kau
lakukan disini ??”, tanyaku bingung padanya. Dia tersenyum melihat
kedatanganku.
“Aku sudah
lama menunggumu. Akhirnya kau pulang. Apa kau sudah makan, Yoo Jin ??”, tanyanya
selembut mungkin. Aku mengangguk pelan sambil berjalan mendekat.
“Apa kau ingin
masuk ??”, tanyaku bersopan santun.
Dia menggeleng
pelan. “Bisakah kita bicara ditempat lain ??”, tanyanya ragu-ragu. Aku melirik
jam tanganku dan kemudian mengangguk pelan.
“Baiklah !!”,
jawabku memutuskan dan aku pun berjalan mengikutinya. Dia mengajakku ke sebuah
Bar yang romantis yang terletak di tepi Sungai Han. Aku ingat beberapa bulan
yang lalu sebelum kecelakaan itu terjadi, dia pernah mengajakku berkencan
disini. Harus kuakui suasana restoran ini sangat romantis, diberbagai sudut
restoran ini aku melihat banyak sekali pasangan kekasih yang bermesraan. Ada
yang berpegangan tangan, ada yang saling memeluk mesra pasangannya, ada yang
saling menatap dengan pandangan yang penuh cinta kepada pasangannya dan
berbagai kemesraan lainnya. Tiba-tiba aku merasa risih dengan semua yang
kulihat, perlahan ku tundukkan kepalaku dan menatap kosong kedalam cangkir
kopiku, menunggunya bicara.
Jae Joong
terlihat gugup, kulihat dia berkali-kali meneguk gelas sampagne-nya sambil
menatapku dengan ekspresi yang tidak mampu kutebak.
“Apa kau masih
ingat dengan kencan Valentine kita ?? Aku ingat aku pernah mengajakmu kemari
sebelumnya.Saat itu mendadak mobilku mogok ditengah jalan, aku ingin
menghubungimu tapi kau lupa membawa ponselmu. Saat itu aku begitu takut kau
akan pergi meninggalkan aku, tapi ternyata kau masih tetap menungguku hingga
malam. Aku benar-benar berterima kasih, aku tahu bahwa kau tidak akan pernah
meninggalkanku.Benarkan ??”, tanya Jae Joong padaku dengan mata yang penuh
harap.
“Aku ingat
beberapa bulan yang lalu aku pernah mengajakmu bertemu disebuah restoran di
Shanghai, tapi aku tidak bisa datang. Jadi sekarang aku ingin mengajakmu menyelesaikan
masalah yang sempat tertunda”, lanjutnya lagi. Aku tahu dia membicarakan malam
kecelakaan itu, malam dimana kami berpisah, malam yang telah mengubah hidupku
sepenuhnya.
“Katakan
intinya !!”, sahutku singkat seraya meneguk cangkir kopiku.
Jae Joong
merogoh sesuatu dari dalam kantong celananya. Dia mengangkat sebuah kotak kecil
berwarna merah dan membukanya didepanku. Sebuah cincin yang berkilauan.
“Menikahlah
denganku !!”, katanya seraya menyodorkan sebuah kotak berisi cincin itu padaku.
Aku diam tak bergerak dan hanya menatap kosong cincin yang berkilauan itu.
“Inilah yang
ingin ku katakan malam itu, tapi mobil itu terlebih dulu menabrakku”, lanjutnya
lagi. Kulihat matanya berkaca-kaca, mungkin dia tidak ingin lagi mengingat
malam yang mengerikan itu.
“Maaf. Aku
tidak bisa. Kakakku baru saja meninggal. Aku tidak…”, belum sempat aku
menyelesaikan kalimatku, dia terlebih dulu memotongnya dan menarik tanganku
serta meletakkan cincin itu dalam genggamanku.
“Bawalah dulu.
Berjanjilah kau akan mempertimbangkannya”, serunya memohon.
“Jae Joong
Oppa, aku..”, aku mencoba bicara, tapi sekali lagi dia memotongnya.
“Berilah aku
satu kesempatan. Aku hanya butuh satu kesempatan”, dia memohon dengan sinar
matanya yang memelas sehingga membuatku tak tega menolaknya.
Akhirnya
dengan pelan aku berkata padanya “Baiklah !! Aku akan mempertimbangkannya”, jawabku
pelan.
”Terima kasih,
Yoo Jin-ah !!”, jawabnya sambil tersenyum lega.
Sejak hari
itu, Jae Joong terus mendekatiku. Kemanapun aku pergi, dia selalu mengikutiku. Kapanpun
dan dimanapun dia selalu membicarakan kenangan-kenangan kami dulu. Setiap kali
dia memiliki kesempatan, dia selalu membawaku ke semua tempat yang dulu pernah
kami datangi. Kulihat dia berusaha keras untuk menyenangkan aku. Mungkin dia
berharap, cincin itu akan selamanya melingkar di jariku. Tapi aku tidak bisa. Apapun
yang dia katakan dan lakukan, tidak akan bisa mengubah apa yang sekarang
kurasakan padanya. Jodoh kami sudah berakhir. Benar-benar sudah berakhir. Bahkan
mungkin jauh sebelum ini.
Aku tidak
mencintainya lagi. Aku hanya ingin berteman dengannya, tidak lebih. Selama
beberapa minggu ini aku berusaha mencari perasaanku padanya, tapi semakin aku
mencoba aku semakin tidak bisa.
“Maafkan aku
Jae Joong Oppa. Benar-benar minta maaf”, batinku menyesal saat melihatnya
berusaha keras membuatku tertawa.
***************
1
Bulan Kemudian, Yoon Ji Hoo POV :
Sudah satu
bulan aku pindah kesini,s atu bulan lamanya aku tidak mendengar berita apapun
soal dia. Dia, cinta pertamaku. Wanita yang sampai kapanpun tetap ada dalam
hatiku. Tidak peduli sejauh apapun aku pergi, bayangannya selalu mengikutiku.
Dia, Kim Yoo Jin. Semakin hari aku semakin merindukannya. Aku tersiksa setiap
kali membayangkan dia kembali kedalam pelukan Jae Joong, tersiksa setiap kali
membayangkan mereka bermesraan lagi seperti dulu.
Dan malam ini,
aku merasa tidak sanggup menahan kerinduanku lagi. Aku putuskan untuk mencari
kabar tentang dia dan dari mana lagi aku bisa mendapat kabar yang akurat jika
bukan dari teman baiknya. Kim Kyu Jong. Kyu Jong, aku, Shi Lang, Hyung Jun,
Yeon Hee, Jae Joong dan Yoo Jin, kami bertujuh adalah teman baik sejak masih
SMU.
“Kau
tahu ?? Keadaan disini sudah sangat berubah”, jelas Kyu Jong padaku
diteleponnya, setelah aku menanyakannya keadaan mereka semua disana.
“Apanya yang
berubah ?? Aku baru satu bulan pergi kan ??”, ujarku penasaran.
“Yoo Jin, Jae
Joong, semuanya”, sahut Kyu Jong dengan cuek.
“Maksudmu apa
??”, tanyaku semakin penasaran.
“Jae Joong
berusaha keras mendekati Yoo Jin sejak kau pergi. Tapi Yoo Jin sama sekali
tidak meresponnya. Yoo Jin menjadi pemurung, dia suka termenung di sudut.
Kadang aku merasa dia tak ada disini bersama kami. Hanya tubuhnya yang bersama
kami, tapi hatinya tidak. Hatinya tidak disini”, begitu mendengar bagaimana
keadaan semua teman-temanku disana, yang pertama terlintas dlaam pikiranku
adalah Yoo Jin yang kesepian.
“Kenapa dengan
Yoo Jin ??”, tanyaku, aku sadar suaraku mulai terdengar cemas.
“Apa benar kau
tidak mau kembali, Hyung ?? Yoo Jin membutuhkanmu. Dia hancur”, ujar Kyu Jong
dengan nada prihatin.
“Benarkah
separah itu ?? Yoo Jin yang ku kenal adalah gadis yang kuat”, ujarku, berusaha
terlihat wajar walau hatiku mendadak sangat cemas.
“Aku sering
melihatnya menangis di atap gedung fakultas. Dan bukan hanya aku, tapi Yeon Hee
dan yang lain juga sering melihatnya seperti itu. Aku merasa Yoo Jin jadi
banyak berubah sejak kepergianmu”, jawab Kyu Jong ragu-ragu.
“Tidakkah kau
khawatir melihat keadaannya ?? Pulanglah, Hyung !!”, bujuk Kyu lagi. Aku
terdiam. Tidak ingin menyangkal atau mengiyakan.
”Yeon Hee
pernah berkata padaku jika dia pernah melihat Yoo Jin menangis sedih sambil
mengatakan dia jatuh cinta padamu. Saat itu Yoo Jin sedang mabuk dan kita semua
tahu jika orang mabuk selalu bicara jujur. Benarkan ??”, serunya lagi.
Aku terkejut. Aku
hanya bisa terdiam mendengar semua perkataannya padaku. Bingung, sedih, cemas
dan bahagia bercampur jadi satu dalam hatiku. Aku berharap ucapan “Yoo Jin
jatuh cinta padaku adalah benar”. Tapi kemudian kalimat Kyu Jong yang
berikutnya seakan menusukku bagai belati.
“orang mabuk selalu bicara jujur. Benarkan ??”, ucapan Kyu
Jong menancap dalam hatiku. Mabuk ?? Kata-kata itu membuatku sedih dan cemas.
”Kim Yoo Jin
mabuk ?? Dia tidak pernah minum alkohol sebelumnya. Yoo Jin yang kukenal tidak
suka alkohol. Apa saja yang dilakukan Jae Joong disana ?? Kenapa dia tidak
menjaganya dengan baik ??”, aku berseru marah pada Kyu Jong saat aku mendengar
apa yang terjadi pada Yoo Jin.
“Easy
Man..Easy. Kau tidak perlu marah seperti itu ?? Apa kau cemas saat mendengarnya
mabuk ?? Jika kau cemas maka pulanglah, Hyung !! Hanya kau yang bisa
menyembuhkan luka hatinya saat ini”, ujarnya padaku. Mendadak aku terdiam.
“Oh shit !!!”,
batinku kesal, menyadari kebodohanku sendiri.
“Tidak, Kyu !!
Aku tidak bisa !! Tidak sekarang. Aku sedang menata perasaanku. Lagipula
bukankah Jae Joong sudah ada disana ?? Yoo Jin tak butuh aku lagi. Aku
mencintai Yoo Jin, mungkin sejak pertama kali aku bertemu dengannya, tapi
kupikir perasaanku padanya adalah salah. Dia adalah kekasih Jae Joong dan Jae
Joong adalah sahabatku. Lagipula, sejak awal dia tidak mencintaiku”, jawabku
lirih. Ada rasa sedih yang sangat mendalam setiap kali aku mengingat
perasaanku.
“Jika dia
tidak mencintaimu, kenapa dia jadi hancur begitu sejak hari kepergianmu ?? Aku
sering melihatnya menangis di atap. Yeon Hee bilang dia juga sering bolos
kuliah, dia hampir tidak pernah mengumpulkan tugas. Dia menarik diri dari
teman-temannya. Sejak kau pergi, aku tidak pernah melihatnya bicara atau
tertawa. Setiap kali Yeon Hee mengajaknya bicara, dia hanya menjawabnya dengan
anggukan kepala. Dia benar-benar menutup diri. Kalau seperti ini terus, dia
bisa benar-benar di Drop Out dari kampus. Tidakkah sebaiknya kau bicara padanya
??”, penjelasan Kyu Jong benar-benar membuat hatiku terluka. Aku hanya bisa
duduk dan mendengar ucapannya sambil membayangkan Yoo Jin yang rapuh.
“Apa yang
dilakukan Jae Joong ?? Apa dia tidak menasehatinya ??”, tanyaku lirih.
“Yoo Jin tidak
mau mendengarkan siapapun, bahkan Jae Joong sekalipun. Bagi Yoo Jin, ucapan Jae
Joong sudah tidak ada artinya lagi. Yoo Jin dan Jae Joong tidak punya hubungan
apapun sekarang, kawan. Kisah mereka telah berakhir. Pulanglah dan rebut Yoo
Jin kembali”, ujar Kyu Jong padaku, memberiku secercah harapan.
“Benarkah
kisah mereka telah berakhir ??”, tanyaku ragu-ragu.
“Lalu
bagaimana kisahmu dan Yoo Jin ??’, Kyu Jong justru balik bertanya padaku.
“Kisahku dan Yoo
Jin bahkan mungkin tidak pernah dimulai”, jawabku lemah dengan hati sakit.
“Kalau begitu
mulailah. Pulang dan mulailah kisah cinta kalian sendiri”, ujarnya lagi.
“Tidakkah
menurutmu sekarang semua sudah terlambat ??”, tanyaku ragu.
“Tidak ada
kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru, kawan. Yoo Jin merindukanmu. Kami
semua merindukanmu. Jangan lari Ji Hoo..Jika kau memang mencintainya, maka kejarlah
dia !! Kau juga berhak untuk bahagia”, jawabnya lagi dengan tulus. Aku
tersenyum kecil mendengar ucapannya. Kyu Jong memang teman yang baik, aku tahu
aku bisa mengandalkannya dalam hal apapun.
“Tolong jaga
dia untukku. Aku percaya padamu”, pintaku padanya.
“Aku tahu. Akan
kujaga dia sampai kau kembali”, janjinya padaku. Mendengar janjinya, aku merasa
sedikit lega. Aku tahu Kyu Jong akan memegang kata-katanya.
“Ji Hoo Hyung,
apa kau tidak ingin menelponnya ??”, suara Kyu Jong terdengar ragu-ragu saat
menanyakannya.
“Baiklah !! Sampai
jumpa Kyu-ah.Terima kasih untuk informasinya”, ujarku ditelepon. Setelah
mengucapkan selamat malam, telepon pun ditutup.
Dengan gundah
aku meraih foto Yoo Jin disamping tempat tidurku dan kupandang wajahnya yang
tersenyum ceria dalam foto itu.
“Yoo Jin-ah, kau
sangat cantik bila tersenyum. Kau tahu betapa inginnya aku melihatmu tersenyum
lagi seperti dulu. Apa kau baik-baik saja disana ?? Apa yang kau lakukan
sekarang ?? AKu merindukanmu”, batinku seraya membelai bingkai foto itu sambil
tersenyum pahit.
*****************
Kim Yoo Jin POV :
Malam ini langit
sangat cerah. Musim gugur telah tiba dan rasi bintang Andromeda terlihat makin
jelas. Sungguh saat indah. Aku berdiri dibalkon kamarku seraya memandang
bintang yang bersinar terang dilangit malam. Andromeda dan Perseus terlihat
berdampingan dilangit malam.
Mendadak aku teringat kisah tentang Rasi Bintang
Andromeda yang adalah seorang Putri cantik dari Ethiopia yang harus rela
terikat dibatu karang dan dijadikan persembahan untuk monster Laut Cetus yang
jahat demi menyelamatkan rakyat dan Kerajaannya. Andromeda yang malang hampir
saja mati jika saja Perseus tidak datang menyelamatkannya. Perseus, sang
Pangeran impian yang datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan Sang Putri
dari penderitaan dan akhirnya mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya. Aku
tersenyum sedih saat teringat kisah Putri Andromeda tapi aku juga senang karena
akhirnya cinta mereka bersatu dan bahkan dilangit pun mereka terlihat
berdampingan.
“Andromeda, kau
pasti bahagia kan ?? Kau memiliki Perseus yang rela berkorban untukmu dan
sangat mencintaimu. Apa kau tahu kalau aku sangat iri padamu ?? Aku sangat
ingin bertemu Perseusku, tapi aku ragu apakah dia ingin bertemu denganku ??”, tatapku
sedih pada rasi bintang di Langit Utara yang bersinar dengan sangat indah di
musim gugur ini.
“Jika kau ikut
Ayah pulang ke Shanghai, Ayah akan bawa kau bertemu Ji Hoo”, mendadak aku
teringat pada ucapan tuan Kang.
“Anda tahu
dimana Ji Hoo ??”, tanyaku penasaran. Dia mengangguk mantap saat itu, seolah
dia benar-benar tahu dimana Ji Hoo.
“Uang bisa
membeli semua informasi Yoo Jin-ah. Ayah ingin melihatmu bahagia dan Ayah tahu
hanya Ji Hoo yang bisa membuatmu bahagia. Maafkan ayah selama ini. Beri Ayah
satu kesempatan dan Ayah akan lakukan apapun agar kau bisa bahagia”, pintanya
tulus dengan mata berkaca-kaca.
“Ikutlah Ayah
pulang ke Shanghai. Beri Ayah kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan
Ayah. Ayah tahu ayah tidak seharusnya meragukan statusmu dan sekarang Ayah
menyesalinya. Yoo Jin-ah, sekarang hanya kaulah satu-satunya yang Ayah miliki
di dunia. Tolong beri Ayah kesempatan !!”, mendadak ucapan Tuan Kim muncul
dalam benakku.
Beberapa waktu
yang lalu, dia datang menemuiku dengan berlinang mata. Berlutut dan memohon
maaf padaku dan ibuku dengan membawa selembar kertas. Hasil Test DNA. Ternyata
saat dulu aku dan kakak harus dirawat di Rumah Sakit karena kegilaan istri
keduanya, dia diam-diam meminta pihak Rumah Sakit melakukan Test DNA untuk
membuktikan apakah aku benar Putrinya. Dan sekarang semuanya telah terungkap.
Ibuku tidak
bersalah. Dia tidak pernah selingkuh seperti yang dituduhkan wanita jahat itu
padanya. Aku bukanlah anak hasil selingkuhan Ibuku melainkan anak kandung
Ayahku. Aku bisa membayangkan bagaimana terkejutnya dia saat mengetahui bahwa
aku ternyata Putri kandungnya sendiri. Betapa menyesalnya dia telah bersikap
buruk padaku dan menyia-nyiakan aku selama ini.
“Haruskah aku
memberinya satu kesempatan ?? Ayah terlihat sangat menyesal. Tidak ada salahnya
aku memberinya satu kesempatan kan ?? Lagipula Ayah tahu dimana Ji Hoo. Mungkin
memang sebaiknya aku ikut Ayah ke Shanghai. Dengan begitu aku bukan hanya bisa
bertemu Ji Hoo tapi juga bisa memulai semuanya dari awal. Bukankah ini yang kuinginkan.
Sebuah keluarga yang utuh dan penuh cinta, walaupun Kakak tidak lagi bersama
kami, tapi setidaknya aku akan memiliki sosok Ayah yang selama ini aku
rindukan”, aku teringat bagaimana Tuan Kim memohon maaf sambil menangis pada
kami. Dia membujuk Ibu agar bersedia menikah lagi dengannya setelah 15 tahun
bercerai, dengan begitu dia bisa membawaku ikut dengannya secara resmi dan kami
bertiga bisa menjadi sebuah keluarga yang utuh sekali lagi.
“Ayah janji
Ayah akan tulus menyayangimu Yoo Jin. Ayah akan mengganti tahun-tahun yang kau
lewati tanpa sosok seorang Ayah. Ayah akan berusaha menjadi Ayah yang baik
untukmu dan Ayah akan lakukan apapun agar kau bisa bahagia, termasuk menemukan
Ji Hoo. Ji Hoo ada di Shanghai. Pulanglah bersama Ayah, Ayah
akan membawamu bertemu dia. Bukankah kau sangat merindukannya ??”, bujuknya
padaku. Jujur,aku sangat bimbang saat itu. Dia tahu dimana Ji Hoo, mendadak aku
merasa harapanku kembali muncul.
“Ji Hoo Sunbae,
apa benar kau ada di Shanghai ?? Apakah ini berarti aku masih punya harapan ?? Jika
aku memberi Ayah satu kesempatan, apa aku juga akan memiliki satu kesempatan
untuk bertemu denganmu ?? Satu kesempatan.. Sekarang aku juga menginginkan satu
kesempatan”, batinku seraya menatap Polaris yang bersinar terang di Langit Utara.
Aku sibuk tenggelam dalam pikiranku hingga tidak menyadari bahwa ponselku telah
berdering berkali-kali.
Dengan enggan
aku berjalan masuk ke dalam kamarku dan meraih ponselku yang tergeletak diatas
ranjang. Tapi begitu terkejutnya aku saat aku melihat namanya muncul dilayar ponselku.
“Dia ??”, ujarku,
tak sanggup menutupi keterkejutanku.
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar