Senin, 18 November 2013

The Legend Of Chun Hyang, Kisah Cinta Romeo and Juliet versi Korea



Sassy Girl Chun Hyang yang diangkat dari kisah klasik nyata seorang gadis dari kelas rendah dimana ibunya adalah seorang Gisaeng, Chun Hyang yang cantik dan berbudi luhur kemudian jatuh cinta pada Lee Mong Ryeong, putra Gubernur Namwon yang menikahinya secara diam-diam, karena perbedaan kasta membuat pernikahan mereka tidak mungkin direstui pada saat itu. KBS mengangkat kisah klasik ini ke dalam serial drama popular dan membawanya ke era modern.. B-Channel kembali menayangkan ulang drama tersebut setiap hari senin-minggu mulai tanggal 4 November 2013, pada pukul 19.00-20.00 WIB.. Tetapi taukah kalian bagaimanakah legenda Chun Hyang tersebut ?? Disadur dari berbagai sumber, saya ingin kembali mempostingnya bagi kalian yang tidak pernah mendengar tentang legenda ini.. Lets check it out..


“The Legend Of Chun Hyang, Kisah Cinta Romeo and Juliet versi Korea”




Chunhyangjeon atau Kisah Chun Hyang (춘향전;春香傳) adalah sebuah novel klasik mengenai romansa percintaan sepasang kekasih di Korea pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).[1][2]
Chunhyangjeon ditulis pada akhir periode Dinasti Joseon (abad ke-17 sampai ke-18).[1] Cerita novel ini didasarkan pada narasi pansori (opera tradisional) yang penulisnya tak diketahui, karena dipelajari dengan cara dihafal. Kisah Chunhyang dalam versi pansori dinamakan Chunhyang-ga (Lagu Chunhyang).[2]





Legend of Chun Hyang adalah salah satu dari 5 folktales terkenal Korea. Folktales lainnya adalah Legend of Shim Chung, Legend of Heung Bu, Legend of Jeok Byeok, dan Legend of Su Gung.

Legend of Chun Hyang menceritakan kisah cinta antara Chun Hyang dan Lee Mong Ryong. Kisah Chun Hyang merupakan cerminan kehidupan masyarakat pada akhir periode Dinasti Joseon di mana sistem kelas sosial sudah mulai goyah.

Kisah ini menceritakan cinta antara seorang putri gisaeng dengan putra bangsawan, tema yang disukai mereka yang memimpikan kebebasan dan harapan.[1] Seiring waktu, Chunhyang jeon berkembang menjadi 120 versi.

Chun Hyang adalah putri seorang gisaeng, penghibur dari kalangan rakyat biasa yang terkenal karena kecantikannya. Lee Mong Ryeong, putra gubernur kota Namwon, provinsi Jeolla, jatuh cinta dengan Chun Hyang. 
 
Pada pagi yang indah, Lee Mongryeong memanggil pembantunya, Bangja, dan memintanya untuk mengajaknya ketempat dimana ia bisa melihat bunga liar tumbuh. Bangja menuntunnya ke sebuah paviliun musim panas dekat jembatan Ojak, pemandangan dari jembatan Ojak sungguh mempesona. Jembatan itu diberi nama ssesuai dengan legenda tentang gadis penenun dan si gembala.





Saat melihat pegunungan yang jauh. Matanya menangkap sekilas pada gadis muda yang sedang bermain ayunan dibawah pohon. Dia menanyakan tentang gadis it pada Bangja. Bangja pun menjelaskan sekilas tentang gadis itu pada tuannya, bahwa gadis itu bernama Chun Hyang (wewangian musim semi), anak seorang wanita penghibur bernama Wolmae. Bangja mengatakan kalau gadis itu bukan hanya cantik tapi juga berbudi luhur. Kemudian Yi Mongryeong memaksa Bangja untuk mengatakan pada Chun Hyang kalau dirinya angat ingin menemuinya.

“Apa anda tahu kalau kupu-kupu harus mengejar sekuntum bunga, dan angsa harus mencari lautan?” Ujar Chun Hyang ketus. 

Bangja melporkan hal itu pada Mong Ryeong, yang kecewa akibat perkataan gadis yang mencuri perhatiannya tersebut. Bangja menyemangati agar tuannya sendirilah yang maju menemui gadis itu. Lee Mong Ryeong mendekati Chun Hyang yang ternyata parasnya lebih cantik dari apa yang dia duga sebelumya.





Angin meniup rambut hitam dan pitanya yang panjang, dibalik rambut itu wjahnya merona merah, bersinar dengan penuh kebaikkan dan kebahagiaan dari tubuhnya.

“Keberuntungan seolah sedang ditawarkan padaku hari ini. Kenapa harus menunggu besok? Haruskah aku mengajak gadis itu bicara?” Tanya Lee Mong Ryeong pada dirinya sendiri.

Karena ketakutan terus dipandangi oleh Mong Ryeong, Chun Hyang langsung berlari pulang ke rumahnya. Setelah kejadian itu, Bangja menyuruh tuannya untuk segera pulang karena takut akan kena hukuman oleh ayah tuannya. Saat pulang, Bangja kena hukuman pukul karena mengajak tuan mudanya bermain diluar hingga larut. Pikiran Mong Ryeong tdak terfokus dan terus menerawang jauh. Di dalam kamarnya, saat membaca buku, tulisan-tulisannya menjadi kabur. Yang muncul dan terlihat oleh matanya hanya ‘musim semi’ dan ‘wewangian’, Chun Hyang, Chun Hyang, Chun Hyang. Mong Ryeong memanggil Bangja, “ Malam ini aku harus menemuinya. Bukankah gadis itu mengatakan bahwa kupu-kupu harus mengejar sekuntum bunga?”.

Mereka mengendap-endap pergi ke rumah Chun Hyang, menginjak pada akar pohon pir saat mereka sudah mendekati rumah gadis itu. Di saat yang sama, ibu Chun Hyang sedang mengatakan sesuatu pada anaknya iu, kalau malam sebelumnya dia bermimpi ada seekor naga biru mengeliling tubuh Chun Hyang dan menggenggam Chun Hyang di depan mulut naga itu, lalu terbang ke angkasa. Saat melihat ke atas, bukan seekor naga terbang di angkasa melainkan seekor naga di darat, karena ketahuan, lalu Lee Mong Ryeong meyampaikan maksud kedatangannya pada ibu Chun Hyang. Setelah mengerti maksud kedatangannya, ibunya lalu memanggl Chun Hyang untuk keluar menemui pemuda dari golongan terhormat itu, dan Lee Mong Ryeong juga meminta untuk meminang anak gadisnya itu. Karena mimpinya terwujud, dan Mong Ryeong pun datang dari keluarga terpandang. Ibunya menyetujui.

Mereka saling menyukai walaupun mengetahui bahwa hubungan beda status sosial seperti itu tidak akan mendapat restu.

“Anda adalah anak orang terhormat dan Chun Hyang hanyalah anak seorang gisaeng (wanita penghibur), jadi untuk menikahkan kalian secara resmi itu adalah hal yang sangat tidak mungkin. Kecuali anda menulis surat nikah secara rahasia dan berjanji tidak akan menelantarkan Chun Hyang, itu saja sudah cukup.” Pinta ibunya.

Lee Mong Ryeong mengambil kuas dan menuliskan kalimat seperti ini : “Lautan biru mungkin saja bisa berubah menjadi ladang buah murbei, dan lahan murbei mungkin saja bisa berubah menjadi lautan biru. Namun hasrat hatiku pada Chun Hyang tidak akan mungkin berubah selamanya. Surga dan bumi, para dewa yang menjadi saksinya.”

Setelah pernikahan rahasia itu, Mong Ryeong selalu datang menemui kekasihnya. Saat malam tiba pun mereka memimpikan hal yang sama tentang sepasang burung belibis tengah berenang bersamaan di sebuah danau. Chun Hyang lalu menggoda suaminya itu, menyuruhnya pulang untuk belajar supaya suatu saat bisa menjadi pejabat seperti ayahnya. Sangat disayangkan kemesraan mereka tidak bertahan lama.

Tidak lama setelah pernikahan itu, pembantunya memberikan sebuah pesan yang mengatakan kalau pejabat dewan kerajaan yang baru ditunjuk oleh raja harus pindah ke ibukota. Lee Mong Ryeong yang harus mendampingi ayahnya, segera datang menemui Chun Hyang untuk mengabarkan kabar buruk ini. Pasangan ini harus terpaksa mengucapkan perpisahan yang penuh tangis.

Suatu hari Mong Ryeong pergi ke Hanyang untuk mengikuti ujian kenegaraan. Ia berjanji akan segera pulang setelah ujian.

“Karena tidak ada lagi yang bisa merubah takdir kita, mari kita saling berpelukan dan berpisah.” Chun Hyang melepas kepergian Mong Ryeong di jembatan Ojak.



 
Chun Hyang lalu memberikan Mong Ryeong sebuah cincin, “Ini tanda cinta ku padamu. Simpanlah sampai hari dimana kita akan bertemu lagi. Pergilah dengan tenang, tapi jangan lupakan aku. Aku akan tetap setia padamu, menantimu di sini untuk membawaku pergi ke Seoul”. Dengan kata-kata itu akhirnya mereka pun berpisah. 

Sementara itu di Namwon, Pejabat kota Namwon yang baru datang menggantikan posisi ayah Mongryeong, seorang gubernur baru bernama Byeon Hak-do belum apa-apa sudah menyuruh bawahannya dan berkata,”Bawakan padaku gadis cantik yang terkenal bernama Chun Hyang”. Byeon terpikat dengan Chun Hyang dan memanggilnya untuk memberikan hiburan.

“Permintaan itu terlalu sulit.”Jawab si bawahan.”Karena dia sudah menikah secara rahasia dengan Lee Mong Ryeong, anak mantan pejabat Namwon.”

Karena takut dengan pejabat baru tersebut, akhirnya Chun Hyang datang juga didampingi oleh pembantunya. Dengan cermat pejabat itu melihatnya dengan penuh rasa penasaran.
“Aku udah mendengar namamu sampai di Seoul, kau memang seorang gadis yang sangat cantik. Maukah kau bersamaku?”

Dengan menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya, Chun Hyang menjawab. “Hamba sudah terikat dengan Lee Mong Ryeong. Oleh karena itu, hamba tidak bisa melakukan apa yang tuan minta. Baginda Raja telah mengirim tuan datang kemari untuk mengurusi rakyat, dn itu adalah tanggung jawab tuan yang besar. Akan lebih baik jika tuan menjalankan apa yang sudah menkadi tugas dan kewajiban tuan sebagai pejabat negara, menerapkan keadilan bagi rakyat Namwon sesuai dengan peraturn yang beraku di negeri ini”. Jawaban Chun Hyang membuat marah si pejabat yang bernama Byun Hakdo tersebut, dan langsung memasukkan Chun Hyang ke dalam penjara.

“Kenapa aku harus dimasukan ke penjara?!” Protes Chun Hyang. “Aku tidak melakukan hal yang salah. Sudah seharusnya seorang istri tetap setia kepada suaminya. Sama halnya dengan pejabat yang setia pada Rajanya.” 

Perkataanya hampir saja membuat Byun Hakdo lebih marah lagi, dan akhirnya Chun Hyang mau tak mau harus hidup di dalam penjara akibat tidak menyambut perasaan Byun Hakdo.
ia dimasukkan ke penjara dan akan dieksekusi pada hari ulang tahun gubernur.

Sementara itu Lee Mong Ryeong telah sampai di Seoul, dimana ia belajar dengan sangat giat mempelajari semua literatur Cina, dan ikut ujian nasional pemerintahan dengan nilai yang sangat tinggi. Ia ditawari untuk bekerja di istana menjadi salah satu pembantu Raja. Saat Raja mengucapkan ucapan selamat padanya telah melewati ujian Munkhwa, sang Raja bertanya, “Apakah kau ingin menjabat sebagai pejabat kerajaan atau gubernur?”

“Hamba menginginkan posisi sebagai amhaeng osa (semacam inspektur polisi).” Jawab Lee Mong Ryeong. Lee Mong Ryeong dengan pangkat amhaeng osa berkelana ke seluluh negeri, menyamar sebagai pengemis.

Dan akhirnya, Lee Mong Ryeong sampai juga di Namwon. Kemudian dia mendatangi seseorang yang sedang menanam padi di sawah. Selama bekerja, petani tersebut mengucapkan sesuatu dengan nada sedih, “Kami keluar bertahan dengan panasnya sengatan mentari, mencangkul tanah kami, menanam benih, dan menjaganya hingga tumbuh menjadi padi. Pertama-tama kami harus membayar upeti pada Raja, memberikan sedikit pada yang miskin, sedikit lagi pada pengelana yang datang mengetuk pintu rumah kami, dan menyisakan sedikit uang untuk perayaan sembahyang nenek moyang kami. Itu tidak apa-apa bagi kami, tapi pejabat yang baru itu alah menguras semuanya hingga kami tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan.”

Karena mendapatkan sesuatu yang menarik, Lee Mong Ryeong mendekati mereka yang sedang bekerja di sawah dan berkata, “Aku dengar kalau Byun Hakdo sudah menikahi Chun Hyang dan hidup bahagia.”

“Beraninya kau berkata seperti itu anak muda!” salah satu dari mereka marah. 
”Jangan pernah mengatakan sesuatu yang buruk tentang gadis malang itu. Chun Hyang adalah gadis yang setia, jujur dan suci. Dan kau adalah salah satu orang yang bodoh karena membicarakan gadis malang dan pejabat busuk yang sudah berbuat jahat padanya. Bukan hanya itu, yang membuatnya menderita seperti itu adalah anak pejabat yang sudah menggoda dan menghilangkan kesucian dirinya, yang pada akhirnya meninggalkan gadis itu seorang diri dan tidak pernah kembali, kasihan sekali dia. Pemuda itu benar-benar brengsek!”

Para petani yang marah itu membuatnya terkejut, semua petani mempunyai ketidaksukaan yang sama pada pejabat baru yang menggantikan ayahnya. Saat melewati sekelompok pemuda lokal yang berasal dari keluarga aristokrat terhormat (Yangban) yang sedang piknik, Mong Ryeong pun mendengar keluhan yang sama.

“Inilah hari-hari yang sangat menyedihkan! Aku dengar seorang wanita bernama Chun Hyang akan dihukum mati dalam dua tiga hari ini”.

“Oh! Pejabat yang ini memang bedebah.” Sahut pemuda yang lain lagi.”Yang dia pikirkan hanya bagaimana cara menguasai Chun Hyang, tapi gadis itu seperti akar pohon bambu yang tidak tergoyahkan sedikitpun. Dia tetap setia kepada suaminya.”

Seseorang menambahkan,”Bukankah dia menikah dengan anak pejabat sebelumnya? Binatang seperti apakah Lee Mong Ryeong itu sampai hati meninggalkan istrinya yang malang itu.”
Komentar-komentar tersebut membuat Lee Mong Ryeong malu, khawatir, dan juga marah. Lalu kembali ke Namwon.

Sementara itu Chun Hyang yang masih mendekam di penjara, dengan setia berpegang teguh pada Lee Mong Ryeong meskipun itu hanya dalam ingatannya saja. Tubuh Chun Hyang mengurus, pucat dan sakit-sakitan. Suatu hari ia bermimpi berada di pekarangan rumahnya, bunga-bunga yang ditanam dan diraawat olehnya tiba-tiba layu, cermin yang berada di kamarnya pecah, dan sepatunya terganting di pintu masuk. Chun Hyang dalam mimpinya menanyakan arti kejadian itu pada orang buta yang sedang berjalan melewati rumahnya.

“Aku akan menjelaskan artinya padamu. Bunga-bunga yang telah layu dan mengering akan tumbuh lagi dan berbuah, bunyi pecahan cermin akan terdengar ke seluruh negeri, dan sepatu yang ada di pintu itu artinya akan banyak orang datang pada mu untuk mengucapkan selamat”. Chun Hyang berterimakasih pada orang buta itu untuk arti mimpinya dan berharap kalau mimpinya akan terkabul. Namun pada kenyataan, hidup Chun Hyang sudah diujung tombak. Byun Hakdo mengundang wakil-wakil pejabat lainnya untuk mengadakan pesta besar di hari dimana Chun Hyang akan di eksekusi 3 hari lagi.

Lee Mong Ryeong telah tiba di kota, dan langsung pergi ke rumah Chun Hyang. Ibu mertuannya tidak mengenalinya,”Aku tidak mengenalmu, tapi wajahmu mengingatkanku pada Mong Ryeong tapi bajumu itu baju pengemis.” Ujarnya. 

“Tapi aku memang Lee Mong Ryeong.”
Ibu mertuanya terkejut,”Oh!Akhirnya anda datang juga, kami sudah menunggumu. Dalam dua tiga hari ini Chun Hyang akan mati!”

Lee Mong Ryeong mengatakan kalau, meskipun dia seorang pengemis namun hatinya tetap milik Chun Hyang dan tidak akan pernah berubah. Lee Mong Ryeong memaksa ingin menemui istrinya itu, dengan didampingi ibu mertuanya, Chun Hyang dan Lee Mong Ryeong pun akhirnya bertemu. Chun Hyang megatakan kalau besok dia akan dieksekusi, oleh karena itu dia meminta Mong Ryeong datang pada pagi hari karena ingin melihat wajah Mong Ryeong untuk terakhir kalinya.

Lee Mong Ryeong menemui Chun Hyang di penjara dan menangis karena keadaan mereka yang begitu menyedihkan. Lalu, tiba saatnya pesta ulang tahun diselenggarakan dan Chun Hyang akan dieksekusi.

Sudah menjadi kebiasaan jika pejabat kerajaan mengadakan pesta besar, para pengemis akan berdatangan untuk minta sedekah makanan dan Lee Mong Ryeong pun datang sebagai pengemis ke tempat itu.

“Tolong berikan aku makanan.” Pintanya. Lalu menyelinap dlam keramaian untuk bisa masuk ke dalam dengan memanjat tembok. Yang pertamakali ia temui adalah bawahan pejabat Undong bernama, Yongjang.

“Saya sangat lapar, bisakah anda memberiku sedikit makanan?” tanya Mong Ryeong padanya. Karena merasa kasihan, Yongjang menyuruh seorang gisaeng membawakan makanan untuk pengemis itu.

“Terimakasih, karena tuan sudah memebrikanku makanan. Sudah sepantasnya hamba
membayar budi baik ini dengan sebuah puisi.”

Dia memberikan puisi itu ke tangan Yongjang.
“Anggur yang terisi dalam piala yang indah
Adalah darah dari ribuan orang
Daging-danginya yang disuguhkan dengan megah di meja giok
Adalah daging dan kesusahan beribu-ribu tahun
Yang terbakar di perjamuan mewah ini, adalah airmata orang-orang yang kelaparan.
Suara berisik dari nyanyian kaum bangsawan
Terdengar sama dengan keluhan para petani”

 Setelah membaca puisi si pengemis, Yongjang merasa terhina.”Puisi ini seakan-akan menghina pejabat, tidak bisa diterima!” kemudian Yongjang meneruskan puisi itu pada Byun Hakdo.
“Siapa yang menulis puisi ini?” 
“Seorang pengemis muda.” Tunjuknya pada Lee Mong Ryeong setengah ketakutan karena siapa pun yang telah menulis puisi seperti itu, pastinya bukan sembarang pengemis. 

Para pejabat yang hendak keluar masuk lingkungan Byun Hakdo segera di hentikan oleh orang-orang Lee Mong Ryeong di luar dengan pedang berjaga-jaga. Anak-anak pejabat mengerti dan tahu bahwa si pengemis itu bukan sembarang pengemis melainkan inspektur kerajaan. Yi Mongryeong memberitahukan identitas aslinya dan mengambil alih tugas Byun Hakdo yang sudah ditangkap karena bertindak tidak adil, menyengsarakan rakyat dan juga kekasihnya.

Mong Ryeong segera menyuruh pengawal untuk membawa Chun Hyang untuk padanya untuk diadili, “Katakan pada wanita itu kalau utusan Raja telah datang untuk mengadili kasusnya.”
Chun Hyang menangis, memanggil ibunya yang sejak pagi sudah mendampingi anaknya.”Ibu, ini adalah akhir hidupku! Mana Lee Mong Ryeong?” 

“Jangan banyak bicara lagi, utusan Raja telah menunggumu!” Chun Hyang di seret dan dibawa ke depan pengadilan. Lee Mong Ryeong duduk di kursi hakim dibelakang layar putih menutupi wajahnya.

“Jika kau tidak mau menerima cinta Byun Hakdo, apakah jika aku meminta mu untuk jadi miliku kau akan mengabulkannya?” Mongryeong bertanya pada Chun Hyang dengan nada memaksa




“Betapa tidak bahagianya orang-orang miskin di negeri ini! Pertama, pejabat yang tidak adil itu, dan sekarang anda inspektur kerajaan yang seharusanya datang untuk membantu orang-orang yang tidak berdaya ini. Betapa menyedihkannya menjadi orang miskin, dan begitu menyedihkannya hidup sebagai seorang wanita!”

Mong Ryeong menyuruh petugas pengadilan membuka tali pengikat lengannya.”Sekarang naikan kepala mu dan lihat aku!”

“Tidak!” jeritnya.”Aku tidak akan melihat tuan, aku tidak akan mendengarkan perkataan tuan. Anda boleh memotong-motong tubuh hamba menjadi kepingan, tapi hamba tetap tidak akan mengabulkan permintaan untuk hidup bersama tuan.”

Lee Mong Ryeong tersentuh dengan ucapan kekasih sekaligus istrinya itu. Kemudian mencopot cincin yang Chun Hyang berikan padanya dulu dan menyuruh pengawal memperlihatkannya pada wanita itu.

Chun Hyang kaget dan menangis bahagia ketika mengetahui orang dibalik layar itu adalah Lee Mong Ryeong,”Oh, kemarin kekasihku hanyalah seorang pengemis dan sekarang inspektur kerajaan!”

Mong Ryeong kemudian mengadili Byun Hakdo, mencabut jabatannya, mengasingkannya ke pulau terpencil tanpa makanan, karena keserakahannya mengambil upeti dari rakyat hingga kelaparan. Rakyat pun gembira mendengar hukuman Byun Hakdo, menyoraki Mong Ryeong dan Chun Hyang yang akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali. Mong Ryeong membawa Chun Hyang ke Seoul, dan menceritakan kisah ini pada sang Raja.


 Sassy Girl Chun Hyang versi KBS


Raja pun tersentuh mendengar kisahnya dan memberikan gelar bangsawan pada Chun Hyang. Meskipun dia lahir di keluarga miskin, dan ibunya seorang wanita penghibur. Chun Hyang adalah model yang harus ditiru oleh semua wanita karena kesetiaannya. Akhirnya Mong Ryeong memperkenalkan Chun Hyang pada keluarganya. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya dan beranak pinak.

Tapi ada sumber lain yang mengatakan kalau Chun Hyang, Lee Mong Ryeong dan Byun Hakdo itu memang asli karena nama mereka tercatat dalam buku kerajaan hanya saja ceritanya tragis. Tetapi Chun Hyang meninggal karena hukuman yang dijatuhkan oleh Byun Hakdo, Mong Ryeong membalas dendam atas kematiannya. Sejak saat itu, Mong Ryeong sering mengunjungi kediaman Chun Hyang hanya untuk berbincang-bincang dengan ibunya mengenang kekasihnya itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads