Sassy Girl Chun Hyang yang diangkat dari kisah
klasik nyata seorang gadis dari kelas rendah dimana ibunya adalah seorang
Gisaeng, Chun Hyang yang cantik dan berbudi luhur kemudian jatuh cinta pada Lee
Mong Ryeong, putra Gubernur Namwon yang menikahinya secara diam-diam, karena
perbedaan kasta membuat pernikahan mereka tidak mungkin direstui pada saat itu.
KBS mengangkat kisah klasik ini ke dalam serial drama popular dan membawanya ke
era modern.. B-Channel kembali menayangkan ulang drama tersebut setiap hari
senin-minggu mulai tanggal 4 November 2013, pada pukul 19.00-20.00 WIB.. Tetapi
taukah kalian bagaimanakah legenda Chun Hyang tersebut ?? Disadur dari berbagai
sumber, saya ingin kembali mempostingnya bagi kalian yang tidak pernah
mendengar tentang legenda ini.. Lets check it out..
“The Legend Of Chun Hyang,
Kisah Cinta Romeo and Juliet versi Korea”
Chunhyangjeon atau Kisah
Chun Hyang (춘향전;春香傳)
adalah sebuah novel
klasik mengenai romansa
percintaan sepasang kekasih di Korea pada masa Dinasti
Joseon (1392-1910).[1][2]
Chunhyangjeon
ditulis pada akhir periode Dinasti Joseon (abad ke-17 sampai ke-18).[1]
Cerita novel ini didasarkan pada narasi pansori (opera tradisional)
yang penulisnya tak diketahui, karena dipelajari dengan cara
dihafal. Kisah Chunhyang dalam versi pansori dinamakan Chunhyang-ga (Lagu Chunhyang).[2]
Legend of Chun
Hyang adalah salah satu dari 5 folktales terkenal Korea.
Folktales lainnya adalah Legend of Shim Chung, Legend of Heung Bu, Legend of
Jeok Byeok, dan Legend of Su Gung.
Legend of Chun
Hyang menceritakan kisah cinta antara Chun Hyang dan Lee Mong Ryong. Kisah Chun
Hyang merupakan cerminan kehidupan masyarakat pada akhir periode Dinasti
Joseon di mana sistem kelas sosial sudah mulai goyah.
Kisah ini
menceritakan cinta antara seorang putri gisaeng dengan
putra bangsawan, tema yang disukai mereka yang
memimpikan kebebasan dan harapan.[1]
Seiring waktu, Chunhyang jeon berkembang menjadi 120 versi.
Chun Hyang
adalah putri seorang gisaeng, penghibur dari kalangan rakyat biasa yang terkenal
karena kecantikannya. Lee Mong Ryeong, putra gubernur kota Namwon, provinsi Jeolla, jatuh cinta dengan Chun Hyang.
Pada pagi yang
indah, Lee Mongryeong memanggil pembantunya, Bangja, dan memintanya untuk
mengajaknya ketempat dimana ia bisa melihat bunga liar tumbuh. Bangja
menuntunnya ke sebuah paviliun musim panas dekat jembatan Ojak, pemandangan
dari jembatan Ojak sungguh mempesona. Jembatan itu diberi nama ssesuai dengan
legenda tentang gadis penenun dan si gembala.
Saat melihat
pegunungan yang jauh. Matanya menangkap sekilas pada gadis muda yang sedang
bermain ayunan dibawah pohon. Dia menanyakan tentang gadis it pada Bangja.
Bangja pun menjelaskan sekilas tentang gadis itu pada tuannya, bahwa gadis itu
bernama Chun Hyang (wewangian musim semi), anak
seorang wanita penghibur bernama Wolmae. Bangja mengatakan kalau gadis itu
bukan hanya cantik tapi juga berbudi luhur. Kemudian Yi Mongryeong memaksa
Bangja untuk mengatakan pada Chun Hyang kalau dirinya angat ingin menemuinya.
“Apa anda tahu
kalau kupu-kupu harus mengejar sekuntum bunga, dan angsa harus mencari lautan?”
Ujar Chun Hyang ketus.
Bangja melporkan hal itu pada Mong Ryeong, yang kecewa akibat perkataan gadis
yang mencuri perhatiannya tersebut. Bangja menyemangati agar
tuannya sendirilah yang maju menemui gadis itu. Lee Mong Ryeong mendekati Chun
Hyang yang ternyata parasnya lebih cantik dari apa yang dia duga sebelumya.
Angin meniup
rambut hitam dan pitanya yang panjang, dibalik rambut itu wjahnya merona merah,
bersinar dengan penuh kebaikkan dan kebahagiaan dari tubuhnya.
“Keberuntungan
seolah sedang ditawarkan padaku hari ini. Kenapa harus menunggu besok? Haruskah
aku mengajak gadis itu bicara?” Tanya Lee Mong Ryeong pada dirinya sendiri.
Karena
ketakutan terus dipandangi oleh Mong Ryeong, Chun Hyang langsung berlari pulang
ke rumahnya. Setelah kejadian itu, Bangja menyuruh tuannya untuk segera pulang
karena takut akan kena hukuman oleh ayah tuannya. Saat pulang, Bangja kena
hukuman pukul karena mengajak tuan mudanya bermain diluar hingga larut. Pikiran
Mong Ryeong tdak terfokus dan terus menerawang jauh. Di dalam kamarnya, saat
membaca buku, tulisan-tulisannya menjadi kabur. Yang muncul dan terlihat oleh
matanya hanya ‘musim semi’ dan ‘wewangian’, Chun Hyang, Chun Hyang, Chun Hyang.
Mong Ryeong memanggil Bangja, “ Malam ini aku harus menemuinya. Bukankah gadis
itu mengatakan bahwa kupu-kupu harus mengejar sekuntum bunga?”.
Mereka mengendap-endap
pergi ke rumah Chun Hyang, menginjak pada akar pohon pir
saat mereka sudah mendekati rumah gadis itu. Di saat yang sama, ibu Chun Hyang
sedang mengatakan sesuatu pada anaknya iu, kalau malam sebelumnya dia bermimpi
ada seekor naga biru mengeliling tubuh Chun Hyang dan menggenggam Chun Hyang di
depan mulut naga itu, lalu terbang ke angkasa. Saat melihat ke atas, bukan
seekor naga terbang di angkasa melainkan seekor naga di darat, karena ketahuan,
lalu Lee Mong Ryeong meyampaikan maksud kedatangannya pada ibu Chun Hyang.
Setelah mengerti maksud kedatangannya, ibunya lalu memanggl Chun Hyang untuk
keluar menemui pemuda dari golongan terhormat itu, dan Lee Mong Ryeong juga
meminta untuk meminang anak gadisnya itu. Karena mimpinya terwujud, dan Mong Ryeong
pun datang dari keluarga terpandang. Ibunya menyetujui.
Mereka saling menyukai walaupun mengetahui bahwa hubungan beda
status sosial seperti itu tidak akan mendapat restu.
“Anda adalah
anak orang terhormat dan Chun Hyang hanyalah anak seorang gisaeng (wanita
penghibur), jadi untuk menikahkan kalian secara resmi itu adalah hal yang
sangat tidak mungkin. Kecuali anda menulis surat nikah secara rahasia dan berjanji
tidak akan menelantarkan Chun Hyang, itu saja sudah cukup.” Pinta ibunya.
Lee Mong Ryeong
mengambil kuas dan menuliskan kalimat seperti ini : “Lautan biru mungkin saja
bisa berubah menjadi ladang buah murbei, dan lahan murbei mungkin saja bisa
berubah menjadi lautan biru. Namun hasrat hatiku pada Chun Hyang tidak akan
mungkin berubah selamanya. Surga dan bumi, para dewa yang menjadi saksinya.”
Setelah
pernikahan rahasia itu, Mong Ryeong selalu datang menemui kekasihnya. Saat
malam tiba pun mereka memimpikan hal yang sama tentang sepasang burung belibis
tengah berenang bersamaan di sebuah danau. Chun Hyang lalu menggoda suaminya
itu, menyuruhnya pulang untuk belajar supaya suatu saat bisa menjadi pejabat
seperti ayahnya. Sangat disayangkan kemesraan mereka tidak bertahan lama.
Tidak lama
setelah pernikahan itu, pembantunya memberikan sebuah pesan yang mengatakan
kalau pejabat dewan kerajaan yang baru ditunjuk oleh raja harus pindah ke
ibukota. Lee Mong Ryeong yang harus mendampingi ayahnya, segera datang menemui
Chun Hyang untuk mengabarkan kabar buruk ini. Pasangan ini harus terpaksa
mengucapkan perpisahan yang penuh tangis.
Suatu hari
Mong Ryeong pergi ke Hanyang
untuk mengikuti ujian
kenegaraan. Ia berjanji akan segera pulang setelah ujian.
“Karena tidak ada lagi yang bisa merubah takdir kita, mari kita saling
berpelukan dan berpisah.” Chun Hyang melepas kepergian Mong Ryeong di jembatan
Ojak.
Chun Hyang
lalu memberikan Mong Ryeong sebuah cincin, “Ini tanda cinta ku padamu.
Simpanlah sampai hari dimana kita akan bertemu lagi. Pergilah dengan tenang,
tapi jangan lupakan aku. Aku akan tetap setia padamu, menantimu di sini untuk
membawaku pergi ke Seoul”. Dengan kata-kata itu akhirnya mereka pun berpisah.
Sementara
itu di Namwon, Pejabat kota Namwon yang baru datang
menggantikan posisi ayah Mongryeong, seorang
gubernur
baru bernama Byeon Hak-do belum apa-apa sudah menyuruh
bawahannya dan berkata,”Bawakan padaku gadis cantik yang terkenal bernama Chun
Hyang”. Byeon
terpikat dengan Chun Hyang dan memanggilnya untuk memberikan hiburan.
“Permintaan itu terlalu sulit.”Jawab
si bawahan.”Karena dia sudah menikah secara rahasia dengan Lee Mong Ryeong,
anak mantan pejabat Namwon.”
Karena takut
dengan pejabat baru tersebut, akhirnya Chun Hyang datang juga didampingi oleh
pembantunya. Dengan cermat pejabat itu melihatnya dengan penuh rasa penasaran.
“Aku udah
mendengar namamu sampai di Seoul, kau memang seorang gadis yang sangat cantik.
Maukah kau bersamaku?”
Dengan menjaga
setiap kata yang keluar dari mulutnya, Chun Hyang menjawab. “Hamba sudah
terikat dengan Lee Mong Ryeong. Oleh karena itu, hamba tidak bisa melakukan apa
yang tuan minta. Baginda Raja telah mengirim tuan datang kemari untuk mengurusi
rakyat, dn itu adalah tanggung jawab tuan yang besar. Akan lebih baik jika tuan
menjalankan apa yang sudah menkadi tugas dan kewajiban tuan sebagai pejabat
negara, menerapkan keadilan bagi rakyat Namwon sesuai dengan peraturn yang beraku
di negeri ini”. Jawaban Chun Hyang membuat marah si pejabat yang bernama Byun
Hakdo tersebut, dan langsung memasukkan Chun Hyang ke dalam penjara.
“Kenapa aku
harus dimasukan ke penjara?!” Protes Chun Hyang. “Aku tidak melakukan hal yang
salah. Sudah seharusnya seorang istri tetap setia kepada suaminya. Sama halnya
dengan pejabat yang setia pada Rajanya.”
Perkataanya hampir saja membuat Byun Hakdo lebih marah lagi, dan akhirnya Chun
Hyang mau tak mau harus hidup di dalam penjara akibat tidak menyambut perasaan
Byun Hakdo.
ia dimasukkan
ke penjara dan akan dieksekusi pada hari ulang tahun gubernur.
Sementara itu
Lee Mong Ryeong telah sampai di Seoul, dimana ia belajar dengan sangat giat
mempelajari semua literatur Cina, dan ikut ujian nasional pemerintahan dengan
nilai yang sangat tinggi. Ia ditawari untuk bekerja di istana menjadi salah
satu pembantu Raja. Saat Raja mengucapkan ucapan selamat padanya telah melewati
ujian Munkhwa, sang Raja bertanya, “Apakah kau ingin menjabat sebagai pejabat
kerajaan atau gubernur?”
“Hamba
menginginkan posisi sebagai amhaeng osa (semacam inspektur polisi).” Jawab Lee
Mong Ryeong. Lee Mong Ryeong dengan pangkat amhaeng osa berkelana ke seluluh
negeri, menyamar sebagai pengemis.
Dan akhirnya,
Lee Mong Ryeong sampai juga di Namwon. Kemudian dia mendatangi seseorang yang
sedang menanam padi di sawah. Selama bekerja, petani tersebut mengucapkan
sesuatu dengan nada sedih, “Kami keluar bertahan dengan panasnya sengatan
mentari, mencangkul tanah kami, menanam benih, dan menjaganya hingga tumbuh
menjadi padi. Pertama-tama kami harus membayar upeti pada Raja, memberikan
sedikit pada yang miskin, sedikit lagi pada pengelana yang datang mengetuk
pintu rumah kami, dan menyisakan sedikit uang untuk perayaan sembahyang nenek
moyang kami. Itu tidak apa-apa bagi kami, tapi
pejabat yang baru itu alah menguras semuanya hingga kami tidak punya apa-apa
lagi untuk dimakan.”
Karena mendapatkan
sesuatu yang menarik, Lee Mong Ryeong mendekati mereka yang sedang bekerja di
sawah dan berkata, “Aku dengar kalau Byun Hakdo sudah menikahi Chun Hyang dan
hidup bahagia.”
“Beraninya kau
berkata seperti itu anak muda!” salah satu dari mereka marah.
”Jangan pernah
mengatakan sesuatu yang buruk tentang gadis malang itu. Chun Hyang adalah gadis
yang setia, jujur dan suci. Dan kau adalah salah satu orang yang bodoh karena
membicarakan gadis malang dan pejabat busuk yang sudah berbuat jahat padanya.
Bukan hanya itu, yang membuatnya menderita seperti itu adalah anak pejabat yang
sudah menggoda dan menghilangkan kesucian dirinya, yang pada akhirnya
meninggalkan gadis itu seorang diri dan tidak pernah kembali, kasihan sekali
dia. Pemuda itu benar-benar brengsek!”
Para petani
yang marah itu membuatnya terkejut, semua petani mempunyai ketidaksukaan yang
sama pada pejabat baru yang menggantikan ayahnya. Saat melewati sekelompok
pemuda lokal yang berasal dari keluarga aristokrat terhormat (Yangban) yang
sedang piknik, Mong Ryeong pun mendengar keluhan yang sama.
“Inilah
hari-hari yang sangat menyedihkan! Aku dengar seorang wanita bernama Chun Hyang
akan dihukum mati dalam dua tiga hari ini”.
“Oh! Pejabat
yang ini memang bedebah.” Sahut pemuda yang lain lagi.”Yang dia pikirkan hanya
bagaimana cara menguasai Chun Hyang, tapi gadis itu seperti akar pohon bambu
yang tidak tergoyahkan sedikitpun. Dia tetap setia kepada suaminya.”
Seseorang
menambahkan,”Bukankah dia menikah dengan anak pejabat sebelumnya? Binatang
seperti apakah Lee Mong Ryeong itu sampai hati meninggalkan istrinya yang
malang itu.”
Komentar-komentar
tersebut membuat Lee Mong Ryeong malu, khawatir, dan juga marah. Lalu kembali
ke Namwon.
Sementara itu
Chun Hyang yang masih mendekam di penjara, dengan setia berpegang teguh pada
Lee Mong Ryeong meskipun itu hanya dalam ingatannya saja. Tubuh Chun Hyang
mengurus, pucat dan sakit-sakitan. Suatu hari ia bermimpi berada di pekarangan
rumahnya, bunga-bunga yang ditanam dan diraawat olehnya tiba-tiba layu, cermin
yang berada di kamarnya pecah, dan sepatunya terganting di pintu masuk. Chun Hyang
dalam mimpinya menanyakan arti kejadian itu pada orang buta yang sedang
berjalan melewati rumahnya.
“Aku akan
menjelaskan artinya padamu. Bunga-bunga yang telah layu dan mengering akan
tumbuh lagi dan berbuah, bunyi pecahan cermin akan terdengar ke seluruh negeri,
dan sepatu yang ada di pintu itu artinya akan banyak orang datang pada mu untuk
mengucapkan selamat”. Chun Hyang berterimakasih pada orang buta itu untuk arti
mimpinya dan berharap kalau mimpinya akan terkabul. Namun pada kenyataan, hidup
Chun Hyang sudah diujung tombak. Byun Hakdo mengundang wakil-wakil pejabat
lainnya untuk mengadakan pesta besar di hari dimana Chun Hyang akan di eksekusi
3 hari lagi.
Lee Mong Ryeong
telah tiba di kota, dan langsung pergi ke rumah Chun Hyang. Ibu mertuannya
tidak mengenalinya,”Aku tidak mengenalmu, tapi wajahmu mengingatkanku pada Mong
Ryeong tapi bajumu itu baju pengemis.” Ujarnya.
“Tapi aku memang Lee Mong Ryeong.”
Ibu mertuanya
terkejut,”Oh!Akhirnya anda datang juga, kami sudah menunggumu. Dalam dua tiga
hari ini Chun Hyang akan mati!”
Lee Mong Ryeong
mengatakan kalau, meskipun dia seorang pengemis namun hatinya tetap milik Chun Hyang
dan tidak akan pernah berubah. Lee Mong Ryeong memaksa ingin menemui istrinya
itu, dengan didampingi ibu mertuanya, Chun Hyang dan Lee Mong Ryeong pun
akhirnya bertemu. Chun Hyang megatakan kalau besok dia akan dieksekusi, oleh karena
itu dia meminta Mong Ryeong datang pada pagi hari karena ingin melihat wajah
Mong Ryeong untuk terakhir kalinya.
Lee Mong Ryeong
menemui Chun Hyang di penjara dan menangis karena keadaan mereka yang begitu
menyedihkan. Lalu, tiba saatnya pesta ulang tahun diselenggarakan dan Chun Hyang
akan dieksekusi.
Sudah menjadi kebiasaan jika pejabat
kerajaan mengadakan pesta besar, para pengemis akan berdatangan untuk minta
sedekah makanan dan Lee Mong Ryeong pun datang sebagai pengemis ke tempat itu.
“Tolong berikan aku makanan.”
Pintanya. Lalu menyelinap dlam keramaian untuk bisa masuk ke dalam dengan
memanjat tembok. Yang pertamakali ia temui adalah bawahan pejabat Undong
bernama, Yongjang.
“Saya sangat lapar, bisakah anda
memberiku sedikit makanan?” tanya Mong Ryeong padanya. Karena merasa kasihan,
Yongjang menyuruh seorang gisaeng membawakan makanan untuk pengemis itu.
“Terimakasih, karena tuan sudah
memebrikanku makanan. Sudah sepantasnya hamba
membayar budi baik ini dengan sebuah
puisi.”
Dia memberikan puisi itu ke tangan
Yongjang.
“Anggur yang terisi dalam piala yang
indah
Adalah darah dari ribuan orang
Daging-danginya yang disuguhkan
dengan megah di meja giok
Adalah daging dan kesusahan
beribu-ribu tahun
Yang terbakar di perjamuan mewah
ini, adalah airmata orang-orang yang kelaparan.
Suara berisik dari nyanyian kaum
bangsawan
Terdengar sama dengan keluhan para
petani”
Setelah membaca puisi si pengemis,
Yongjang merasa terhina.”Puisi ini seakan-akan menghina pejabat, tidak bisa
diterima!” kemudian Yongjang meneruskan puisi itu pada Byun Hakdo.
“Siapa yang menulis puisi ini?”
“Seorang pengemis muda.” Tunjuknya
pada Lee Mong Ryeong setengah ketakutan karena siapa pun yang telah menulis
puisi seperti itu, pastinya bukan sembarang pengemis.
Para pejabat yang hendak
keluar masuk lingkungan Byun Hakdo segera di hentikan oleh orang-orang Lee Mong
Ryeong di luar dengan pedang berjaga-jaga. Anak-anak pejabat mengerti dan tahu
bahwa si pengemis itu bukan sembarang pengemis melainkan inspektur kerajaan. Yi
Mongryeong memberitahukan identitas aslinya dan mengambil alih tugas Byun Hakdo
yang sudah ditangkap karena bertindak tidak adil, menyengsarakan rakyat dan
juga kekasihnya.
Mong Ryeong segera menyuruh pengawal
untuk membawa Chun Hyang untuk padanya untuk diadili, “Katakan pada wanita itu
kalau utusan Raja telah datang untuk mengadili kasusnya.”
Chun Hyang menangis, memanggil
ibunya yang sejak pagi sudah mendampingi anaknya.”Ibu, ini adalah akhir
hidupku! Mana Lee Mong Ryeong?”
“Jangan banyak bicara lagi, utusan Raja telah menunggumu!” Chun Hyang di seret
dan dibawa ke depan pengadilan. Lee Mong Ryeong duduk di kursi hakim dibelakang
layar putih menutupi wajahnya.
“Jika kau tidak mau menerima cinta
Byun Hakdo, apakah jika aku meminta mu untuk jadi miliku kau akan mengabulkannya?”
Mongryeong bertanya pada Chun Hyang dengan nada memaksa
“Betapa tidak
bahagianya orang-orang miskin di negeri ini! Pertama, pejabat yang tidak adil
itu, dan sekarang anda inspektur kerajaan yang seharusanya datang untuk
membantu orang-orang yang tidak berdaya ini. Betapa menyedihkannya menjadi
orang miskin, dan begitu menyedihkannya hidup sebagai seorang wanita!”
Mong Ryeong
menyuruh petugas pengadilan membuka tali pengikat lengannya.”Sekarang naikan
kepala mu dan lihat aku!”
“Tidak!” jeritnya.”Aku
tidak akan melihat tuan, aku tidak akan mendengarkan perkataan tuan. Anda boleh
memotong-motong tubuh hamba menjadi kepingan, tapi hamba tetap tidak akan
mengabulkan permintaan untuk hidup bersama tuan.”
Lee Mong Ryeong
tersentuh dengan ucapan kekasih sekaligus istrinya itu. Kemudian mencopot
cincin yang Chun Hyang berikan padanya dulu dan menyuruh pengawal memperlihatkannya
pada wanita itu.
Chun Hyang
kaget dan menangis bahagia ketika mengetahui orang dibalik layar itu adalah Lee
Mong Ryeong,”Oh, kemarin kekasihku hanyalah seorang pengemis dan sekarang
inspektur kerajaan!”
Mong Ryeong
kemudian mengadili Byun Hakdo, mencabut jabatannya, mengasingkannya ke pulau
terpencil tanpa makanan, karena keserakahannya mengambil upeti dari rakyat
hingga kelaparan. Rakyat pun gembira mendengar hukuman Byun Hakdo, menyoraki
Mong Ryeong dan Chun Hyang yang akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali.
Mong Ryeong membawa Chun Hyang ke Seoul, dan menceritakan kisah ini pada sang
Raja.
Sassy Girl Chun Hyang versi KBS
Raja pun
tersentuh mendengar kisahnya dan memberikan gelar bangsawan pada Chun Hyang.
Meskipun dia lahir di keluarga miskin, dan ibunya seorang wanita penghibur. Chun
Hyang adalah model yang harus ditiru oleh semua wanita karena kesetiaannya.
Akhirnya Mong Ryeong memperkenalkan Chun Hyang pada keluarganya. Dan mereka pun
hidup bahagia selamanya dan beranak pinak.
Tapi ada sumber
lain yang mengatakan kalau Chun Hyang, Lee Mong Ryeong dan Byun Hakdo itu
memang asli karena nama mereka tercatat dalam buku kerajaan hanya saja ceritanya
tragis. Tetapi Chun Hyang meninggal karena hukuman yang dijatuhkan oleh Byun
Hakdo, Mong Ryeong membalas dendam atas kematiannya. Sejak saat itu, Mong Ryeong
sering mengunjungi kediaman Chun Hyang hanya untuk berbincang-bincang dengan
ibunya mengenang kekasihnya itu.
Credit : http://countingwayward.wordpress.com/2010/01/15/legenda-chunhyang/
+ Wikipedia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar